Pengaruh Media Sosial Dalam Pembentukan Jati Diri Mahasiswa

- Jurnalis

Minggu, 12 Mei 2024 - 17:29 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Sebastianus Torino Sina

KEHIDUPAN manusia yang bermula dari kesederhanaan kini menjadi kehidupan yang bisa dikategorikan sangat modern. Memasuki zaman dimana semua berbasis teknologi mau tidak mau kita harus mengikuti.

Sekarang banyak sekali masyarakat yang mulai aktif menggunakan sosial media sebagai bentuk pemanfaatan teknologi, terutama pada kalangan mahasiswa mungkin media sosial bukanlah hal yang baru bagi mereka.

Seiring berjalannya waktu dan dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin canggih maka komunikasi akan mudah dilakukan oleh-oleh khalayak.

Banyaknya mahasiswa yang memanfaatkan media sosial, dimana dalam sisi positifnya dapat meningkatkan pengetahuan dan sisi yang sebaliknya memberikan pengaruh negatif seperti kurangnya menghargai waktu dan terpaparnya pola perilaku mengikuti apa yang menjadi trend media sosial.

Keberadaan media sosial yang sudah menjadi bagian dari pola kehidupan mahasiswa, sedikit banyak akan memberikan pengaruh dalam pembentukan atau perubahan terhadap identitas diri pengguna media sosial.

Maraknya penggunaan media sosial di berbagai kalangan menunjukkan peran media sosial yang sudah merambah di semua aspek kehidupan khususnya dibidang informasi.

Penggunaan media sosial di kalangan mahasiswa pada kenyataanya lebih berisiko daripada orang dewasa menurut psikolog Elizabeth Santosa.

Selain itu meningkatnya pengguna situs jejaring sosial yang sebagian besar diantaranya adalah remaja, merupakan fenomena yang berkembang saat ini.

Berakibat dampak positif dan negatif yang ditimbulkan media sosial ini juga berdampak bagi pengguna. Jiwa remaja yang labil dan emosional sering salah dalam menafsirkan apa yang mereka dapatkan baik dari media massa maupun dari situs pertemanan.

Keadaan yang seperti demikian menjadikan remaja ajang coba-coba apa yang ditawarkan kepada mereka melalui media-media tersebut yang kemudian memunculkan perubahan perilaku baik itu yang positif maupun negatif pada diri remaja.

Baca Juga :  Fenomena Non-Aktif: Negosiasi antara Kekuasaan, Moral Publik dan Tekanan Sosial

Di samping itu mahasiswa juga beranggapan bahwa dengan handphone atau smartphone yang dimilikinya akan mampu mengukuhkan identitas diri dengan gaya maupun bersosial media.

Mahasiswa yang berada di fase akhir remaja, dimana nantinya mereka akan berinteraksi dengan masyarakat, keberadaan media sosial ini dapat memberi peran dalam proses pengukuhan identitas diri tersebut.

Hal ini tentunya jauh dari karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa ideal adalah beriman, bersemangat, banyak membaca, waspada, memiliki orientasi yang jelas, bermanfaat bagi orang lain, pandai menyesuaikan diri, berpikir jernih, kreatif, inovatif, disiplin, peduli terhadap lingkungan memiliki cita-cita yang tinggi, berpendirian kokoh, dan rendah hati.

Identitas diri dalam media sosial dapat menjadi cair dan berubah-ubah. Perangkat di media sosial memungkinkan siapapun untuk menjadi siapa saja, bahkan bisa menjadi pengguna yang berbeda sekali dengan realitanya, seperti pertukaran identitas kelamin, hubungan perkawinan sampai pada foto profil.

Media tidak lagi menampilkan realitas, tetapi sudah menjadi realitas tersendiri, bahkan apa yang ada di media lebih nyata (real) dari realitas itu sendiri.

Dalam penggunaan sosial media tersebut, mahasiswa sering mengesampingkan waktu dan tempat dalam pemakaian sosial media.

Penggunaan media sosial disesuaikan dengan fungsinya yang positif, meski terkadang dibukanya akun-akun negatif, dimana masing-masing mempunyai peran dan fungsinya sesuai dengan kepribadian masing masing mahasiswa.

Perubahan perilaku mahasiswa terkait penggunaan media sosial tidaklah terlalu besar pengaruhnya, mengingat penggunaan media massa tersebut sudah dilakukan untuk jangka waktu yang lama.

Media Sosial dapat dimaknai sebagai alat penghubung modern yang dapat menghubungkan antar individu di berbagai belahan dunia, meskipun jejaring sosial memiliki segelintir pengaruh positif terhadap kelakuan individu/seseorang.

Baca Juga :  Catatan Reflektif 78 Tahun Indonesia Merdeka

Namun perlu diingat, jejaring sosial ternyata mempunyai lebih banyak sisi/pengaruh negatifnya terhadap seseorang, hingga dapat mempengaruhi seseorang bertingkah di luar batasan orang normal, seperti pamer perjalanan wisata, pamer kecepatan speedometer, memotret makanan, hingga menyebabkan “Dehumanisasi”/ seseorang lebih peduli pada dunia maya di internet daripada lingkungan nyata di sekitarnya, pada seseorang yang terkena dampak negatifnya.

Pencegahan pengaruh negatif dari jejaring sosial dapat dilakukan mulai dari orang-orang terdekat individu tersebut, seperti Orang tua, teman, dan saudara, dan kita sebagai manusia juga harus bersikap kritis dan waspada jangan mudah terbawa arus modern yang sekarang sedang melanda kehidupan, jangan pernah menjadikan jejaring jejaring sosial tersebut menjadi seperti sebuah kebutuhan pokok dalam kehidupan, namun jadikan jejaring sosial sebagai media yang bermanfaat untuk membantu kehidupan manusia bukan malah menghambatnya dan menyebabkan ketidaknormalan.

Terkait identitas diri mahasiswa dalam penggunaan media sosial, bahwa media tersebut penggunaannya lebih disesuaikan dengan suasana hati.

Juga dalam adanya pemakaian nama samaran dalam akun yang dibuatnya menunjukkan bahwa mahasiswa belum memiliki rasa tanggung jawab yang penuh terhadap apa yang telah ditulis dan diunggahnya.

Banyaknya akibat yang ditimbulkan dari media sosial khususnya terkait perubahan tingkah laku para pemakainya, maka diperlukan adanya suatu bentuk tembok pembatas sebagai pemisah perubahan tingkah laku yang ditawarkan oleh media sosial tersebut, benteng tangguh dari diri pribadi dan juga positive thinking harus ditanamkan.

Apapun sarana yang kita gunakan untuk memudahkan suatu tindakan atau perbuatan kita, hendaknya disesuaikan dengan identitas diri yang telah ditanamkan kepada kita sejak kecil. *

Penulis, adalah: Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, Jawa Timur

Berita Terkait

Bahasa, Jalan Menuju Hati dan Rekonsiliasi
Menata Arah Pendidikan dengan Pikiran Strategis
Angka 30,2% di Ende: Tangisan Bayi dan Janji Terlupakan
Festival Lamaholot, Identitas dan Kohesi Sosial
World Rabies Day, Vaksin Rabies: Temuan Luar Biasa yang Disia-siakan
Futsal Ekasapta, Sumpah Pemuda dan Seribu Wajah Indonesia
Kala Indonesia Krisis Keteladanan
Ikhtiar Menjaga Jiwa dan Merawat Semesta (Sebuah Sisipan Refleksi Filosofis-Pastoral Dies Natalis ke-35 Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende)
Berita ini 292 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 9 Oktober 2025 - 19:59 WITA

Bahasa, Jalan Menuju Hati dan Rekonsiliasi

Rabu, 8 Oktober 2025 - 12:04 WITA

Angka 30,2% di Ende: Tangisan Bayi dan Janji Terlupakan

Rabu, 8 Oktober 2025 - 07:52 WITA

Festival Lamaholot, Identitas dan Kohesi Sosial

Selasa, 7 Oktober 2025 - 12:53 WITA

World Rabies Day, Vaksin Rabies: Temuan Luar Biasa yang Disia-siakan

Senin, 6 Oktober 2025 - 08:16 WITA

Futsal Ekasapta, Sumpah Pemuda dan Seribu Wajah Indonesia

Berita Terbaru

Opini

Bahasa, Jalan Menuju Hati dan Rekonsiliasi

Kamis, 9 Okt 2025 - 19:59 WITA