Oleh: Willy Aran
“Berkeliling Sambil Berbuat Baik” (KisRas 10: 38).
ITULAH sepenggal kalimat yang dipilih oleh RD Egi Parera yang akrab disapa Opung sebagai motto Pancawindu imamatnya yang akan dirayakan di Paroki St Yosef Freinademetz Mautapaga, 14 Juni 2025 mendatang.
Sebelum sampai ke Pancawindu, yubilaris melewati ziarah hidup dalam bingkai spirit “Berjalan Sambil Berbuat Baik” sejak 1953 lalu saat hadir di dunia oleh pasangan Yohanes Alfonsus Parera dan Maria Emilia Parera.
Saat ditemui di teras rumah Pastoral Paroki St Yosef Freinademetz Mautapaga, Jumat (6/6/2025) sore, Opung menceritakan perjalanan hidupnya dan panggilan menjadi seorang imam.
RD Egi lahir dari keluarga sederhana di Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka, Provinsi NTT pada 13 Mei 1953.
Ia anak ke tujuh dari sepuluh bersaudara, delapan laki-laki dan dua perempuan. Dua saudaranya dipanggil pemilik kehidupan dan meninggalkan mereka sejak masih kecil.
Seperti anak-anak lainnya dan juga kaka adiknya kala itu, Egi kecil masuk Sekolah Rakyat (SR) di tanah kelahirannya, Maumere, Sikka. Saat duduk di bangku kelas IV SR, Egi kecil aktif di gereja.
Ia dipilih oleh gurunya menjadi ajuda (sekarang misdinar) bahkan menjadi ketua ajuda di gereja Paroki Sikka. Saat itu Egi sering bertemu dengan seorang misionaris Pater Rikard Nieuwendijk SVD, pastor paroki Sikka.
Rupanya Pater Rikard melihat kepribadian Egi Parera yang berbeda, sederhana dan disiplin dalam tugas. Pada satu hari Pater Rikard memanggil Egi dan memberikan motivasi kepadanya untuk melanjutkan pendidikan ke seminari, sebuah panti persemaian calon imam.
Egi merasakan getaran dalam dirinya dan menceritakan dorongan dari Pater Rikard kepada orangtuanya.
Editor : Wentho Eliando
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya