Oleh: Steph Tupeng Witin
SAYA sebenarnya sangat malas membaca tanggapan atas tulisan-tulisan saya perihal dugaan terjangan gerombolan mafia yang terdiri dari oknum Polres Nagekeo, pengacara dari Jakarta yang doyan pamer suara besar, orang Ende bilang: wora, oknum BPN dan preman lokal yang belakang mendapatkan julukan sarkastik: “tuan tanah palsu” atau “tuan tanah dadakan.”
Pada masa lalu sebelum borok terjangan gerombolan mafia ini terbongkar ke ruang publik, kelompok yang minoritas tapi kuat karena diduga ada dukungan “orang kuat Jakarta” ini, memakai institusi Polres Nagekeo dan baju coklat sebagai alat teror bagi warga kecil dan jurnalis bernurani.
Baju coklat itu warna seragam negara bagi aparat kepolisian tapi di Nagekeo menjadi nama sebuah kafe yang diduga pemiliknya adalah Kabag Ops Serfolus Tegu. Kafe ini menyimpan banyak narasi kelam tentang sosok Kabag Ops ini yang telah lama menjadi bahan “bisik-bisik” semua orang karena takut dipanggil ke Mapolres Nagekeo dan diteror.
Kini, setelah borok terjangan gerombolan mafia dibongkar ke ruang publik, gerombolan mafia waduk Lambo itu sangat kepanasan, menerjang tak karuan, panik dan wartawan KH Destroyer membuat tulisan ugal-ugalan dengan memanfaatkan orang-orang Nagekeo yang ditokohkan secara mendadak untuk memuja-muji Serfolus Tegu.
Saya malas membaca semua tulisan-tulisan itu karena tidak pernah membantah dengan data dan fakta semua kebusukan gerombolan mafia waduk Lambo yang dibongkar. Rakyat Nagekeo telah diberi pasokan informasi yang utuh dan menyeluruh perihal terjangan gerombolan mafia ini sehingga tidak akan “termakan” oleh tulisan wartawan piaraan KH Destroyer.
Jurnalis juga butuh makan tapi mencari makan dengan menjilat kekuasaan yang berdasarkan data dan fakta lapangan diduga sangat kuat: gerombolan mafia penghancur keutuhan Nagekeo, itu sama dengan “menyanyi” di Kafe Coklat dengan bon, alias nanti baru bayar. Jurnalis itu profesi sangat bermartabat. Jangan gadaikan profesi mulia ini hanya sebatas kenikmatan perut.
Seorang sahabat saya mengirim info perihal munculnya seorang tokoh bernama Patris Seo. Patris Seo terlibat dalam beberapa kasus kriminal seperti penyerangan dan perusakan rumah Bapak Petrus Tifu, warga Desa Aeramo, yang diduga dipimpin Tarsisius alias Tarzan, keponakan dari ketua suku Nataia, Patris Seo.
Patris Seo terpantau hadir di lokasi tindakan kriminal, bahkan sempat mengancam akan membakar rumah Yulius itu. Kasus ini dilaporkan ke Polres Nagekeo tapi tidak diproses hukum (VoxNtt.com 19/12/2023).
Patris Seo juga diduga terlibat dalam kasus penipuan jual beli tanah. Salah satu bukti kasus tanah itu adalah tanah milik Yayasan Persekolahan Umat Katolik Nagekeo (Yapersukna) yang dibeli dari bapaknya, Matias PAdha Jawa. Semua bukti kwitansi ada tersimpan di kantor Yapersukna. Tapi Patris Seo mengambil kembali tanah yang sudah putus dibeli Gereja Katolik itu dan menjualnya kepada pihak ketiga.
Orang ini mungkin merasa dirinya kebal hukum karena diduga kuat termasuk dalam kawanan gerombolan mafia waduk Lambo. Semua kasus yang menimpa Patris Seo diadukan ke Polisi di Polres Nagekeo. Laporan kasus-kasus Patris Seo ke Polres Nagekeo ibarat tinja yang masuk ke lubang waduk Lambo. Menguap ke udara. Hanya tercium aroma tengiknya.











