Janda Asra dan Getir Hidup Setelah 8 Bulan Rumah Miliknya Ludes Terbakar

- Jurnalis

Jumat, 10 Oktober 2025 - 18:00 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ENDE, FLORESPOS.net-Peristiwa itu tak mungkin lepas dari ingatannya. Rumah yang menjadi tempat berteduh dari terik mentari, hujan dan embun malam ludes dilahap si jago merah.

Tanggal 22 Februari 2025, pukul 10.30, musibah itu itu datang. Janda Asra Dewi, seorang diri di rumah yang terletak di jalan Nangka, RT 029, RW 010, Kelurahan Kelimutu, Kecamatan Ende Tengah. Buah hatinya yang baru berumur sepuluh tahun berada di sekolah.

Saat itu ia sedang tidur karena sakit. Saat membuka mata kobaran api sudah di depan matanya. Ia melompat dari tempat tidur, menyelamatkan diri tanpa membawa satu barang pun termasuk ponsel. Seketika rumah setengah tembok berdinding pelupuh ludes terbakar.

Baca Juga :  Ijon dan Kehadiran Bank NTT  (2)

Peristiwa itu menyebabkan Asra bersama buah hatinya kehilangan tempat berteduh dan seluruh perabot termasuk pakaian.

Pemerintah melalui instansi terkait sempat datang melihatnya dan membawakan bantuan berupa sembako ( beras dan sarimi), pakaian anak dan selimut.

Namun itu hanya sekali dan tidak menjawab masalahnya. Asra kehilangan tempat tinggal dan rumah menjadi kebutuhan utamanya.

Selepas peristiwa itu, ia dan buah hatinya tidak pergi ke keluarga, tidak pulang kampung tinggal dengan orangtua.

Ia bertahan di kota, tinggal di kos yang tidak jauh dari rumahnya. Ia mengais hidup dengan berjualan kueh untuk membayar kos per bulan seharga Rp 600.000 dan sekolah serta kebutuhan sehari – hari. Memang berat, ia menjalani peran ganda menafkahi anak dan menjadi ibu bagi buah hatinya.

Baca Juga :  Festival Golo Koe Maria Assumpta Pancarkan Aneka Nilai dari Keuskupan Labuan Bajo untuk Indonesia dan Dunia

Delapan bulan berlalu Asra bertahan dan tegak berdiri. Kadang ia mengeluh tapi itu dalam hati. Kadang ia menjerit tapi tak tahu pada siapa dia mengadu.

Beban hidup yang kian berat karena harus bayar kos Rp 600.000 perbulan membuat dirinya pingin pulang ke rumah. Namun keinginan itu hanya sebatas angan karena pondok yang dulu menjadi tempat meniti kehidupan sudah rata tanah dan tinggal puing- puing.

Penulis : Willy Aran

Editor : Wentho Eliando

Berita Terkait

Harmoni di Panggung Sekolah
Menyulam Asa dari Timur (Apresiatif atas Penegerian SMAKN Santo Mikhael Flores Timur)
Sukses Berkat BRI, Maria Saidah Tak Bisa Berpaling ke Lain Hati
Bincang Moderasi Beragama di Tanah San Juan: Menyalakan Terang dalam Keberagaman
Tiga Festival Maria di Manggarai Raya: Jembatan Persaudaraan Lintas Iman
Jagung Titi “Baleo” Lembata
Ritus Adat Roko Molas Poco, Tandai Pembangunan Rumah Adat Gendang Wangka
Heboh BDS
Berita ini 243 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 31 Oktober 2025 - 10:54 WITA

Harmoni di Panggung Sekolah

Rabu, 29 Oktober 2025 - 12:44 WITA

Menyulam Asa dari Timur (Apresiatif atas Penegerian SMAKN Santo Mikhael Flores Timur)

Jumat, 24 Oktober 2025 - 15:37 WITA

Sukses Berkat BRI, Maria Saidah Tak Bisa Berpaling ke Lain Hati

Minggu, 19 Oktober 2025 - 09:21 WITA

Bincang Moderasi Beragama di Tanah San Juan: Menyalakan Terang dalam Keberagaman

Selasa, 14 Oktober 2025 - 16:43 WITA

Tiga Festival Maria di Manggarai Raya: Jembatan Persaudaraan Lintas Iman

Berita Terbaru

Nusa Bunga

Ini Hasil Drawing Piala Gubernur ETMC XXXIV 2025 Ende

Sabtu, 8 Nov 2025 - 19:06 WITA

Nusa Bunga

IMI Sikka Perjuangkan Sikka Jadi Tuan Rumah Grass Track PON 2028

Sabtu, 8 Nov 2025 - 18:44 WITA

Nusa Bunga

NasDem Bagikan 250 Undian Berhadiah Meriahkan HUT 14

Sabtu, 8 Nov 2025 - 17:38 WITA