Oleh: dr. Dorothea Ayu Vebrianti Lasa
PERKEMBANGAN dunia saat ini ditandai dengan masifnya inovasi teknologi dan komunikasi. Masifnya perkembangan teknologi terwujud dalam berbagai aplikasi dan perangkat elektronik seperti smartphone, laptop dan tablet.
Smartphone merupakan perangkat elektronik yang paling banyak digemari dan tidak hanya dapat diakses oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak.
Bahkan pada masa kini, anak-anak lebih mahir dalam mengoperasikan smartphone yang dalam beberapa kasus menyebabkan ketergantungan.
Kecenderungan ketergantungan tersebut semakin didukung oleh lemahnya pengawasan orang tua ketika anak mengakses smartphone.
Ketergantungan terhadap smartphone mempengaruhi tahap perkembangan anak yang pada hakikatnya dilatih untuk berinteraksi secara sosial di luar dirinya.
Sebenarnya, penggunaan smartphone tidak hanya memberikan dampak negatif tetapi juga memberikan dampak positif jika dimanfaatkan secara tepat.
Namun, berikut ini akan dijelaskan dampak negatif dari penggunaan smartphone secara berlebihan.
1. Mengalami Ketergantungan dan Kecanduan
Penggunaan smartphone secara tidak terkontrol dan tidak terjadwal dapat menyebabkan anak mengalami ketergantungan dan kecanduan, yang dalam jangka panjang dapat berpengaruh buruk pada kesehatan psikis maupun fisik anak.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Computers in Human Behavior diketahui bahwa anak-anak yang menggunakan smartphone secara berlebihan menunjukkan tanda kecanduan seperti perasaan gelisah saat anak tidak memainkan smartphone. Anak juga bisa kehilangan minat terhadap aktivitas lain.
2. Mengalami Gangguan Emosional
Anak-anak yang terlalu sering terpapar oleh smartphone memiliki kecenderungan mengalami gangguan emosional seperti kecemasan dan depresi.
Selain itu, anak juga mengalami kesulitan untuk mengatur emosi dan menyelesaikan konflik di dunia nyata karena anak terbiasa mendapatkan komunikasi satu arah tanpa perlu adanya interaksi.
Aktivitas yang sering dilakukan anak-anak dengan smartphone mereka biasanya beragam, mulai dari bermain game, menonton video, membuka media sosial dan mencari berbagai informasi yang menarik.
Penelitian yang dilakukan di University of Alberta menemukan bahwa anak yang menghabiskan banyak waktu di depan layar smartphone memiliki kecenderungan mengalami gangguan perilaku dan emosional.
Gangguan perilaku dan emosional yang tidak ditangani secara tepat dan terjadi terus menerus akan menyebabkan berbagai permasalahan saat anak menginjak usia remaja dan dewasa.
3. Mengalami Gangguan Tidur
Paparan cahaya biru dari smartphone dapat menganggu pola tidur anak-anak. Menurut National Sleep Foundation, cahaya biru dapat menekan produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur, sehingga anak mengalami kesulitan tidur dan kualitas tidur yang buruk.
Padahal bagi anak usia dini tidur adalah aktivitas yang penting karena hormon perkembangan anak bekerja efektif saat anak tidur.
Tidur yang cukup juga akan mempengaruhi mood dan semangat anak untuk beraktivitas.
Jika terjadi dalam jangka panjang gangguan tidur dapat menyebabkan meningkatnya potensi anak mengalami masalah pada kesehatan mentalnya, seperti resiko depresi, kecemasan dan berbagai masalah perilaku lainnya.
4. Mengalami Gangguan Penglihatan
Anak-anak yang terlalu sering menggunakan smartphone beresiko mengalami gangguan myopia (rabun jauh).
Studi yang dilakukan oleh American Academy of Ophthalmology menunjukkan bahwa paparan berlebih pada layar digital dapat meningkatkan resiko myopia pada anak-anak.
5. Mengalami Pengurangan Interaksi Sosial
Menggunakan smartphone secara berlebihan dapat mengurangi waktu anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan keluarga dan teman sebaya.
Padahal interaksi dan komunikasi adalah salah satu cara penting anak untuk belajar hal baru. Kurangnya interaksi dengan orang lain juga akan menghambat berkembangnya kemampuan sosial anak.
Anak-anak yang lebih intens berkomunikasi melalui teks atau aplikasi pesan instan memiliki kemampuan verbal yang kurang baik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan, anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan smartphone menunjukkan penurunan kemampuan berbicara dan berkomunikasi secara efektif.
Usia 0-8 tahun merupakan fase yang sangat penting pada anak karena pada masa tersebut otak anak mengalami perkembangan secara signifikan dan menentukan tingkat kecerdasan anak selanjutnya.
Tahapan yang sangat penting ini tidak dapat diulangi karena terjadi hanya sekali seumur hidup. Manusia, terutama anak usia dini, belajar dengan cara meniru (modeling).
Apa yang anak lihat, itulah yang anak tiru dan akan dianggap sebagai kebenaran. Jika tidak ada validasi dari orang dewasa untuk mengarahkan anak tentang apa yang benar dan tidak benar, maka hal yang keliru tersebut bisa menjadi informasi yang anak yakini kebenarannya (yang sebenarnya salah).
Dalam tahapan perkembangan selanjutnya: what you see is what you get! Jika sejak dini seorang anak terbiasa menggunakan smartphone secara monoton dan intens, maka tumbuh kembang kecerdasan fisik-motorik, kecerdasan kognitif, kecerdasan emosinal, kecerdasan bahasa, serta komunikasi secara sosial menjadi terhambat.
Padahal, kecerdasan-kecerdasan tersebut mulai berkembang sejak usia dini dan menjadi landasan untuk perkembangan anak pada tahapan atau usia selanjutnya.
Penggunaan smartphone secara intens terhadap anak menyebabkan kreativitas dan kuriositas anak menjadi tidak terstimulus secara maksimal.
Anak menjadi cepat puas dengan apa yang dilihatnya ketimbang merangsang rasa ingin tahu terhadap sesuatu; karena rasa ingin tahunya menjadi terbatas, menyebabkan daya kreativitasnya tidak berkembang.
Mengapa demikian? Kemudahan yang diperoleh dalam mengumpulkan informasi dari internet melalui smartphone menyebabkan anak cenderung cepat puas dengan pengetahuan yang diperolehnya dan menganggap informasi tersebut paling akurat (Ibrahim: 2012).
Oleh karena itu, dalam penggunaan smartphone peran orang tua sangat krusial. Orang tua harus senantiasa mendampingi anak dan menerapkan aturan yang jelas dalam penggunaan smartphone. Harus ada batasan bagi anak usia dini terkait berapa lama dan kapan anak boleh menggunakan smartphone-nya.
Selain itu dalam penggunaan smartphone orang tua perlu mengawasi dan menjadi filter bagi anak sehingga anak tidak memperoleh informasi yang keliru selama anak mengakses smartphone-nya.
Bijak dalam menggunakan smartphone harus diajarkan dan dicontohkan oleh orang tua pada anaknya agar anak-anak mampu memanfaatkan smartphone secara tepat dan dapat memperoleh informasi yang akurat dari penggunaan smartphone. *
Penulis: Dokter Umum di Puskesmas Ndetundora, Kabupaten Ende, NTT.