MENGGALI kenangan 100 tahun Congregatio Missionalis Servarum Spiritus Sancti, sebuah Kongregasi Misionaris Abdi Roh Kudus” atau dikenal juga sebagai “Suster Misionaris Roh Kudus” selalu menghadirkan pengalaman perjumpaan dengan masyarakat lokal dengan kultur yang saling menyimpul seperti tali-tali yang direkatkan jadi satu.
Demikian pula pengalaman Suster Roh Kudus yang melangkahkan kaki, menabur benih firman dan menyatukan langkah karya karitatif-teologis, karitatif-sosiologis yang menyentuh aspek terdalam perjuangan kemanusiaan SSpS sejauh ini.
Sejarah Singkat
Suster Helena Fewo, SSpS dalam Coffe Morning Menyongsong 100 Tahun Komunitas SSpS St. Fransiskus Xaverius Balela, Jumat 25 April 2025, mengenang cerita perjuangan SSpS itu dari Lela ke Balela, pada 25 April 1925.
Sebagai misionaris awal, 5 suster berjalan kaki dari Lela ke Balela. Lima suster awal Suster Wilibrorda Getrud Bouman, Suster Amadea Imants, Suster Serafica Smits, Suster Anamdia Branderhorst dan Suster Nolana Rahe. Niat perjalanan yang panjang itu menggerakkan hati Don Thomas Ximenes da Silva, Raja Sikka.
Suster Helena menyebut, Don Thomas bersedia menghantar 5 suster itu dengan mobil dari Lela ke Maumere, Kabupaten Sikka. Setelah tiba di Maumere, 5 misionaris putri ini menggunakan perahu motor menuju Nangahale, hingga ke Teluk Hading Belo Bare-Kawaliwu, wilayah Kabupaten Flores Timur.
Setelah itu, lanjut Suster Helena, mereka menunggu Pater Striter, SVD dan Pater Thoolen, SVD menjemput mereka.
Selanjutnya, 5 misionaris Abdi Roh Kudus ini melanjutkan perjalanan ke Pantai Oka melalui jalan yang saat itu rusak berat. Berkat uluran tangan banyak pihak, hingga ada kapal motor mengangkut Putri Roh Kudus ini ke Balela-Larantuka.
Selama dua hari perjalanan panjang itu, akhirnya pada tanggal 20 April 1925, 5 misionaris SSpS perdana tiba di dermaga susteran St. Fransiskus Xaverius Balela.
Mereka disambut meriah oleh suster-suster Fransiskanes, para pastor dan putri-putri asrama berseragam putih sambil mengumandangkan lagu ‘Selamat datang suster-suster baru’, Tuhan Maha Besar.
Suster Helena menyebut, pada 25 April 1925 para suster Fransiskanes meninggalkan Balela dan kembali ke Pulau Jawa. Kompleks susteran seluas 2 hektar itu dipercayakan kepada SSpS. Banyak karya karitatif yang dijalankan di bidang pendidikan dan juga kesehatan bagi umat dan masyarakat Flores Timur.
Kesalehan Inteligensia
Tokoh Muslim, yang juga Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Ahmad Betan, pada kesempatan yang sama mengatakan, bahwa perjalanan panjang SSpS tahun 1925-2025 begitu banyak komitmen, upaya dan hambatan. Dia menyodorkan beberapa perspektif dari kisah perjumpaan dengan SSpS.
“Pertama, karya keselamatan secara kelembagaan. Itu akan menunjukkan kesalehan sosial. Ada lembaga pendidikan, kesehatan, pendampingan penyandang sosial sampai pada pantai asuhan bagi jompo.”
“Saya sepakat kita tidak hanya sekadar saleh tapi bagaimana Injil itu sedemikian sehingga kita mengajak Tuhan datang ke kita,” kata Ahmad Betan.
Yang kedua, kata Ahmad Betan, karya keselamatan yang bersifat personal. Baginya, hal yang menonjol dari didikan SSpS itu kesalehan inteligensia. Bahwa SDM menduduki kesalehan pertama. Selain itu, lanjutnya, ada kesalehan Religius.
“Doa-doa dan doa, tapi juga ikhtiar. Bagaimana kita berusaha memenuhi tuntutan kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.
Saat ini beberapa sekolah yang didirikan dibawah asuhan tangan dingin para suster SSpS seperti SMPK Mater Inviolata Larantuka dan sebagainya.
Tak hanya itu, rumah sakit Kewapante Maumere juga merupakan salah satu karya karitatif yang menyentuh aspek kemanusiaan.
Puncak Acara
Sementara Ketua Panitia 100 Tahun Komunitas SSpS Santo Fransiskus Xaverius Balela, Mikhael Fernandez Lewai menyebutkan menyongsong 100 tahun Komunitas SSpS Santo Fransiskus Xaverius Balela, panitia telah memulainya sejak tahun 2024 lalu.
Ada beberapa kegiatan yang sudah dilakukan, yakni Tridum yang dimulai pada tanggal 24-26 April 2024 di Kapela Biara SSpS Balela, Salve Agung pada 27 April 2024 di Kapela SSpS Balela, dan Perayaan Ekaristi Kudus membuka Tahun Yubelium pada Misa II Minggu, 28 April 2024 di Gereja Katedral yang dipimpin Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung.
Mel Fernandez mengatakan, selain itu, juga kegiatan kunjungan ke Panti Asuhan, ziarah ke Biara Pusat PRR, dan katekese. Sementara puncak perayaan 100 tahun Komunitas SSpS Santo Fransiskus Xaverius Balela dirayakan pada 23 Mei 2025.
“Sebelum puncak, pada 1 Mei 2025 dilakukan ziarah ke para pendahulu SSpS di Hokeng, Lela dan Wairkoja. Tanggal 10 Mei 2025, jalan santai melibatkan banyak pihak dan Tridum, tanggal 19-21 Mei, dan puncaknya pada 23 Mei 2025,” katanya.*
Ditulis oleh: Wentho Eliando dan Ladopurab
Editor : Wall Abulat