Oleh Steph Tupeng Witin
RAKYAT Nagekeo sesungguhnya tahu bahwa ada gerombolan mafia yang diduga melibatkan oknum aparat penegak hukum (polisi), oknum pengacara (doyan gagal dan tidak laku di mana-mana), oknum BPN dan orang-orang lokal yang berperan sebagai “tuan tanah dadakan” atau kerennya “tuan tanah palsu.”
Gerombolan mafia urutan terakhir “tuan tanah palsu” ini biasanya berperan sebagai “pengganggu” yang diduga kuat ada dalam bekingan oknum polisi, oknum pengacara dan oknum BPN untuk menghadirkan “tuan tanah baru” yang kiblat akhirnya: menggagalkan aliran pembayaran uang ganti untung proyek strategis nasional (PSN) Waduk Lambo. Orang-orang ini sangat nekat karena berani melanggar adat.
Prosedur kejahatan dirancang dengan licik, lihai dan beraroma premanisme yang sangat jahat. Orang lokal tampil sebagai “tuan tanah palsu” yang bertindak garang, membuat laporan palsu ke polisi yang cepat ditanggapi dengan proses pemanggilan ala kejahatan narkoba kelas berat, lalu pemilik ulayat asli itu diintimidasi, disiksa bahkan sampai ada korban yang akhirnya sakit dan meninggal dunia.
Polisi pun membuat surat kepada BPN bahwa tanah ulayat bermasalah sehingga proses pembayaran harus dihentikan. Oknum BPN yang masuk dalam jejaring mafia pasti menyambutnya dengan sigap. Lalu dibuatlah “drama” berikutnya agar “tuan tanah palsu” itu diberi panggung oleh gerombolan mafia busuk waduk Lambo ini.
Kerja jejaring mafia waduk Lambo ini sangat terstruktur dan sistematis. Kerja model ini hanya mungkin dirancang oleh kelompok mafia yang otaknya telag diracuni kejahatan kelas dewa.
Publik Nagekeo menduga kuat, otak mafia terbesar di waduk Lambo adalah kelompok Kaisar Hitam (KH) Destroyer bentukan mantan Kapolres Nagekeo Yudha Pranata yang telah angkat koper dari Mbay. Kelompok ini menyebar hampir semua level dan sendi kehidupan di Kabupaten Nagekeo.
Gerombolan KH Destroyer ini diduga kuat sangat merusak peradaban pada hampir semua sendi. Rakyat Nagekeo sesungguhnya sangat tahu perilaku kelompok Kaisar Hitam Destroyer ini.
Organisasi berdaya rusak peradaban Nagekeo ini perlahan menggerogoti perilaku elite politik dan birokrasi di Nagekeo. Orang-orang yang dikenal taat beragama tiba-tiba saja menyembah berhala kepada Yudha Pranata melebihi Tuhan yang diimani.
Bahkan dalam banyak kasus, gerombolan KH Destroyer ini nekat keluar dari lubang persembunyian untuk “bernyanyi” membela bosnya Yudha Pranata.
Kelompok Destroyer ini memiliki pengacara yang kerjanya menggunakan pasal dan ayat-ayat hukum untuk meneror, mengancam dan membunuh karakter lawan yang melawan arogansi irasionalitas mafianya.











