MAUMERE, FLORESPOS.net-Lahan pertanian di Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kebanyakan merupakan lahan miring dengan kemiringan tanah bisa mencapai 30 persen.
Meski demikian, tidak menyurutkan langkah petani milenial ini untuk memanfaatkan lahan perkebunan ini untuk dijadikan lahan pertanian tanaman kebun dengan budidaya tanaman hortikultura.
“Memang sulit budidaya tanaman hortikultura di lahan miring,” sebut Erik Paji, petani milenial Desa Ladogahar, Kecamatan Nita saat ditemui di kebunnya, Senin (12/5/2025).
Erik mengatakan, lahan perkebunan seluas hampir satu hektar ini berupa tanaman jambu mete berusia puluhan tahun yang sudah tidak produktif sehingga harus ditebang dan dibersihkan dahulu lahannya.
Terasering merupakan teknik rekayasa pertanian yang menciptakan teras-teras bertingkat pada lahan miring, bertujuan untuk mengurangi panjang lereng dan kemiringan lereng, serta mencegah erosi tanah.
“Terasering penting untuk mencegah erosi, meningkatkan kelembapan tanah,mencegah longsor serta menjaga budaya pertanian.Itu hal penting yang harus dibuat untuk melestarikan tanah,” ungkapnya.
Di lahan yang berada di persis jalan kabupaten beraspal ini, dirinya menanam tomat, lombok keriting dan aneka jenis sayuran yang cocok dikembangkan di daerah dingin
Erik menyebutkan, untuk budidaya tanaman hortikultura di lahan miring, pembuatan terasering itu hal penting yang harus dibuat sehingga bisa menjaga tanah atau lestarikan tanah sehingga bisa dimanfaatkan untuk selama-lamanya.
Ia mengakui memang dalam kegiatan pengolahan lahan untuk pembentukan kegiatan pembuatan terasering sulit karena tingkat kesulitannya itu tergantung dari tingkat kemiringan lahan.
“Semakin miring lahan maka tingkat kesulitannya semakin tinggi. Maka harus pengolahan tanah yang pertama kita butuh penguat terasering terlebih dahulu,” terangnya.
Penulis : Ebed de Rosary
Editor : Wentho Eliando
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya