Oleh: Steph Tupeng Witin
KETAKUTAN mencekam masyarakat terdampak Waduk Lambo akibat ketidakseimbangan kekuatan. Mereka hanya bisa mengelus dada menyaksikan keadilan yang direnggut oleh kekuatan mafia Nagekeo.
Mereka tak mampu melawan akibat ketidakseimbangan kekuatan. Mereka orang lemah yang hanya mengandalkan moralitas dan tangan Tuhan. Mereka tidak kuasa melawan mafia yang memiliki semua kekuatan duniawi yang setiap saat mampu melancarkan teror.
Dan kita pun teringat pernyataan Thucydides. “Ya, jika kita bicara soal dunia, hanya masalah antara mereka yang punya kekuatan setara, sementara yang kuat melakukan apa yang bisa mereka lakukan dan yang lemah menanggung apa yang harus mereka tanggung.” (“Right, as the world goes, is only in question between equals in power, while the strong do what they can and the weak suffer what they must”). Demikian salah satu kutipan dari dialog yang dikenal sebagai Melian Dialogue (Dialog Melos) karya Thucydides dalam History of the Peloponnesian War.
Peringatan Thucydides ini dikutip Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya di Sidang Umum ke-80 PBB di New York, Selasa, 23 September 2025. Prabowo mengatakan, dunia harus menegakkan norma, bukan membiarkan yang kuat bertindak tak terkendali.
Di Nagekeo, kelompok mafia mencuat sebagai kekuatan dominan karena di dalam kolaborasi apik itu ada oknum polisi, oknum pengacara, oknum DPRD II, oknum pengusaha, dan oknum yang dinobatkan sebagai “tuan tanah palsu”.
Dalam Melian Dialogue, Thucydides, utusan Athena datang ke Pulau Melos dan menyampaikan ultimatum: tunduk atau binasa. Mereka menolak berbicara soal keadilan, karena menurut mereka, keadilan hanya berlaku antara pihak yang seimbang dalam kekuatan.
Artinya, hukum dan moral tak punya tempat ketika kekuasaan dikuasai oleh kepentingan dan kekuatan senjata. Hal ini mencerminkan realisme politik klasik: kekuasaan menentukan kebenaran, bukan sebaliknya. Thucydides menggambarkan bahwa imperium yang tak dikontrol oleh etika akan menghancurkan diri sendiri, sebagaimana akhirnya Athena pun jatuh.
Kondisi Nagekeo
Situasi di Waduk Lambo, Nagekeo, adalah cermin kontemporer dari logika kekuasaan tanpa moral yang digambarkan Thucydides. Karena yang berdaulat dan menikmati manisnya kue pembangunan adalah para mafia yang berkuasa. Mereka kuat bahkan sangat kuat.
Rakyat yang dirugikan tidak tidak bisa membela diri, apalagi memperjuangkan kepentingan mereka. Para wartawan profesional tidak berkutik karena berita mereka tentang perbuatan mafia yang merugikan rakyat dicap fitnah.
Mereka dijadikan calon tersangka dan bahkan tersangka. Mereka dipanggil menghadap Polres Nagekeo saban hari, sehingga tidak bisa bekerja. Tindakan ini membuat wartawan profesional bungkam.











