Oleh: Walburgus Abulat
JENGKALANG. Tak sekadar nama kampung yang terletak di Kelurahan Wangkung, Kecamatan Reok atau sekitar 7 kilometer (KM) arah utara Kota Reo-Ibu Kota Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Jengkalang juga tak sekadar satu dari 12 stasi yang ada di Paroki Santa Maria Ratu Rosari Reo, yang saat ini dipimpin Pastor Paroki RD. Mansuetus Hariman.
Jengkalang dalam sejarah Gereja Lokal Keuskupan Ruteng, dan sejarah gereja mondial dikenal sebagai Locus Berahmat–tempat di mana tercatat ada lima orang Manggarai Perdana yang dibaptis menjadi penganut agama Katolik oleh Misionaris Serikat Jesuit asal Belanda RP. Henricus Looijmans, SJ pada 17 Mei 1912.
Kelima orang Katolik pertama itu yakni Katarina (Arbero), Henricus, Agnes Mina, Caecelia Weloe dan Helena Loekoe.
Apa dan bagaimana kisah berahmat lima umat Katolik perdana Keuksupan Ruteng ini, dan bagaimana ceritanya sehingga Keuskupan yang digembalakan oleh Mgr. Siprianus Hormat saat ini menjadi Keuskupan yang penganut agama Katolik terbesar di Indonesia, ikutilah uraian berikut.
Pertumbuhan dan Perkembangan Gereja Katolik di Manggarai
Sejarah gereja mencatat bahwa misi gereja katolik di Flores secara intensif dibuka pada tahun 1860 di mana saat itu, Prefek Apostolik Hindia Belanda Mgr. Petrus Francken yang berkedudukan di Jakarta (Batavia) mengirim Reverindus Dominus (RD). J.P.N. Sanders ke Larantuka.
RD. Sanders saat itu berkarya setahun di Larantuka, dan pada tahun 1861 ia kembali ke Jakarta (bdk. Artikel Sejarah Ringkas Gereja Lokal Keuskupan Ruteng dalam Buku Kenangan Tahbisan Uskup Ruteng Mgr. Hubertus Leteng 14 April 2020 halaman 42-59 dan Artikel Sejarag Misi Katolik Keuskupan Maumere dalam Buku The King’s Good Servant But God’s First Kenangan 50 Tahun Pasthorus Maumere Karya Walburgus Abulat, Egenius Moa dan Jack Herin hal 1-7).
Misi yang dimulai RD. Sanders kemudian dilanjutkan oleh RD. F.J.W. Fransen. RD. Fransen kemudian, tepatnya pada tahun 1862 mendirikan sekolah pertama untuk masyarakat Flores yang berlokasi di Larantuka.
Setahun kemudian, otoritas kongregasi SJ mengutus Reverindus Pastor (RP) G. Metz, SJ ke Larantuka, Flores. Kedatangan misionaris Kongregasi SJ ini membuka lembaran baru karya Kongregasi Serikat Yesus (SJ) di Nusa Tenggara.
Kehadiran misionaris SJ, selain ‘merawat’ umat Katolik yang sudah ada di Larantuka dan wilayah Sikka, para imam kongregasi ini juga terpanggil untuk menyebarluaskan agama Katolik ke wilayah barat Flores hingga ke Labuan Bajo.
Dalam semangat di atas, maka RP. Engbers, SJ yang saat itu (tahun 1911) dipercaya sebagai pastor tetap d Sikka meluangkan waktu untuk mengunjungi orang-orang katolik asal Larantuka yang berdomisili di Labuan Bajo selama enam hari sejak 14 hingga 19 Juni 1911.
Selama di Labuan Bajo, RP. Engbers membaptis anak-anak kecil orang Katolik asal Larantuka yang bekerja sebagai penyelam mutiara di Labuan Bajo (bdk:Buku Kenangan Tahbisan Uskup Ruteng Mgr. Hubertus Leteng 14 April 2020 halaman 45).
Setahun kemudian, tepatnya pada 17 Mei 1912, Misionaris Kongregasi SJ lainnya, RP. Henrikus Looijmans, SJ membaptis lima orang Manggarai Pertama yang masuk agama Katolik yang locusnya terjadi di Jengkalang, Kelurahan Wangkung, Kecamatan Reok.
Kelima orang Manggarai Perdana yang dibaptis menjadi penganut agama Katolik itu adalah Katarina (Arbero), Henricus, Agnes Mina, Caecelia Weloe dan Helena Loekoe.
Momen pembaptisan lima orang Manggarai ini menjadi berahmat karena awal bagi kongergasi SJ untuk memulai misi menaburkan benih-benih Sabda dan iman Gereja Katolik di Bumi Congkasae.
Semangat ini kemudian dilanjutkan dan diperdalam oleh Kongregasi Serikat Sabda Allah atau Societas Verbi Divini (SVD) selama periode 1914-1960.
Karya misinaris SVD di Manggarai Raya semakin mendapatkan maknanya pasca Tahta Suci mengangkat RP. Petrus Noyen,SVD menjadi Perfek Apostolik (Wakil Tahta Suci) Sunda Kecil di mana wilayah Perfektur Apostolik ini juga mencakupi Pulau Flores.
Mgr. Petrus Noyen, SVD kemudian menetapkan Ndona, Ende sebagai Pusat Perfektur Apostolik. Sejak dipercaya menjadi Perfek Apostolik Sunda Kecil yang berkedudukan di Ndona Ende, Mgr. Noyen melakukan tugas kegembalaan dengan mengunjungi umat Katolik di seluruh daratan Flores, termasuk di Manggarai Raya.
Sejarah Gereja mencatat, Mgr. Petrus Noyen, SVD melakukan patroli di sejumlah lokasi di Manggarai di antaranya Reo, Labuan Bajo, dan Ruteng pada Oktober 1914.
Setahun kemudian tepatnya November 1915, Mgr. Noyen melakukan patrol di Reo, Labuan Bajo dan Ruteng. Pada saat kunjungan ini, Mgr. Noyen membaptis sejumlah orang Manggarai menjadi Katolik.
Semangat yang telah diletakkan Mgr. Noyen ini dilanjutkan oleh ratusan para misionaris SVD lainnya. Sejumlah misionaris SVD dapat kita sebutkan, di antaranya RP. Willem Back, SVD (1915-1918), RP. Bernhard Glanemann, SVD (1920), RP. Frans de Lange, SVD (1920), RP. Willem Janssen, SVD memilih menetap di Lengko Ajang sejak 1921, RP. Franz Dorn, SVD (1922), RP. Franz Eickmann, SVD (1923), RP. Leo Van Well, SVD dan RP. Thomas Koning,SVD (1927), RP. Piet Heerkens, SVD, RP.Theodorus Thoolen, SVD, RP. Nico Bot, SVD, RP. Adolf Burger, SVD; RP. Wilhelmus Van Bekkum, SVD yang tiba di Ruteng tahun 1937.
Pater Van Bekkum memusatkan perahtian pelayanannya pada etnologi dan persekolahan (bdk. bdk. Artikel Sejarah Ringkas Gereja Lokal Keuskupan Ruteng dalam Buku Kenangan Tahbisan Uskup Ruteng Mgr. Hubertus Leteng 14 April 2020 halaman 50-52).
Sejarah mencatat bahwa ketika kongregasi SVD merayakan perak misinya di Flores pada 20 Juli 1939 jumlah umat Katolik di Manggarai saat itu terdata 65.592 plus umat yang terbaptis baru sebanyak 7.388 orang. Umat sebanyak di atas saat itu dilayani oleh 14 orang misionaris SVD yang terpusat pada 18 stasi.
Sejak saat itu perkembangan umat Katolik di Manggarai sangat pesan. Perkembangan significan ini dipengaruhi kehadiran sekolah-sekolah katolik yang dirintis oleh RP. Wilhelmus van Bekkum, SVD yang kemudian dipercaya Tahta Suci menjadi Perfektur Apostolik di Ruteng (1951), dan menjadi Uskup Keuskupan Ruteng (1961).
Data menunjukkan bahwa posisi pada 1925 di Manggarai ada 25 sekolah. Saat perang dunia II (1944) jumlah sekolah katolik meningkat menjadi 52 buah dengan jumlah murid 7.638 siswa dan guru 117 orang (Ibid. 49).
Keberadaan sekolah-sekolah yang ada dijadikan medium untuk diberikan pengajaran agama Katolik dan kemudian mereka ini dibekali sebelum dibaptis.
Selain pastor SVD, kehadiran guru agama katolik di sekolah-sekolah turut andil meningkatkan jumlah umat Katolik.
Tugas kegembalaan Mgr. Hendrikus Leven, SVD plus kehadiran para imam SVD pribumi seperti RP. Yan Bala Letor, SVD plus imam projo pertama dari Manggarai RD. Lukas Lusi. Plus RP. Markus Malar, SVD; RP. Zakarias Ze, SVD (1944).
Periode Vikariat Apostolik (1951-1961)
Pada tahun 1951, Paus Pius XII menetapkan pemekaran Apostolik Kepulauan Sunda Kecil menjadi tiga vikariat yakni Vikariat Ende, Vikariat Larantuka, dan Vikariat Ruteng.
Dengan status Vikariat maka tahta Suci mempercayakan RP. Wilhelmus Van Bekkum, SVD menjadi Wakil Tahta Suci di Ruteng. Mgr.Wilhelmus van Bekkum ditahbiskan oleh Mgr. Henricus Leven, SVD pada 13 Mei 1951.
Sebagai Vikaris Apostolik Mgr. Van Bekkum terus meningkatkan pelayanan. Untuk memudahkan pelayanan, Mgr. Van Bekkum memekarkan wilayah menjadi 4 dekenat yakni Dekenat Ruteng dengan Dekennya RP. Jan Karsten, SVD; Dekenat Cancar dengan Deken RP. Markus Malar, SVD; Dekenat Orong dengan Deken RP. Nico Bot, SVD; dan Dekenat Lengko Ajang dengan Dekan RP. Wilhelm Janssen, SVD.
Pada tahun 1953, Mgr. Van Bekkum menambah jumlah misionaris di Keuskupan Ruteng dengan mendatangkan para imam Kongregasi Fransiskan di bawah pimpinan RP. Fulco Vugts, OFM. Para imam kongregasi OFM yang pernah bertugas di Manggarai di antaranya RP. Konradus de Zoomer, OFM; RP. Hugo, OFM; RP. H. vd. Hoogen, OFM; RP. Inacio Dresch, OFM; RP. P.A. Mariani OFM, dan sejumlah imam Kongregasi OFM lainnya.
Para imam kongregasi OFM ini diberi penugasan khusus di bidang pemeliharaan rohani. Mgr. Van Bekkum kemudian menugaskan para imam Ordo Fransiskan untuk menangani Paroki Pagal sejak 8 April 1958.
Mgr. Van Bekkum juga melakukan terobosan dengan mendatangkan seorang imam projo/sekuler dari Belgia RD. Rene Daem untuk memperkuat pastoral di Keuskupan Ruteng.
Semangat untuk membangun gereja semakin bertambah saat terjadinya momen berahmat penahbisan dua imam projo pertama dari Manggarai yakni RD. Yosef Fernandez dan RD. Max Nambu pada tahun 1960.
Kehadiran para imam lintas kongregasi, plus kehadiran imam pribumi serta pendirian sekolah-sekolah, termasuk Seminari Menengah Pius XII Kisol tahun 1955, dan Akademi Kateketik Ruteng pada 27 Agustus 1958 turut meningkatkan jumlah umat katolik.
Aneka terobosan di atas semakin memberi ruang berahmat, tatkala Paus Yohanes XXIII melalui konstitusi Apostolik Quod Christum menetapkan berdirinya Hierarki Gereja Indonesia untuk terbentuknya 6 Provinsi Gerejawi (Keuskupan Agung) di Indonesia yakni Jakarta, Semarang, Medan, Makassar, Pontianak, dan Ende. Mengacu pada ketentuan ini maka status Vikaris Apostolik (Wakil Tahta Suci) yang disandang Ruteng sebelumnya ditingkatkan menjadi Keuskupan.
Dengan demikian, Mgr. Wilhelmus van Bekkum yang sebelumnya menjadi Uskup Tiaga/Wakil Tahta Suci) diberi wewenang menjadi Uskup Keuskupan Ruteng.
Periode Sebagai Keuskupan 1 (1961-sekarang)
Setelah Ruteng mendapatkan status otonom sebagai Keuskupan tersendiri, maka sejak tahun 1961, Keuskupan yang saat ini memiliki umat sekitar 900 ribu lebih pernah dan sedang digembalakan oleh lima orang uskup.
Uskup pertama adalah Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD (1961-1972), lalu Mgr. Vitalis Djebarus, SVD (1973-1981); Mgr. Eduardus Sangsun, SVD (1985-2008); Mgr. Hubertus Leteng (2010-2017); dan Uskup Ruteng saat ini Mgr. Siprianus Hormat (2020-sekarang).
Berkat kepemimpinan lima uskup di atas plus dibantu oleh ratusan imam dari pelbagai kongregasi dan imam diosesan, maka ziarah Gereja Katolik di Keuskupan Ruteng terbilang gemilang, baik secara kuantitas yang diukur dari jumlah umat, maupun dari sisi kualitas sumber daya manusia (SDM) pastoral dan jmplikasi pastoral di tengah umat.
Para imam yang patut disebutkan turut memberi warna untuk perkembangan gereja katolik di Keuskupan Ruteng di antaranya para imam kongregasi SVD yang berkarya di Manggarai Raya (bdk.
Sejumlah imam SVD patut kita sebutkan, RP. Frans Dorn, SVD; RP. J. Karsten, SVD; RP. Yosef Klisan, SVD; RP. Yan Oleski, SVD; RP. Yan Loeters, SVD; RP. Bruno Bras Conterius, SVD; RP. Viktor Stevko, SVD; RP. Yosef Swingkels, SVD; RP. Yosef Krezmark, SVD; RP. Frans Galis, SVD; RP. Petrus de Graff, SVD;
RP. Lambert Quadem, SVD; RP. Otto Voller, SVD; RP. Stanis Mucek, SVD; RP. Stef Wroz, SVD; RP. Yohanes Swinkels, SVD; RP. Gerardus Smit, SVD; RP. Jil Verheyen, SVD; RP. Cornelis van Der Molen, SVD; RP. Yosef van Hoef, SVD; RP. Bruno Bras, SVD; RP. Josef Krcmar, SVD ;
RP. W. Wiebring, SVD; RP. HanSs Runkel,SVD; RP. Erwin Schmuts, SVD; RP. Viktor Stevko, SVD; RP. Frans Meszaros, SVD; RP. Y. Karsten, SVD; RP. Petrus Smith, SVD; RP.Robert; RP. Armin Mathier, SVD;RP.P.A. Lenders, SVD; RP. Paulus Rehmet, SVD; RP, Juraj Vojenciak, SVD;
RP. Stanis Wyparlo; RP. Frans Eickmann, SVD; RP. Theo Tolen, SVD; RP. Jack Gaeraeds, SVD; RP. Yoseph van Hoef, SVD; RP. Petrus Hilbertus, SVD; RP. Thomas Koning, SVD; RP. Yulius Verheyen, SVD; RP. A. Mohlman. SVD; RP. Yosef Klisan, SVD, RP. Hubertus Quaden, SVD;
RP. Paulus Rehmet, SVD; RP. Galus Mittemier, SVD; RP. Klaus Naumann, SVD; RP. Oto Voller, SVD; RP. Stanis Ograbek, SVD; RP. Ender, SVD; RP. Wiebring, SVD; RP. Bruno Brass, SVD; RP. P. Voestermans, SVD; RP. Geradus Mezenberg, SVD; RP. Frans Meszaros, SVD; RP. Patels, SVD; RP. Voestermans, SVD; RP. Nicolaus Boot, SVD.
Selain imam SVD, ada juga imam kongregasi lain, seperti OFM di antaranya RP.Fulco Vughs, OFM, RP. Konradus de Zoomer, OFM; RP. Hugo, OFM; RP. H. vd. Hoogen, OFM; RP. Inacio Dresch, OFM; RP. P.A. Mariani OFM.
Selanjutnya, dalam perjalanan ziarah Keuskupan Ruteng dalam tiga dekade terakhir, tak dapat dipungkiri bahwa pesatnya perkembanagan gereja katolik dan meningkatnya jumlah umat Katolik tak terlepas dari peran para imam diosesan yang bekerja hampir di semua lini bidang tugas di Keuskupan ini.
Sebut beberapa imam projo di antaranya dua imam projo pertama dari Manggarai yakni RD. Yosef Fernandez dan RD. Max Nambu pada tahun 1960; RD. Mikhael Wangku; RD. Alfons Segar; RD. Benediktus Bensi; RD. Hilarion Datus Lega yang kemudian dipercaya Tahta Suci menjadi Uskup Sorong Manokwari.
Lalu; RD. Hubertus Leteng, Mantan Praeses Seminari Tinggi Ritapiret yang kemudian dipercaya Tahta Suci menjadi Uskup Ruteng; RD. Siprianus Hormat yang kemudian dipercaya Tahta Suci menjadi Uskup Ruteng; RD. Dr. Maksimus Regus yang kemudian dipercaya Tahta Suci menjadi Uskup Keuskupan Labuan Bajo.
RD.Prof. Dr. John Boylon; RD. Dr. Inosensius Sutam, RD. Dr. Ino Dangku; RD. Dr. Fidelis Den; RD. Dr. Matias Daven; RD. Marthin Chen; RD. Rikardus Jehaut; RD.Dr. Manfred Habur yang saat ini dipercaya menjadi Rektor Unika Santo Paulus Ruteng; RD. Dr. Ambros Pedo (mantan Praeses Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret).
Serta ratusan para imam diosesan yang tersebar pada puluhan paroki dan lembaga pendidikan pada tiga kabupaten yakni Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat, dan Kabupaten Manggarai Timur.
Berkat kerja para imam dari lintas kongregasi di atas, serta kualitas imam diosesan yang mumpingi maka Keuskupan Ruteng tercatat sebagai Keuskupan yang memiliki jumlah umat Katolik terbesar di Indonesia, dan yang memiliki perangkat pastoral yang SDM-nya mumpuni.
Satu fakta yang tak terbantahkan, berkat kerja sama semua pihak di atas maka apa yang telah dimulai misionaris dari Kongregasi SJ, RP. Henricus Loijmanns, SJ yang membaptis lima orang Manggarai pertama menjadi Katolik pada 17 Mei 1912 kini menjadi berkembang pesat dan bisa disebutkan sebagai mujizat karya Tuhan di mana dari jumlah umat Katolik lima orang pada tahun 1912 kini berkembang menjadi 900.000 umat lebih saat ini.
Dalam konteks ini tak salah kalau kita menyebut momen pertumbuhan umat ini sebagai mujizat dari Kampung Jengkalang di Keuskupan Ruteng yang mengubah/melipatgandakan lima orang Katolik perdana pada tahun 1912 menjadi 900.000 ribu lebih umat Katolik saat ini.
Warta gembira ini dan perihal jumlah umat Katolik terbesar di atas disampaikan Uskup Keuskupan Ruteng Mgr. Sipri Hormat dalam satu momen wawancara menjelang misa akbar yang dipimpin Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno saat mengunjungi Indonesia pada Kamis 5 September 2024.
Uskup Sipri saat itu ditanya oleh pewawancara perihal berapa jumlah umat Katolik di Keuskupan Ruteng dan tanggapannya ketika memimpin Keuskupan dengan jumlah Katolik terbesar di Indonesia.
Uskup Sipri mengakui bahwa jumlah umat katolik yang dipimpinnya sebanyak 900 ribu lebih dan ia mengaku bangga dan tetap semangat melayani umat sebanyak itu.
Terima kasih lima umat Katolik perdana asal Manggarai yang dibaptis menjadi Katolik di Jengkalang, Reo pada 17 Mei 1912. Terima kasih para misionaris. Terima kasih para uskup dan perangkat pastoral Keuskupan Ruteng.
Terima kasih para guru agama Katolik. Terima kasih untukmu semua yang telah menghadirkan momen berahmat Mujizat Jengkalang di Keuskupan Ruteng yang mengubah/melipatgandakan Lima Orang Katolik Terbaptis Perdana di Jengkalang menjadi 900 Ribu Umat Katolik terbesar di Indonesia. Deus Benedicat. Tuhan memberkati. *
Penulis: Wartawan Florespos.net & Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati
Editor : Wentho Eliando