MAUMERE, FLORESPOS.net-Keuskupan Maumere mengagendakan menyelenggarakan Perayaan Komuni Pertama secara serentak pada Minggu (11/6/2023).
Secara keseluruhan anak yang menerima Komuni Pertama pada Minggu (11/6/2023), berjumlah 5.858 orang.
Sekretaris Uskup Maumere RD. Ephyvanus Markus Nale Rimo menjelaskan, total penerima Komuni Pertama serentak pada Minggu (11/6/2023) sebanyak 5.858 anak.
Mereka semua, kata Romo Ephy, berasal dari 37 dari total 39 Paroki di Keuskupan Maumere minus Paroki Lei dan Paroki Wairpelit yang ditunda pelaksanaannya tahun depan.
“Jumlah penerima komuni pertama serentak sebanyak 5.858 anak,” katanya.
Romo Ephy merincikan anak yang menerima komuni pertama yang tersebar pada 37 paroki di Keuskupan Maumere plus SLB Alma.
Paroki Nita 116 orang, Uwa 109 orang, Bloro 90 orang, Watubala 276 orang, Kewapante 349 orang, Bolawolon 75 orang, Wolonmaget 119 orang, Koting 65 orang.
Seterusnya, Habi 131 orang, Paroki Sikka 47 orang, Paroki Santo Thomas Morus 345 orang, Waioti 179 orang, Kuasi Kisa 31 orang, Kloangrotat 93 orang, Boganatar 141 orang, Lela 185 orang, Misir 102 orang.
Nangahure 185 orang, Magepanda 277 orang, Nele 186 orang, Katedral Santo Yosef 296 orang, Bunuaria 106 orang, Ili 39 orang, Feondari 118 orang, Mauloo 251 orang, Tanarawa 170 orang, Halehebing 126 orang.
Talibura 150 orang, Runut 154 orang, Kloangpopot 123 orang, Watublapi 107 orang, Habibola 115 orang, Wolofeo 262 orang, Nebe 114 orang, Bola 195 orang, Paroki Tilang 166 orang, dan SLB Alma 27 orang.
Prioritaskan Kebutuhan Anak-Anak
Uskup Keuskupan Maumere, Mgr. Edwaldus Martinus Sedu yang dihubungi terpisah mengatakan, hal yang diharapkan dari pelaksanaan Komuni Pertama serentak itu agar biaya yang digunakan kegiatan pesta dihemat untuk kebutuhan anak-anak di kemudian hari.
“Kita tak melarang untuk mensyukuri anugerah yang diterima anak-anak kita, tapi perayaan yang melebihi kemampuan yang kemudian menyebabkan beban hutang itu yang perlu dihindari, sementara itu perayaan apa saja perlu diperhatikan.”
“Karena sesuai apa yang kita rekam, pendapat umat tentang pesta pora dalam Sinode dan jadi rencana kita untuk menghindari pesta pora,” katanya.
“Sementara itu, bukan saja kita mampu sehingga kita sesuka hati buat pesta tapi kita harus hidupi sikap solidaritas di antara kita, prihatin dan membantu sesama yang berkekurangan,” kata Uskup Ewald.*
Penulis: Wall Abulat / Editor: Wentho Eliando