Hermien Kleden dan Etika Keheningan dalam Jurnalisme

- Jurnalis

Selasa, 30 September 2025 - 09:01 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Anselmus Dore Woho Atasoge

Anselmus Dore Woho Atasoge

Oleh: Anselmus Dore Woho Atasoge

WARTAWAN senior, Ibu Hermien Yosephine Kleden telah meninggal dunia. Ia berpulang dalam damai pada 29 September 2025, pukul 22.08 WIB di Jakarta. Catatan filosofis berikut ini hendak mengenang secuil eksistensinya sebagai seorang jurnalis. Filsafat menjadi bingkainya.

Dalam filsafat, kita mengenal konsep ethos, karakter moral yang membentuk tindakan. Bagi saya, Ibu Hermien adalah contoh nyata dari ethos jurnalisme: jujur, tenang, dan bertanggung jawab. Ia tidak mengejar sorotan, tetapi menjaga makna. Ia tidak berteriak, tetapi menyampaikan kebenaran dengan keheningan yang kuat.

Ibu Hermien memulai karier jurnalistik sejak 1987. Ia menulis untuk majalah internasional, lalu menjadi pemimpin redaksi di Tempo. Ia menjelajahi lebih dari 30 negara, namun tetap berpijak pada nurani bangsa. Ia menerima penghargaan SK Trimurti dari AJI. Penghargaan itu ‘lahir’ karena integritas. Bukan karena popularitas.

Baca Juga :  Flores: Dari Pulau Bunga Menuju Pulau Panas Bumi

Dalam pandangan filsuf Immanuel Kant, tindakan bermoral adalah tindakan yang dilakukan karena kewajiban, bukan karena hasil. Ibu Hermien menulis karena panggilan, bukan karena pujian. Ia mengajar, membimbing, dan melayani karena itu benar, bukan karena itu menguntungkan.

Ibu Hermien juga menghidupi logos, akal budi yang teratur dan jernih. Ia lulusan Fisipol UGM, aktif di ISKA, dan menjadi pengajar tamu di beberapa universitas. Di berbagai tempat di pelbagai negara (sekitar 30 negara), Ia tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi membentuk pemahaman. Ia tidak hanya bicara, tetapi mendengarkan.

Dan yang paling penting, Hermien menghadirkan pathos, rasa kemanusiaan yang mendalam. Ia menulis dengan empati. Ia hadir dengan kasih. Ia berpulang dengan damai, setelah menerima berkat terakhir dari Sang Kakak, Pater Dr. Leo Kleden, SVD.

Baca Juga :  78 Tahun Indonesia Merdeka: Sejarah dan Redefenisi Makna Kemerdekaan

Dalam dunia yang sering bising oleh opini, Ibu Hermien adalah suara yang memilih diam untuk menyampaikan makna. Ia mengajarkan kita bahwa jurnalisme bukan hanya soal kata, tetapi soal jiwa.

Ibu Hermien Kleden telah pergi. Tapi ethos, logos, dan pathos-nya tetap hidup. Dalam setiap tulisan yang jujur. Dalam setiap tindakan yang bermoral. Dalam setiap keheningan yang menyembuhkan.

Bagi saya, itulah filsafat hidup Ibu Hermien. Dan, itulah warisan yang patut kita rawat. Selamat jalan Ibu Hermien. Doakan ‘dunia jurnalistik’ dari keabadian! *

Penulis adalah Staf Pengajar Stipar Ende

Berita Terkait

Kala Indonesia Krisis Keteladanan
Ikhtiar Menjaga Jiwa dan Merawat Semesta (Sebuah Sisipan Refleksi Filosofis-Pastoral Dies Natalis ke-35 Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende)
Pancasila, Jiwa Sosial dan Ruang Publik yang Menyatukan Perbedaan
Biopolitik dan Pangan: Tubuh Rakyat dalam Genggaman Negara
Menyiasati Mitos Bangsa Korup(tor)
Mencari Direktur PDAM Kota Kupang
Sepak Bola sebagai Puisi Sosial
Pidato Prabowo di PBB:  Suara  Global, Tanya dari Desa (Sebuah refleksi di Hari Tani Nasional)  
Berita ini 103 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 2 Oktober 2025 - 20:29 WITA

Kala Indonesia Krisis Keteladanan

Kamis, 2 Oktober 2025 - 08:13 WITA

Ikhtiar Menjaga Jiwa dan Merawat Semesta (Sebuah Sisipan Refleksi Filosofis-Pastoral Dies Natalis ke-35 Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende)

Rabu, 1 Oktober 2025 - 08:38 WITA

Pancasila, Jiwa Sosial dan Ruang Publik yang Menyatukan Perbedaan

Selasa, 30 September 2025 - 09:01 WITA

Hermien Kleden dan Etika Keheningan dalam Jurnalisme

Minggu, 28 September 2025 - 11:20 WITA

Biopolitik dan Pangan: Tubuh Rakyat dalam Genggaman Negara

Berita Terbaru

Opini

Kala Indonesia Krisis Keteladanan

Kamis, 2 Okt 2025 - 20:29 WITA

Nusa Bunga

Bupati Yoseph Bocorkan Kriteria Calon Sekda, Bisa dari Luar Ende

Kamis, 2 Okt 2025 - 12:22 WITA

Steph Tupeng Witin

Oring

Hermien Kleden dan Jurnalisme “Tutu Koda”

Kamis, 2 Okt 2025 - 11:45 WITA