Oleh: dr. Asep Purnama
VAKSIN adalah temuan dunia kesehatan yang luar biasa. Karena dengan adanya vaksin yang efektif untuk penyakit tertentu, maka satu langkah lagi penyakit tersebut akan lenyap.
Tidak semua penyakit berhasil ditemukan vaksinnya. Ilmuwan dunia berjuang sekuat tenaga dengan investasi besar-besaran, mencoba mendapatkan vaksin HIV, tapi hingga saat ini masih gagal.
Hanya sebagian kecil penyakit yang sudah ditemukan vaksinnya dan akhirnya berhasil mengendalikan penyakit tersebut bahkan melenyapkan penyakitnya.
Beberapa contoh keberhasilan vaksin jika dimanfaatkan dengan baik antara lain Covid-19, Polio, Cacar, Campak.
Syukur pada Tuhan, vaksin rabies sudah ditemukan ratusan tahun lalu. Bahkan penemunya, Louis Pasteur sudah meninggal 28 September 1895.
Dan tanggal wafatnya sang pahlawan kemanusiaan ini (28 September) dijadikan peringatan sebagai Hari Rabies Sedunia.
Vaksin rabies sudah terbukti efektif untuk mencegah rabies; baik pada hewan maupun manusia.
1. Vaksinasi rabies pada Hewan Penular Rabies (HPR) mampu memutus mata rantai penularan virus rabies.
2. Vaksinasi rabies pada manusia mampu mencegah kematian pada korban gigitan HPR.
Kalau HPR (anjing, kucing, kera) divaksin rabies secara serentak setiap tahun, (seperti vaksinasi polio, cacar, campak pada manusia) dengan cakupan >70%, maka tidak akan terjadi penularan virus rabies dan niscaya rabies akan lenyap (eliminasi) di daerah tersebut.
Kenyataannya bagaimana?
1. Vaksinasi rabies secara serentak setiap tahun pada HPR dengan cakupan >70% tidak terjadi atau
2. Vaksinasi rabies dilakukan pada HPR tapi dilaksanakan tidak berkesinambungan (on- off).
Apa akibatnya?
Penyakit rabies sampai sekarang belum bisa dikendalikan, apalagi dimusnahkan (eliminasi) meskipun sudah ditemukan vaksinnya yang efektif sejak berabad yang lalu. Sungguh menyedihkan.
Saya yakin Louis Pasteur akan sedih jika mengetahui bahwa vaksin rabies yang dia temukan dengan susah payah ternyata tidak dimanfaatkan maksimal untuk menghentikan kematian sia-sia setiap sepuluh menit akibat virus rabies di dunia. *
Penulis adalah Sekretaris Komite Rabies Flores-Lembata











