BAJAWA, FLORESPOS.net-Uskup Agung Ende Mgr.Paul Budi Kleden, SVD memimpin perayaan Ekaristi Perutusan Bupati dan Wakil Bupati Ngada periode 2025-2030, Raymundus Bena dan Bernadinus Dhey Ngebu.
Perayaan Ekaristi berlangsung di Gereja MBC Bajawa, Senin (28/4- 2025). Uskup Budi Kleden dalam homilinya menekankan lima hal penting tentang kepemimpinan.
Perayaan Ekaristi dihadiri Bupati Ngada Raimundus Bena dan Wakil Bupati Ngada Bernadinus Dhey Ngebu bersama istri serta ribuan umat dan undangan lainnya.
Uskup Budi Kleden mengatakan, semua orang yang dibebankan tugas merupakan orang-orang yang diberi anugerah Tuhan untuk memperbaiki kehidupan guna meningkatkan kualitas kehidupan yang diciptakan.
Tuhan mengasihi umatnya sehingga Tuhan memilih diantara orang-orang untuk memimpin pada berbagai bidang di berbagai tingkatan.
Pemimpin adalah orang-orang yang dikaruniai Roh Kudus untuk mendengar Tuhan dan sesamanya.
Pemimpin juga harus belajar dari orang-orang yang kepemimpinannya dapat menjadi model seperti dari tokoh masyarakat, tokoh adat, pemimpin politik juga pemimpin agama.
Salah satu cara ketika diberikan mandat untuk memimpin dan hal- hal yang dapat dipelajari untuk memimpin adalah kepemimpinan Paus Fransiskus.
Lima hal yang dapat dipelajari dari Kepemimpinan Paus Fransiskus yang dapat dipergunakan pemimpin yaitu, pertama belajar melalui kehadiran di tengah mereka yang dipimpin.
Hal ini agar dapat dan sungguh mengenal kehadiran mereka juga tahu penderitaan dan kesulitan mereka.
“Hal ini dapat saya katakan untuk Bupati dan wakil Bupati agar dapat berbaur dengan masyarakat,” ungkapnya.
Berbaur dengan petani yang bekerja di sawah dan ladang berbaur dengan papa lele dan mama lele, nelayan dan lainnya.
Kedua, jangan jadi pemimpin yang sibuk dengan dokumen atau kertas namun tetap punya hati yang peka terhadap mereka yang dilayani.
Mendengarkan suara orang-orang miskin dan sering diabaikan juga menciptakan suasana agar orang berani bersuara. Kesediaan untuk mendengar merupakan hal yang sangat penting dimana menjadi pemimpin berarti membuka hati untuk mendengarkan.
“Kekuasaan bisa menjadi korup dan kekuasan yang absolut cenderung menjadi korup yang absolut,” tambahnya.
Untuk mencegah ini maka mendengarkan merupakan sarana yang amat penting.
Ketiga adalah tetap memegang kendali agar kepemimpinan atau kelompok yang memimpin tidak menjadi orkestra yang hanya menimbulkan kebisingan.
“Pegang kendali untuk mengajak dan mengarahkan semua yang terlibat untuk mencapai tujuan,” ungkapnya lagi.
Pegang kendali bukan berarti semena-mena namun agar semua searah dan satu tujuan yang sama.
Keempat, pemimpin harus berpikir dalam bingkai yang luas dalam kerangka yang panjang.
Sebagai pemimpin dihadapkan dari hari ke hari dengan berbagai persoalan yang pelik yang harus dicari jalan keluar penyelesaiannya.
Pemimpin kadang lupa akan janji-janji ataupun lupa akan tokoh-tokoh yang menjadi orientasi pada awal kepemimpinan sehingga harus ingat akan misi kepemimpinan itu sendiri.
Kelima, pemimpin harus rela mengakui kesalahan bila melakukan kesalahan karena tidak ada manusia yang sempurna.
Mengakui kesalahan adalah hal yang wajar dan justru membuat kita semakin manusiawi.
Uskup Paul Budi Kleden didampingi oleh Vikep Bajawa, Romo Gabriel Idrus serta puluhan Imam konselebran.
Uskup memberkati Bupati Ngada Raimundus Bena dan Wakil Bupati Ngada Bernadinus Dhey Ngebu bersama istri .
Usai perayaan ekaristi dilanjutkan dengan syukuran yang dilangsungkan di lapangan Kartini Bajawa.*
Penulis : Wim de Rosari
Editor : Anton Harus