Oleh: Yulius Maran
SETIAP pergantian kepemimpinan di Kementerian Pendidikan membawa harapan sekaligus kegelisahan.
Kebijakan baru sering kali diperkenalkan dengan semangat perubahan, tetapi juga memicu pertanyaan: apakah ini benar-benar transformasi atau hanya sekadar rebranding dari konsep yang sudah ada?
Kita sudah menyaksikan berbagai perubahan kurikulum, dari KBK, KTSP, Kurikulum 2013, hingga Kurikulum Merdeka yang saat ini diterapkan.
Beberapa di antara kita mungkin sudah membaca naskah akademik tentang pembelajaran mendalam (deep learning) yang belum lama ini beredar, menawarkan pendekatan yang lebih relevan dengan tantangan pendidikan di era digital. Namun, sejauh mana konsep ini bisa diterapkan secara nyata dalam ruang kelas?
Di tengah berbagai tantangan implementasi, pembelajaran mendalam tidak sekadar menekankan pemahaman konseptual, tetapi juga membangun pengalaman belajar yang mindful, meaningful, dan joyful.
Artinya, pembelajaran harus mendorong kesadaran penuh dalam proses berpikir dan refleksi (mindful), memiliki makna yang relevan dengan kehidupan peserta didik (meaningful), serta memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan memotivasi (joyful).
Pendekatan ini menantang sistem pendidikan kita untuk beralih dari pola pengajaran berbasis hafalan menuju eksplorasi yang lebih mendalam dan aplikatif.
Namun, apakah sistem pendidikan Indonesia siap? Tanpa komitmen jangka panjang dari seluruh pemangku kepentingan, konsep ini berisiko hanya menjadi jargon tanpa implementasi yang berdampak nyata di kelas-kelas kita.
Pendidikan sebagai Katalis Perubahan
Pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk masa depan suatu bangsa. Di Indonesia, upaya transformasi pendidikan terus berkembang, salah satunya melalui Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis pemahaman mendalam.
Editor : Wentho Eliando
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya