Oleh: Walburgus Abulat
UMAT Keuskupan Labuan Bajo telah secara defenitif memiliki gembalanya dalam diri Mgr. Maksimus Regus. Uskup pertama Keuskupan Labuan Bajo itu ditahbiskan menjadi Uskup oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignasius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo dengan Pendamping Uskup Agung Ende Mgr. Paul Budi Kleden dan Uskup Ruteng Mgr. Sipri Hormat di Gereja Santo Petrus Semaru Labuan Bajo, Jumat 1 November 2024.
Mgr. Maksimus Regus memilih moto Ut Mundus Salvetur Per Ipsum (Supaya Dunia Diselamatkan oleh-Nya) yang diambil dari perikope Injil Yohanes bab 3 ayat 17.
Moto ini memuat empat semangat dasar gereja dipimpinnya yakni semangat berjalan bersama (sinodalitas), gereja yang terbuka (eklesiologis-inklusivistik) semangat solidaritas bagi kaum rentan dan semangat ekologis bagi alam ciptaan.
Sosok Mgr. Maksimus Regus sendiri sebelumnya dikenal luas kalangan umat Katolik, khususnya, dan elemen masyarakat, umumnya sebagai seorang gembala yang memiliki sejumlah kecerdasan. Di antaranya kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, kecerdasan berliterasi, dan aneka kecerdasan lainnya.
Dalam goresan sederhana ini, penulis memfokuskan bahasan seputar bagaimana secara sekilas kecerdasan berliterasi yang dimiliki oleh Mgr. Maksimus Regus selama ini.
Pemfokusan uraian di bidang literasi ini berangkat dari pengalaman ada bersama kami ketika sama-sama mengenyam pendidikan di Seminari Menengah Santo Pius XII Kisol, dan ketika berada bersama di Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret, dan kuliah Filsafat dan Teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero.
Meskipun Fr. Maksi Regus waktu itu tidak seangkatan dengan penulis (Fr. Maksi Regus alumnus Kisol tahun 1993/1994, penulis tahun 1989/1990; Fr. Maksi Regus masuk Seminari Tinggi Ritapiret 1993, Penulis tahun 1989), namun perihal bakatnya di bidang menulis sudah menjadi pengetahuan umum bagi siapa saja warga Ritapiret dan STFK Ledalero selama tenggang waktu dimaksud.
Selama Fr. Maksi Regus mengenyam pendidikan Filsafat tahun 1993-1997, dan pendidikan Teologi 1999/2001 di STFK Ledalero, ia terus mengasah kemampuannya di bidang berliterasi.
Ia gemar menulis opini dan artikel lainnya sesuai rubrikasi yang ada di media cetak terbitan di Flores dan Timor, khususnya Harian Flores Pos dan Pos Kupang.
Perihal bagaimana frekuensi tulisan di Harian Flores Pos dialami sendiri oleh penulis yang sejak tahun 2002 hingga 2020 lalu bekerja sebagai wartawan dan pernah menjadi redaktur di media milik Kongregasi Societas Verbi Divini (SVD) atau Serikat Sabda Allah ini.
Jujur sebagai salah satu redaktur di Harian Cetak pertama di Flores itu waktu itu, redaksi sangat senang menerima opini atau artikel dari penulis yang sudah di atas rata-rata menyumbangkan artikel untuk media Flores Pos, apalagi tulisan dari penulis sekelas Fr. Maksi Regus.
Tak heran setiap opini yang dikirimnya ke redaksi, selalu mendapat tempat utama untuk dipublikasikan atau diprioritaskan pemuatannya.
Alasannya jelas, karena tulisan yang dihasilkannya berangkat dari persoalan sosial yang dikaji dan diulas secara mendalam, melihat akar pemasalahan, dan mencari atau menawarkan solusi pemecahannya.
Karena kualitas tulisannya yang berada di atas rata-rata waktu itu, tak heran karya Fr. Maksi Regus bahkan menembus sejumlah media cetak nasional, termasuk salah satu harian ternama di Asia Tenggara yang diterbitkan di Jakarta yakni Harian Kompas.
Sejak saat itu, Fr. Maksi Regus (1993-2001), dan Romo Maksimus Regus sejak Agustus 2001 I(ia ditahbiskan menjadi imam pada 10 Agustus 2001) hingga malang melintang menjalani tugas pastoral di Keuskupan Ruteng, hingga melanjutkan studi S2 Sosiologi di Universitas Indonesia (lulus tahun 2009), serta saat ia menyelesaikan Program S3 Sosiologi di Graduates School of Humanities, Universitas Tilburg Catholic University Belanda dan The International Institute of Social Studies University Erasmus Rotterdam 2017 plus selama menjadi dosen di Unika Santo Paulus Ruteng sejak tahun 2018 hingga 2024 selalu menghasilkan opini dan artikel-artikel berkualitas.
Tulisannya tak hanya merambah media cetak, tetapi juga jurnal-jurnal ilmiah yang dikeluarkan sejumlah perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Salah satu artikel ilmiah “Islam and The Making of a non-violent and Peaceful Public Sphere in Indonesia” dimuat di Jurnal ARKARUNA, Vol.18 No.2 Desember 2022.
Selain menulis di media cetak (kolumnis) dan menulis karya ilmiah, Fr. Maksi Regus dan Romo Maksi Regus juga menulis sejumlah buku.
Dua buku perdananya berjudul Republik Sialan dan Sketsa Anak Bangsa merupakan kumpulan tulisan/artikelnya yang dimuat di sejumlah media cetak, termasuk Harian Kompas.
Buku-bukunya terus bertambah ketika Romo Maksi Regus mengemban tugas sebagai dosen di Unika Santo Paulus Ruteng.
Tak hanya menulis buku karyanya sendiri (penulis tunggal), Romo Maksi Regus juga turut menyumbangkan sejumlah artikel untuk beberapa buku karya penulis lainnya.
Beberapa buku yang ditulis penulis lain, dan yang juga dimuat artikel dari Romo Maksi Regus di antara buku berjudul Merasul dengan Kata karya teman kelasnya di Seminari Pius XII Kisol dan di Seminari Tinggi Ritapiret RD. Polykarpus Sola yang saat ini menjadi Ketua Biro Komsos Keuskupan Maumere.
Dalam buku yang dicetak pada tahun 2023 yang berisi ratusan kata bijak karya RD. Polykarpus, juga termuat empat artikel dari penulis lainnya di antaranya RD. Maksi Regus. Dalam buku ini, Romo Maksi Regus mengulas secara khusus tema Wajah Ganda Kata.
Inilah sekilas penggalan paragraf yang diuraikannya dalam tema Wajah Genda Kata, demikian petikannya (hal 14-18).
Wajah Ganda Kata. Bisa baik. Bisa juga buruk. Bisa membunuh. Bisa membuat seorang tertawa. Membuat seseorang menangis. Membuat Anda berhenti sejenak. Terdiam. Bersungut-sungut. Serentak belepotan kemarahan dan makian. Kata nampak dalam sebentuk doa. Serentak juga sebuah kutukan.
Kata memang bisa begitu netral. Seolah tanpa makna. Terlepas dari bangunan perasaan sang pemakai. Juga pendengar. Namun, kata akan terdengar (ketika diucapkan dan terlibat (ketika ditulis) berbeda tergantung pada mulut yang mengucapkannya, dan tangan yang menulisnya.
Seberapa pun kata nampak netral dan pada akhirnya berwajah ganda-kata niscaya menentukan bagaimana sebuah ‘tubuh’ (manusia) berdiri dalam kelengkapan relasi. Kata (menjadi bahasa) adalah jembatan bagi manusia “yang menjiwai dan membadan” membangun keterhubungan dengan dimensi-dimensi yang menjelaskan sesuatu, baik itu benda, keberadaan, maupun pengalaman yang berbeda dari identitasnya sendiri. Kata terhubung sekurangnya dalam empat dimensi kemanusiaan yakni dimensi individualis (keakuan), dimensi sosialitas, dimensi ekologilitas, dan dimensi spiritual.
Pilihan kata/diksi dalam kutipan di atas nampaknya mengalir dengan lancat, apa adanya,konkret, dan mengandung pesan mendalam. Pilihan kata-katanya menjadi kata-kata yang lazim digunakan umum, namun enak dibaca, dan memiliki makna mendalam.
Inilah salah satu keunggulan yang dimiliki Mgr. Maksimus Regus dalam berliterasi, baik dalam posisinya sebagai penulis lepas, kolumnis, menulis ragam karya jurnal ilmiah, maupun untuk menulis buku.
Penulis lain yang juga menyumbang artikel dalam buku Merasul dengan Kata ini adalah Stefanus Wolo Itu seorang Imam Projo Keuskupan Agung Ende yang saat ini menjadi misionaris Fidei Donum di Keuskupan Basel Swiss. Ia menulis Merasul dengan Kata-Kata Mutiara.
Sementara dua penulis lainnya adalah RD. Yanuarius Hilarius Role Sekretaris Puspas Keuskupan Maumere yang menguraikan tulisan berjudul Scripta Manent, Verba Volant” dan Wakil Pemimpin Redaksi Flores Pos.net Walburgus Abulat dengan mengambil angle tulisan “Rubrikasi Hidup dan Menghidupkan”.
Mgr. Maksimus Regus juga menjadi salah satu penyumbang artikel dalam buku mengenang setahun meninggalnya Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi Potokota dengan Judul “Praedica Verbum Opportune Importune Wartakanlah Firman Baik atau Tidak Baik Waktunya.
Buku yang diedit tim Editor: RD. Dr. Rofinus Neto Wuli, S.Fil, M.Si (HAN); RD. Silverius Betu, S.Fil, M.Si (HAN) RD. Dr. Petrus Sina, memuat puluhan tulisan, termasuk tulisan Mgr. Maksimus R Regus, Mgr. Hilarion Datus Lega (Uskup Sorong), Mgr. Paul Budi Kleden, SVD (Uskup Agung Ende), Sr. Dr. Wilda, CIJ; Dr. Nicolaus Noywuli; RD. Stef Wolo Itu (Imam Projo KAE yang saat ini misionaris Fidei Donum di Basel Swiss), dan belasan penulis dari pelbagai daerah di Indonesia.
Singkat cerita di tengah kesibukan apa pun, Mgr. Maksimus Regus selalu ada waktu untuk selalu berliterasi dengan selalu menulis, baik untuk menulis di media mainstream (cetak dan online sebagai penulis lepas dan kolumnis), maupun menulis untuk jurnal ilmiah dan menulis buku.
Penulis mencatat, di tengah kesibukannya mempersiapan tahbisan suci sebagai Uskup Pertama Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus masih aktif mendiskusikan persiapan penulisan buku dan menyumbangkan satu artikel untuk buku mengenang setahun wafatnya Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota yang dilaunching pada November 2024 ini.
Dalam konteks adanya fakta komitmen berliterasi secara aktif dan intensif di atas, dan melihat jejak berliterasi Mgr. Maksimus Regus sejak menjalani formasi calon imam di Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret hingga ia dipercaya Tahta Suci menjadi Uskup Labuan Bajo, maka penulis menyebut Mgr. Maksimus Regus sebagai sosok gembala pegiat literasi, kolumnis dan penulis buku yang andal.
Qui Scribit, Bis Legit (Siapa yang menulis sama dengan dua kali membaca).Scripta Manent, Verba Volant (Tulisan abadi, kata-kata hilang).
Profisiat Mgr. Maksimus Regus Uskup Pertama Labuan Bajo-Sosok Gembala yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, kecerdesan spiritual, dan kecerdasan berliterasi dengan gemar menulis, sedang dan akan selalu menulis. Ut Mundus Salvetur Per Ipsum_Supaya Dunia Diselamatkan olehNya (Yohanes bab 3 ayat 17).
Profil Singkat
Mgr. Maksimus Regus lahir di Todo, Satarmese Barat 23 September 1975. Setamat SD, ia melanjutkan pendidikan di SMP-SMA Seminari Pius XII Kisol 1986-1992.
Setamat Seminari Kisol, ia menjalani Tahun Orientasi Rohani (TOR) Timo Hiong Lela tahun 1992/1993, ia melanjutkan formasi menjadi imam Diosesan di Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret dan menekuni Studi Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero tahun 1993-1997.
Setelah itu, Frater Maksi menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Seminari Kisol 1997-1999. Sepulang dari TOP, ia melanjutkan studi Teologi di STFK Ledalero 1999-2001.
Ia ditahbiskan menjadi diakon pada Mei 2001 dan menjalani praktik diakonat di Paroki Kristus Raja Mbaumuku Ruteng Mei-Agustus 2001.
Ia ditahbiskan menjadi imam pada 10 Agustus 2001.Usai ditahbiskan, ia dipercaya sebagai pastor rekan Paroki Kristus Raja Mbaumuku Ruteng 2001-Agustus 2007.
Selain menjalani tugas sebagai pastor rekan, Romo Maksimus Regus juga mengemban sejumlah tugas di Keuskupan di antaranya Ketua Komisi Antar-Agama Keuskupan Ruteng 2002-2007; Koordinator untuk Kegiatan Kaum Muda Lintas Agama Keuskupan Ruteng 2005-2007.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan S2 Sosiologi di Universitas Indonesia dan lulus tahun 2009.
Selanjutnya RD. Maksi Regus melanjutkan Studi pada The International Institute of Social Studies University Erasmus Rotterdam; dan Lulus S3 Sosiologi Graduates School of Humanities, Universitas Tilburg Catholic University Belanda 2017.
Usai meraih gelar doktor di Belanda, RD. Maksi Regus selanjutnya menjadi Dosen di Unika Santo Paulus Ruteng 2018-2024; Dekan FKIP Unika St. Paulus Ruteng 2019-Juni 2023; dan Rektor Unika St. Paulus Ruteng Juni 2023-Juni 2024. Di tengah kesibukannya sebagai dosen, RD. Maksi juga dipercaya menjadi Koordinator Imam Diosesan Keuskupan Ruteng 2020-2024.
Pada 21 Juni 2024, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Sejagat Paus Fransiskus mempercayakan Rektor Unika Santo Paulus Ruteng itu menjadi Uskup Perdana Keuskpan Labuan Bajo. Mgr. Maksimus Regus ditahbiskan menjadi Uskup oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignasius Kardinal Suharyo di Labuan Bajo, Jumat 1 November 2024.*
Penulis Adalah:Jurnalis, Penulis Buku, dan Alumnus IFTK Ledalero Kampus Ritapiret
Editor : Anton Harus