Memutus Rantai TPPO NTT (Sebuah Ajakan Transformatif)

- Jurnalis

Sabtu, 18 Januari 2025 - 09:37 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Inosensius Enryco Mokos, M. I. Kom

Inosensius Enryco Mokos, M. I. Kom

Oleh Inosensius Enryco Mokos

PERDAGANGAN orang di Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan masalah serius yang terus meningkat, mengancam keselamatan dan hak asasi manusia.

Urgensi untuk mengatasi isu ini sangat penting, mengingat dampaknya yang luas terhadap individu, keluarga, dan masyarakat, serta tantangan yang dihadapi dalam penegakan hukum dan perlindungan korban.

Dalam konteks ini, esai ini akan membahas berbagai aspek terkait perdagangan orang di NTT, termasuk faktor penyebab, dampak sosial dan ekonomi, serta upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk memberantas praktik ini.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang masalah ini, diharapkan kita dapat menemukan solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk melindungi masyarakat dari ancaman perdagangan manusia.

Baca Juga :  Rakyat versus "Drakula Politik"

Peran pemerintah, aparat penegak hukum dan masyarakat umum tentu akan sangat membantu untuk bisa secara bersama-sama memerangi TPPO di NTT demi menegakkan keadilan dan perlindungan kepada semua orang.

Data dan Akar Masalah TPPO

Perdagangan orang, atau TPPO, merupakan masalah serius yang dihadapi NTT.

Pada tahun 2024, NTT mencatat sejumlah tindakan TPPO, yaitu 255 kasus TPPO yang dilaporkan. Hal ini menjadikan NTT sebagai salah satu provinsi dengan angka tertinggi di Indonesia.

Baca Juga :  Invest-ASI Ibu di Era Milenial

Dari total tersebut, 185 orang pekerja migran asal NTT menjadi korban TPPO yang direkrut secara tidak prosedural dalam enam bulan pertama tahun ini.

Kasus-kasus ini sering melibatkan pemalsuan dokumen dan penipuan yang dilakukan oleh oknum yang menjanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi di luar negeri.

Salah satu kasus penting yang mencolok adalah kematian 66 pekerja migran asal NTT di luar negeri dalam waktu tujuh bulan. Hanya satu dari mereka yang memiliki dokumen lengkap, sementara sisanya berangkat secara ilegal.

Editor : Wall Abulat

Berita Terkait

Flores: Dari Pulau Bunga Menuju Pulau Panas Bumi
Makan Bergizi Gratis, Menu Sehat untuk Generasi Emas
Tolak Proyek Geothermal Demi Keutuhan Ciptaan (Dukungan “Kecil” atas Sikap Tegas Uskup Agung Ende)
Depresi Pasca Melahirkan: Tantangan dan Cara Mengatasinya
Ende Dalam Pusaran Bahaya Geothermal
Fokus Bersama Pemerintah Daerah NTT dan Masyarakat Menuntaskan Stunting di NTT
Yang Kusukai Dari Kalian
Media Sosial dan Harapan Masyarakat
Berita ini 93 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 23 Januari 2025 - 08:34 WITA

Flores: Dari Pulau Bunga Menuju Pulau Panas Bumi

Sabtu, 18 Januari 2025 - 09:37 WITA

Memutus Rantai TPPO NTT (Sebuah Ajakan Transformatif)

Jumat, 17 Januari 2025 - 14:53 WITA

Makan Bergizi Gratis, Menu Sehat untuk Generasi Emas

Selasa, 14 Januari 2025 - 17:47 WITA

Tolak Proyek Geothermal Demi Keutuhan Ciptaan (Dukungan “Kecil” atas Sikap Tegas Uskup Agung Ende)

Selasa, 14 Januari 2025 - 08:45 WITA

Depresi Pasca Melahirkan: Tantangan dan Cara Mengatasinya

Berita Terbaru


Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi saat ditemui di Gedung Kwarnas, Jakarta, Jumat (7/2/2025). (KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA)

Nusa Bunga

Istana: Gaji Ke-13 dan THR Itu Hak PNS, Akan Dibayar

Jumat, 7 Feb 2025 - 14:55 WITA