Oleh: Pascual Semaun, SVD
Jeritan Tanah dan Kehidupan yang Terancam
DALAM pusaran kampanye global menuju energi bersih, masyarakat adat di Flores dan Lembata justru terjerat dalam penderitaan.
Proyek panas bumi (geothermal) yang digembar- gemborkan sebagai simbol kemajuan dan keberlanjutan, dalam kenyataannya menimbulkan kerusakan ekologis, sosial, dan budaya yang mendalam. Lebih menyedihkan lagi adalah cara masyarakat lokal diperlakukan dalam proses ini.
Mereka dianggap “tidak tahu apa-apa” karena tidak menguasai bahasa teknis, tidak duduk di bangku universitas, atau tidak memiliki sertifikat keahlian. Pengetahuan lokal yang hidup dari pengalaman sehari-hari selama puluhan, bahkan ratusan tahun, dianggap tidak sah.
Ukuran kecerdasan dibatasi hanya pada kriteria pendidikan formal. Masyarakat setempat bukan sekadar menyaksikan perubahan tersebut, melainkan melihat dan mengalaminya secara langsung sebagai bentuk degradasi, kehancuran, dan malapetaka.
Pembangunan yang Mengabaikan Martabat Manusia dan Alam
Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ (2015) dengan sangat jelas menyatakan bahwa kita harus menghargai dan belajar dari kearifan masyarakat adat dalam menjaga bumi.
Ia menulis: “Tanah bagi mereka bukanlah objek ekonomi, melainkan warisan hidup yang mengikat identitas dan keberadaan—suatu ruang suci tempat mereka berinteraksi, menopang nilai-nilai dan jati diri mereka.” (Laudato Si’, 146)
Pembangunan yang mengabaikan suara serta hak-hak masyarakat, dan merusak tanah leluhur, merupakan bentuk perampasan martabat manusia.
Hal ini bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik tentang keadilan sosial, hak atas lingkungan hidup yang layak, serta penghormatan terhadap seluruh ciptaan.
Hal ini juga ditegaskan dalam Dokumen Abu Dhabi (2019) dan Fratelli Tutti (2020), di mana Paus Fransiskus mengajak dunia untuk tidak menjadikan keuntungan ekonomi sebagai satu-satunya ukuran pembangunan, melainkan menjadikan martabat manusia dan keberlanjutan kehidupan bersama sebagai prinsip utama.
Gustavo Gutiérrez, bapak Teologi Pembebasan dari Negara Peru,, mengingatkan bahwa kemiskinan dan penindasan tidak bisa dipisahkan dari kerusakan lingkungan.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya











