Quo Vadis Kurikulum Merdeka Belajar dan Projek Profil Pelajar Pancasila: Menanti Kurikulum Baru Untung atau Buntung? (1)

- Jurnalis

Kamis, 14 November 2024 - 21:36 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Walburgus Abulat

Walburgus Abulat

Oleh Walburgus Abulat

KABINET Merah Putih bentukan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres RI Gibran Rakabuming Raka telah sah diberlakukan sejak Oktober 2024 lalu.

Ada banyak gebrakan awal yang diterapkan pemerintahan Prabowo-Gibran. Salah satu hal menarik yang ditunggu dari pemerintahan ini perihal penerapan kurikulum. Sebagaimana diketahui, selama ini di Indonesia sering terjadi gonta ganti penerapan kurikulum di bawah pemerintahan baru, khususnya hal teknis di bawah kementerian pendidikan.

Tak hanya gonta-ganti nomenklatur nama kementerian, tetapi yang lebih terasa dialami warga khususnya kalangan dunia pendidikan perihal penerapan kurikulum baru.

Sebagaimana kita ketahui, dalam rentang perjalanan negara ini, khususnya di bidang pendidikan telah diterapkan belasan kurikulum yang berlaku di satuan pendidikan dasar hingga menengah.

Beberapa kurikulum yang pernah diterapkan di antaranya Kurikulum Rencana Pelajar 1947, Kurikulum Rencana Pelajar Terurai 1952, Kurikulum Rencana Pendidikan 1964; Kurikulum 1968, Kurikulum 1975; Kurikulum 1984; Kurikulum 1994; Suplemen Kurikulum 1999; Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, Kurikulum 2013 (K-13), dan terbaru Kurikulum Merdeka yang mulai diterapkan sejak tahun 2022.

Penerapan kurikulum di atas memiliki visi mulia dengan semangat yang sama yakni untuk mewujudkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Tiap kurikulum di atas memiliki nilai plus. Nilai plus itu tentu dilihat dari out put tamatannya. Kita bisa menyebut sosok yang berhasil yang pernah mengikuti penerapan kurikulum di atas sesuai konteks zaman di masanya.

Dari sekilas kurikulum di atas, ada tiga kurikulum yang masih berlaku atau diterapkan di sekolah-sekolah baik SD, SLTP, maupun SLTA yakni KTSP, K-13, dan Kurikulum Merdeka.

Dari tiga kurikulum yang disebutkan terakhir ini, dua di antaranya KTSP dan K-13 hampir diterapkan di semua sekolah yang ada di Indonesia, dan hasilnya sudah dinikmati oleh lembaga pendidikan di mana diterapkan dua kurikulum ini.

Sementara Kurikulum Merdeka yang dikonsepkan secara baik oleh para pakar belum semua lembaga menerapkannya. Karena Kurikulum Merdeka ini memiliki litania persyaratan yang tak mudah untuk diterapkan begitu saja.

Eksistensi Kurikulum Merdeka

Sebagaimana kita ketahui bahwa Kurikulum Merdeka diluncurkan oleh Kemendikbudristek pada Februari 2022. Kurikulum ini berlaku untuk jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, hingga pendidikan menengah pertama, dan pendikan Sekolah Lanjuatan Tingkat Atas (SMA/SMK/MAH).

Kurikulum Merdeka Belajar meliputi materi Bahasa Indonesia, Sains Dasar, Pendidikan Agama, Matematika, dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Ada beberapa karakteristik Kurikulum Merdeka sebagaimana dilansir di laman Youtube Kemendikbudristek Era Kabinet Indonesia Maju dan dipublikasikan sejumlah media mainstrem.

Pertama, fokus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih terarah.

Kedua, waktu lebih banyak untuk pengembangan kompetensi dan karaketer melalui belajar kelompok sesuai konteks nyata Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Ketiga, capaian pembelajaran per fase dan jam pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan.

Keempat, memberikan fleksibilitas bagi pendidikan dan dukungan perangkat ajar serta materi pelatihan untuk mengembangkan kurikulum satuan pendidikan dan melaksanakan pembalajaran berkualitas.

Kelima, mengedepankan gotong royong dengan semua stakeholders untuk mendukung implementasi kurikulum merdeka.

Ada pun prinsip-prinsip pembelajaran Kurikulum Merdeka sebagaimana diunggah di Laman Youtube Kemendikbudristen melansir beberapa prinsip pembelajaran kurikulum merdeka.

Pertama, pembelajaran intrakurikuler yang dilakukan secara terdiferensiasi sehingga peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan komptensi. Hal ini juga memberikan keleluasan bagi guru untuk memilih perangkat ajar yang sesuai dengan kurikulum dan karakteristik peserta didik.

Kedua, pembelajaran kokurikuler berupa projek penguatan profil pelajar Pancasila dengan prinsip pembelajaran interdisipliner yang berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi umum.

Baca Juga :  Pentingnya Pelatihan Bagi Kader Kesehatan Dalam Penanganan Korban Henti Jantung

Ketiga, pembelajaran ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan sumber daya satuan pendidik.

Ada pun tahapan pelaksanaan kurikulum merdeka belajar meliputi tiga aspek. yang diawali dengan keseriusan guru untuk melakukan asesmen awal dengan tujuan untuk mengenal potensi, karakteristik, kebutuhan yang hendak diimplementasikan.

Pertama, Assesmen diagnostic. Guru melakukan asesmen awal untuk mengenal potensi, karakteristik, kebutuhan tahap perkembangan dan tahap perencanaan pembelajaran murid.

Asesmen umumnya dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran sehingga hasilnya dapat digunakan untuk melakukan perencanaan lebih lanjut terkait metode pembelajaran yang sebaiknya digunakan.

Kedua, Perencanaan. Guru menyusun proses pembelajaran sesuai dengan hasil asesmen diagnostik serta melakukan pengelompokan murid berdasarkan tingkat kemampuan.

Ketiga, Pembelajaran. Selama proses pembelajaran, guru akan mengadakan asesmen formatif secara berkala. Hal ini dilakukan untuk mengetahui progress pembelajaran murid dan melakukan penyesuaian metode pembelajaran, jika diperlukan.

Pada akhir proses pembelajaran, guru juga bisa melakukan asesmen sumatif sebagai proses evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran.

Keunggulan Kurikulum Merdeka Belajar

Ada tiga keunggulan Kurikulum Merdeka Belajar bagi sekolah atau satuan pendidikan.

Pertama, lebih sederhana dan mendalam. Kurikulum merdeka lebih terfokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Proses pembelajaran diharapkan lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru dan menyenangkan.

Kedua, Lebih merdeka. Bagi peserta didik khususnya jenjang SMA tidak ada program peminatan di SMA sehingga peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya.

Guru yang diharapkan mengajar sesuai tahap capaian dari perkembangan peserta didik. Sekolah pun memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.

Ketiga, lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran melalui kegiatan projek memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya sehingga dapat mendukung pengembangan karakter dan kompetensi profil pelajar pancasila.

Sekilas Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan salah satu tema dalam Kurikulum Merdeka Belajar.P5 menjadi salah satu perhatian dan fokus Kemendikbudristek di Kabinet Indonesia Maju karena diyakini dapat mencapai visi pendidikan Indonesia yakni mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanua pelajar Pancasila.

Dalam implementasinya Kemendikbudristek telah menentukan 7 tema P5 yang dapat digunakan pada jenjang pendidikan SD hingga SMA/SMK.

Khusus untuk SMK, Kemendikbudristek menetapkan 7 tema pilihan, dan 2 tema wajib sehingga total tema P5 menjadi 9 tema.

Dari 9 tema yang ditetapkan Kemendikbudristek, bisa dipilih tema yang dijalankan di setiap sekolah.

Persyaratan Memilih Tema dan 9 Tema P5

Kemendikbudristek memberikan otoritas kepada setiap lembaga untuk memilih tema yang bisa diterapkan di sekolahnya. Kemendikbudristek menetapkan 4 pertimbangan yang menjadi acuan dalam pemilihan tema.

1). Tahap kesiapan sekolah dan guru dalam menjalankan proyek.

2). Kalender belajar nasional, perayaan nasional atau internasional. Misalnya tema yang dipilih Gaya Hidup Berkelanjutan maka pelaksanaannya harus dijalankan menjelang hari peringatan Hari Bumi, atau Tema Bhineka Tunggal Ika dilaksakan menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI.

3). Isu atau topik yang baru saja terjadi dan ramai diperbincangkan dapat dijadikan fokus pembahasan atau prioritas sekolah. Meskipun demikian, isu atau atau topik tersebut harus dicari kesesuaian atau keterkaitannya dengan tema Projek Profil Pelajar Pancasila yang telah ditentukan.

4). Tema yang belum dilakukan tahun sebelumnya dan dapat mengulang siklus setelah semua tema sudah dipilih untuk memudahkan sekolah dalam memastikan bahwa semua tema telah dijalankan, sekolah dapat melakukan dokumentasi dan pencapaian portofolio projek apa saja yang telah ditetapkan.

Ada pun tema Projek Profil Pelajar Pancasila yang bisa diterapkan di SD hingga SMA/SMK.

Baca Juga :  Sosok Uskup Sensi Di Mata Uskup Manokwari-Sorong Mgr. Datus Lega

Pertama, Gaya Hidup Berkelanjutan.Tema ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap dampak dari aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap keberlangsungan kehidupan di dunia maupun di lingkungan sekitar.

Membangun kesadaran siswa untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan, serta mencari solusi dari masalah lingkungan adalah fokus utama dari tema ini.

Kedua, kearifan lokal. Krisis identitas diri akibat lunturnya budaya dan kearifan lokal masyarakat menjadi salah satu isu yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Untuk mengatasinya, maka dipilihlah tema ini dengan harapan dapat membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksploirasi tentang budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau pun daerah tersebut.

Untuk kegiatan tema kearifan lokal ini guru dapat menyesuaikannya dengan kearifan lokal masing-masing daerah.

Ketiga, Bhineka Tunggal Ika. Pada tema Bhineka Tunggal Ika ini, siswa diajak untuk lebih mengenal belajar membangun dialog penuh hormat tentang keberagaman kelompok agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat sekitar dan di Indonesia serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya.

Selain itu, tema ini juga mengajarkan siswa untuk lebih kritis dan reflektif dalam menelaah berbagai stereotip negatif yang biasanya dilekatkan pada satu kelompok agama, serta dampak yang dapat ditimbulkan jika terjadi konflik dan kekerasan.

Keempat, Bangunlah jiwa dan raganya. Selain menghadapi krisis identitas diri, perundungan juga menjadi perhatian khusus. Apalagi berdasarkan data hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) 2018 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-5 sebagai negara dengan siswa korban perundungan terbanyak.

Ada sekitar 41,1% siswa yang mengaku pernah mengalami perundungan. Hal inilah yang mendorong Kemendikbu untuk memasukkan tema Bangunlah Jiwa dan Raganya dalam tema Projek Profil Pelajar Pancasila.

Dengan adanya tema ini, diharapkan dapat membangun kesadaran dan keterampilan siswa untuk memelihara kesehatan fisik dan mental, baik untuk dirinnya, maupun untuk orang sekitarnya.

Kelima, Suara Demokrasi.Sebagai negara demokrasi sangat penting menumbuhkan jiwa-jiwa demokrasi dalam diri siswa.Untuk menumbuhkan jiwa demokrasi tersebut, maka ditetapkannya tema Suara Demokrasi dalam Projek Profil Penguatan Pelajar Pancasila.

Keenam, Berekayasa dan Bertekhnologi untuk membangunNKRI. Tema ini bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi siswa dalam melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif sekaligus kemampuan berempati untuk berekayasa membangun produk bertekhnologi yang memudahkan kegiatan dirinya dan sekitarnya.

Ketujuh,kewirausahaan. Pada tema ini, siswa akan mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah yang ada dalam pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial, dan kesejahteraan masyarakat.

Kedelapan, tema kebekerjaan. Tema ini adalah tema wajib yan diperuntukan bagi siswa SMK/MAK. Tema ini diharapkan dapat membangun pemahaman siswa terhadap ketenagakerjaan, peluang kerja, serta kesiapan kerja untuk meningkatkan kapabilitas yang sesuai dengan keahliannya dan mengacu pada kebutuhan dunia kerja saat ini.

Kesembilan, Budaya Kerja. Tema ini juga menjadi salah satu tema wajib untuk jenjang pendidikan SMK/MAK. Pada tema ini, siswa dilatih untuk membangun kesadaran sikap dan perilaku serta membiasakan diri memiliki budaya kerja yang positif sesuai dengan standar yang diperlukan dunia kerja saat ini.

Itulah tujuh tema umum untuk SD, SMP, SMA/SMK, serta dua tema wajib khusus untuk SMK/MAK. Sekolah diberikan kewenangan untuk menentukan tema yang diambil untuk dikembangkan, baik untuk setiap kelas, angkatan, maupun untuk fase.

Untuk jenjang pendidikan SD wajib memilih minimal 2 tema untuk dilaksanakan per tahun. Sementara untuk SMP dan SMA wajib memilih minimal 3 tema per tahunnya.*

(Penulis: Jurnalis, Pernah Mengajar di SMAS Katolik Santo Klaus Kuwu dan Seminari Tinggi Claret Kupang)

Editor : Anton Harus

Berita Terkait

OPINI PENDIDIKAN: 5 Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru di Era Digital
Hari Filsafat Sedunia (Catatan Tentang Kebajikan yang Cerdas)
Merawat Demokrasi: Menang Kalah Harus Bermartabat
Melestarikan Budaya dan Lingkungan Lamaholot: Sinergi Kurikulum Lokal demi Keberlanjutan
Quo Vadis Kurikulum Merdeka Belajar dan Projek Profil Pelajar Pancasila: Menanti Kurikulum Baru Untung atau Buntung? (2/habis)
Solidaritas Kemanusiaan versus Urgensitas Manajemen  Kesiapsiagaan Bencana 
Mgr. Maksimus Regus: Gembala Pegiat Literasi, Kolumnis, dan Penulis Buku Andal
Selamat Bertugas Uskup Perdana Keuskupan Labuan Bajo Mgr. Dr. Maksimus Regus
Berita ini 161 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 1 Desember 2024 - 10:47 WITA

Hari Filsafat Sedunia (Catatan Tentang Kebajikan yang Cerdas)

Kamis, 28 November 2024 - 10:46 WITA

Merawat Demokrasi: Menang Kalah Harus Bermartabat

Selasa, 26 November 2024 - 18:31 WITA

Melestarikan Budaya dan Lingkungan Lamaholot: Sinergi Kurikulum Lokal demi Keberlanjutan

Kamis, 14 November 2024 - 21:40 WITA

Quo Vadis Kurikulum Merdeka Belajar dan Projek Profil Pelajar Pancasila: Menanti Kurikulum Baru Untung atau Buntung? (2/habis)

Kamis, 14 November 2024 - 21:36 WITA

Quo Vadis Kurikulum Merdeka Belajar dan Projek Profil Pelajar Pancasila: Menanti Kurikulum Baru Untung atau Buntung? (1)

Berita Terbaru

Penjabat Bupati Manggarai Timur, Boni Hasudungan menyerahkan SK kepada Kades se Manggarai Timur .

Nusa Bunga

PJ Bupati Matim Serahkan SK Perpanjangan Masa Jabatan Kades 

Kamis, 5 Des 2024 - 07:15 WITA