Oleh: Inosensius Enryco Mokos, M. I Kom
DALAM beberapa bulan ini, kita banyak menyaksikan kejadian yang kurang mengenakkan dalam kehidupan masyarakat. Tindakan kekerasan, penganiayaan banyak berseliweran di media sosial dan sering kita saksikan.
Setiap berita dan kejadian di media sosial sekarang ini banyak menunjukkan aksi kekerasan dan penganiayaan. Sungguh menyedihkan memang tetapi itu ada nyata yang dilihat. Hal ini sudah seperti menjadi tontonan yang biasa disaksikan oleh masyarakat.
Beberapa contoh yang bisa diambil adalah kasus kekerasan dan juga penganiayaan yang terjadi terhadap dokter muda yang sedang menjalani praktek di RSUD Siti Fatimah Palembang yang mana kasus kekerasan ini terjadi karena silang pendapat atau tidak terjadinya komunikasi yang baik sehingga kekerasan pun terjadi.
Atau lagi kasus kekerasan yang baru saja terjadi yang mana korbannya adalah seorang karyawati toko roti di daerah Cakung Jakarta Timur yang mana kasus ini sungguh heboh.
Heboh karena kasus kekerasan ini dilakukan oleh anak dari pemilik toko roti, juga kasus ini menyita atensi publik karena beberapa kalimat yang terlontar dari pelaku kekerasan yang mana seperti meremehkan korban yang adalah masyarakat biasa sehingga tidak bisa memenjarakan sang pelaku.
Tentu hal inilah yang memicu kemarahan publik sehingga masyarakat menuntut aparat hukum agar bisa menegakan keadilan yang sama bagi semua masyarakat yang mendapatkan tindakan penganiayaan dan kekerasan.
Anomali dan Komunikasi yang Efektif
Membangun hubungan yang baik dan juga menjaga keharmonisan dalam sebuah relasi hanya akan terjadi jika masyarakat dapat berkomunikasi dan menyampaikan pendapat dengan baik. Tentu setiap tindakan kekerasan dan penganiayaan terjadi pertama-tama karena komunikasi yang terjadi tidak berjalan dengan baik.
Terjadi kesalahpahaman sehingga berujung pada tindakan yang tidak baik. Hal ini bisa kita lihat lewat kasus penganiayaan yang terjadi kepada seorang dokter koas di Palembang yang sedang menjalani praktek di RSUD Siti Fatimah Palembang.
Karena kesalahan komunikasi terjadi kesalahpahaman yang berujung pada tindakan kekerasan.
Charles Berger dalam tulisannya di Journal of Communication (2017) tentang bagaimana mereduksi ketidakpastian dalam komunikasi menjelaskan bahwa kesalahpahaman dan ketidakpastian akan muncul ketika sebuah komunikasi inter personal belum terjadi.
Hal ini karena orang-orang mencoba memprediksi dan juga mengantisipa siapa yang akan terjadi apabila sebuah komunikasi itu tidak berjalan dengan baik. Namun dengan melakukan komunikasi yang efektif dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi dalam sebuah komunikasi inter personal.
Ketidakpastian itu merupakan sebuah antisipasi dan prediksi untuk komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Jika tidak diatasi dengan baik hal inilah yang menjadi titik awal komunikasi yang tidak efektif bisa terjadi.
Karena ketidakpastian yang muncul memberikan asumsi yang tidak pasti sehingga membuat orang-orang mengantisipasi apa yang akan dilakukan apabila tidak terjadi komunikasi yang baik.
Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan kenapa tindakan kekerasan dapat terjadi apabila sebuah komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan efektif.
Ketidakpastian dalam komunikasi membentuk sikap antisipasi yang akan berujung pada tindakan yang tidak baik sehingga bisa menjerumuskan masyarakat kedalam tindakan yang salah yang justru merugikan.
Komunikasi yang seharusnya menjadi jembatan untuk membangun sebuah hubungan yang baik antar sesame justru menjadi bumerang yang menjerumuskan masyarakat kedalam masalah karena asumsi ketidakpastian dan antisipasi akan hal yang terjadi dalam komunikasi.
Tindakan kekerasan dan penganiayaan yang muncul sebagai akibat dari kegagalan komunikasi seharusnya dihindari. Kesalahpahaman dan ketidakpastian yang muncul dalam komunikasi interpersonal sebenarnya bisa dihindari dengan berpijak pada asas komunikasi yang mana bertujuan untuk membangun komunikasi yang efektif.
Asas komunikasi yang paling penting adalah keterbukaan dan juga kejujuran. Lebih dari itu adalah bahwa dalam komunikasi harus adanya empati, tanggungjawab juga kesadaran.
Mengambil kisah kasus kekerasan yang terjadi yaitu kasus penganiayaan yang terjadi terhadap dokter Koas di RSUD Siti Fatimah Palembang terjadi karena kesalahpahaman antara dokter dan juga orang tua dari dokter Koas yang lain karena berselisih pendapat tentang jadwal jaga di saat libur Natal dan juga tahun baru.
Justru Natal dan tahun baru yang seharusnya membawa perubahan, harapan dan kebahagian menjadi hancur karena kesalahpahaman yang terjadi dalam komunikasi sehingga menimbulkan kerugian untuk kedua belah pihak yang melakukan komunikasi tersebut.
Mengedepankan asas komunikasi adalah cara yang paling efektif untuk membangun komunikasi interpersonal yang baik. Ketidakpastian dan asumsi antisipasi yang muncul di saat komunikasi interpersonal harus dihindari agar tindakan yang salah saat komunikasi yang tidak berjalan dengan baik dapat terhindar.
Membangun sikap empati, saling mendengarkan, jujur dan terbuka serta mau mendengarkan dan juga tidak egois adalah sikap-sikap yang harus dikedepankan saat komunikasi interpersonal dilakukan sehingga hal-hal buruk lain dapat terhindari.
Hal itu semua adalah untuk membangun komunikasi yang efektif juga membangun hubungan yang harmonis karena dasar dari komunikasi adalah untuk membangun hubungan yang harmonis antar pribadi.
Refleksi Natal dan Transformasi
Tema Natal tahun 2024 adalah “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem”. Dari kalimat ini bisa kita simpulkan adalah ajakan bersama untuk semua orang. Maka bisa dikatakan bahwa kita semua bersama-sama bergandengan tangan untuk bersama melangkah menuju Betlehem yaitu hidup baru dan harapan baru yang baik dan harmonis.
Tentu kita semua diajak untuk bersama-sama membangun hubungan yang baik dan membangun sebuah komunitas yang baik.
Semua itu dapat tercapai bila kita semua mengedepankan sebuah komunikasi yang baik antar pribadi agar kita menghindari konflik sesama juga agar kita bisa secara bersama-sama berjalan menuju Betlehem.
Charles Burger (2017) menjelaskan cara paling efektif untuk membangun komunikasi yang baik yang bisa menjadi refleksi kita di Natal tahun ini sesuai dengan tema yang sudah ditetapkan untuk kita renungkan bersama. Ada beberapa cara komunikasi yang efektif.
Pertama, keterbukaan. Keterbukaan di sini adalah sikap untuk saling mendengarkan saat komunikasi interpersonal terjadi. Artinya bahwa tidak memaksakan pendapat adalah hal yang harus dihindari karena pertengkaran dan kegagalan komunikasi terjadi karena sikap tidak mengedepankan keterbukaan.
Saling memberi masukan dan saling mendengarkan adalah cara yang paling ampuh untuk membangun komunikasi yang efektif. Berkesinambungan dengan refleksi dan lewat tema Natal kita berusaha saling terbuka untuk membantu satu sama lain agar kita semua bisa bergandengan tangan menuju Betlehem.
Kedua, kesadaran. Kesadaran di sini adalah konteks sebuah komunikasi inter personal itu dilakukan. Hal ini yang sering menjadi pemicu tindakan yang kurang baik terjadi karena orang lupa akan konteks dan tidak sadar bahwa komunikasi dilakukan untuk memberi pencerahan bukan untuk semakin memperburuk masalah.
Kesadaran akan konteks komunikasi dilakukan juga untuk menahan diri merupakan hal yang harus dikedepankan agar tindakan yang buruk dalam sebuah relasi tidak terjadi.
Dalam hal refleksi Natal sesuai dengan tema Natal adalah bahwa kita dituntut untuk sadar bahwa Natal adalah jalan bagi kita untuk mentransformasi diri untuk menjadi yang lebih baik. Natal memberi kita harapan baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik agar kita semua dapat berjalan bersama menuju Betlehem.
Ketiga, empati. Kita harus menyadari bahwa setiap orang memiliki masalah masing-masing dalam hidup ini. Untuk tidak egois dan memaksakan pendapat adalah sikap empati yang bisa kita tunjukkan kepada sesama.
Hal ini sangat penting karena kita menyadari bahwa setiap orang memiliki masalah maka kita seharusnya bisa menahan diri untuk saling mendengarkan dan berempati untuk bisa membantu orang lain.
Dalam refleksi Natal sesuai dengan tema adalah bahwa empati itu ditunjukkan dengan memperhatikan sesame dalam kehidupan dan membantu mereka agar mereka juga bisa berjalan bersama-sama untuk menuju Betlehem.
Kehidupan yang harmonis dan kondusif adalah hal yang harus terus diusahakan oleh setiap masyarakat. Dengan kehidupan yang baik masyarakat akan bisa untuk mengembangkan diri dengan baik sehingga bisa mengembangkan diri dengan baik juga.
Lewat perayaan Natal dan juga tema Natal yang diusung tahun ini, semoga semua masyarakat dapat bersinergi bersama untuk membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik dan harmonis untuk masa depan bersama. Semoga! *
Penulis, adalah Lulusan Magister IlmuKomunikasi Universitas Bina Nusantara Jakarta, PenelitiKomunikasi dan Budaya, tinggal di Kota Kupang, NTT
Editor : Wall Abulat