MAUMERE, FLORESPOS.net-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak semalam, Selasa (17/6/2025) melakukan evakuasi pasien dari Puskesmas.
Pasien yang dievakuasi berasal dari Puskesmas Boganatar yang berada di dekat perbatasan Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka serta Puskesmas Watubaing yang semuanya ada di Kecamatan Talibura.
“Tadi malam sudah diantisipasi sehingga pasien yang dirawat di Puskesmas Boganatar kita usahakan dievakuasi tadi malam sampai dengan jam 2 pagi,” sebut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus, Rabu (18/6/2025).
Petrus mengatakan, sebanyak 25 pasien harus dievakuasi dimana 24 pasien berasal dari Puskesmas Boganatar di Desa Kringa dan 1 pasien dari Puskesmas Watubaing di Desa Talibura.
Sebanyak 23 pasien terdiri dari 4 bayi, 3 orang ibu menyusui, 5 orang anak dan 11 orang dewasa diungsikan ke Rumah Tunggu Kelahiran Kabupaten sedangkan seorang ibu yang sudah melahirkan dengan bayinya dievakuasi ke Puskesmas Beru.
“Ada satu pasien umum dari Puskesmas Watubaing, Kecamatan Talibura dievakuasi dan dirawat di Puskesmas Waigete, Kecamatan Waigete,” sebutnya.
Petrus menyebutkan, kondisi dari semalam sampai pagi ini, Rabu (18/6/2025) sebanyak 27 Puskesmas yang ada di Kabupaten Sikka semuanya terdampak abu vulkanik.
Ia mengatakan, yang dikuatirkan kalau tidak ditangani dengan segera maka kedepannya pasti ada penyakit yang timbul di warga dimana yang pertama itu pasti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Lanjutnya, setelah itu, selang seminggu ke depan, biasanya gejalanya adalah diare karena ada konsumsi makanan yang terkena debu vulkanik dan tidak dicuci bersih dan ada pencemaran di lingkungannya.
“Kita antisipasi yang pertama untuk segera, membagi masker ke warga.Sisa masker di Dinas Kesehatan sebanyak 10.150 lembar dan itu bisa bertahan selama 2 sampai 3 hari ke depan,” ungkapnya.
Sementara itu sebut Petrus, laporan dari BPBD Sikka menyebutkan terdapat sekitar 20.000 masker yang mereka miliki dan itu tidak lama akan habis kalau kita pakai tanpa selektif.
Dinkes Sikka juga telah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan menghimbau warga untuk selalu berada di rumah kalau tidak terlalu urgen untuk keluar rumah dan kalau terpaksa keluar rumah harus memakai masker.
Kemudian untuk menjaga kualitas air, sebanyak 3 tim Dinkes Sikka sudah diterjunkan ke lokasi Puskesmas Boganatar, Watubaing di Kecamatan Talibura dan Puskesmas Tanarawa di Kecamatan Waiblama.
“Tim gerak cepatnya Dinas Kesehatan juga diterjunkan memperkuat Puskesmas untuk melayani kesehatan warga dari rumah ke rumah,” paparnya.
Petrus beralasan, bila harus memobilisasi warga ke Puskesmas dalam kondisi debu yang cukup luar biasa ini, yang kita kuatirkan bukan orang tambah sehat, tetapi tambah sakit, sehingga tim turun untuk melayani warga dari rumah ke rumah.
Tim juga sementara mendata di seluruh Puskesmas terkait dampak yang paling krusial yakni ibu hamil, ibu menyusui serta bayi dan balita supaya bisa diantisipasi dan didampingi kelompok-kelompok rentan ini.
“Jangan sampai ada hal yang kurang kita inginkan akan terjadi selama tiga hari ke depannya nanti.Resiko ini akan kita lihat dampaknya tiga hari setelah erupsi kemarin,” ungkapnya.
Petrus mengatakan, sekitar hari Sabtu atau Minggu mungkin sudah bisa dilihat ada yang mulai terkena penyakit ISPA atau penyakit-penyakit kulit lainnya dan mungkin disertai dengan diare. *
Penulis : Ebed de Rosary
Editor : Wentho Eliando