Bahasa, Jalan Menuju Hati dan Rekonsiliasi

- Jurnalis

Kamis, 9 Oktober 2025 - 19:59 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Anselmus DW Atasoge

MAJALAH Martinus dari Keuskupan Eisenstadt, Austria, edisi 12 Oktober 2025, menampilkan pemikiran Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, tentang ‘peran bahasa dalam karya misi Gereja’. Judul artikelnya tegas dan menyentuh: Sprache ist der Schlüssel zum Herz yang berarti ‘bahasa adalah kunci menuju hati’.

Dalam wawancara tersebut, Uskup Budi menekankan peran bahasa dalam karya misi Gereja. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi. Bagi Uskup Budi, bahasa membuka pintu menuju pemahaman, kepercayaan, dan kedekatan. Bahasa menyentuh sisi terdalam manusia. Bahasa membangun jembatan antara pewarta dan apa yang diwartakan.

Dalam konteks kebahasaan itu, Uskup Budi juga menyoroti pentingnya interkulturalitas. Dunia misi bergerak di tengah keberagaman. Bahasa menjadi sarana untuk ‘merawat relasi yang tulus’. Bahasa menumbuhkan rasa hormat. Bahasa menghindarkan dominasi. Bahasa mengajak untuk mendengarkan.

Baca Juga :  Kekerasan Seksual: Luka dalam Relasi yang Harus Dihentikan

Dalam pelayanan pastoral, kehadiran menjadi kunci. Para misionaris dipanggil untuk hadir secara utuh. Mereka tidak datang sebagai penguasa. Mereka hadir sebagai pelayan. Mereka belajar dari masyarakat. Mereka bertumbuh bersama umat yang mereka layani. Dan, tentu dengan ‘bahasa hati’ yang mereka miliki.

Pemikiran Uskup Budi mengingatkan kita bahwa misi bukan soal metode. Misi adalah soal sikap. Bahasa menjadi cermin dari sikap itu. Bahasa menunjukkan apakah kita sungguh hadir. Bahasa mengungkap apakah kita sungguh peduli.

Di tengah dunia yang penuh ketegangan, bahasa yang jernih dan penuh empati menjadi ‘jalan damai’. Bahasa yang tulus membuka ruang dialog. Bahasa yang rendah hati membangun harapan.

“The real power is not in money and weapons, but in dialogue, in the encounter between different cultures and religions.” Demikian kata Paus Fransiskus. Artinya, “Kekuatan sejati bukan terletak pada uang dan senjata, tetapi pada dialog, pada perjumpaan antara budaya dan agama yang berbeda.”

Baca Juga :  Paham Sosialisme dalam Terang Rerum Novarum

Kutipan ini memperkuat gagasan bahwa bahasa yang jernih dan penuh empati adalah jalan damai. Dialog yang tulus membuka ruang pengertian, dan perjumpaan yang rendah hati membangun harapan di tengah dunia yang penuh ketegangan. Dan, di tengah dunia yang penuh ketegangan, bahasa hadir sebagai sarana rekonsiliasi dan harapan.

Di titik ini, secara universal Gereja dipanggil untuk berbicara dengan hati. Gereja dipanggil untuk mendengarkan dengan kasih. Gereja dipanggil untuk hadir dengan bahasa yang menyembuhkan.*

Penulis adalah Staf Pengajar Stipar Ende

Berita Terkait

Menata Arah Pendidikan dengan Pikiran Strategis
Angka 30,2% di Ende: Tangisan Bayi dan Janji Terlupakan
Festival Lamaholot, Identitas dan Kohesi Sosial
World Rabies Day, Vaksin Rabies: Temuan Luar Biasa yang Disia-siakan
Futsal Ekasapta, Sumpah Pemuda dan Seribu Wajah Indonesia
Kala Indonesia Krisis Keteladanan
Ikhtiar Menjaga Jiwa dan Merawat Semesta (Sebuah Sisipan Refleksi Filosofis-Pastoral Dies Natalis ke-35 Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende)
Pancasila, Jiwa Sosial dan Ruang Publik yang Menyatukan Perbedaan
Berita ini 34 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 9 Oktober 2025 - 19:59 WITA

Bahasa, Jalan Menuju Hati dan Rekonsiliasi

Rabu, 8 Oktober 2025 - 12:04 WITA

Angka 30,2% di Ende: Tangisan Bayi dan Janji Terlupakan

Rabu, 8 Oktober 2025 - 07:52 WITA

Festival Lamaholot, Identitas dan Kohesi Sosial

Selasa, 7 Oktober 2025 - 12:53 WITA

World Rabies Day, Vaksin Rabies: Temuan Luar Biasa yang Disia-siakan

Senin, 6 Oktober 2025 - 08:16 WITA

Futsal Ekasapta, Sumpah Pemuda dan Seribu Wajah Indonesia

Berita Terbaru

Opini

Bahasa, Jalan Menuju Hati dan Rekonsiliasi

Kamis, 9 Okt 2025 - 19:59 WITA