MBAY, FLORESPOS.net-Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden dalam kotbahnya ketika memimpin perayaan Ekaristi pada Visitasi Kononik Perdana di Kevikepan Bajawa, Senin (16/9/2024), mengatakan memang Kata dan Kata-kata bukan segalanya, namun keduanya sangat penting bagi kehidupan.
Perayaan ekaristi yang berlangsung di Gereja MBC Bajawa, itu Uskup Budi Kleden mengatakan kita mengungkapkan perasaan kita dalam kata serta merumuskan gagasan dan pikiran dalam kata.
“Kita mensharingkan mimpi dan rencana kita dalam kata. Walaupun bukan segalanya, kata dan kata-kata sungguh penting,” ungkapnya.
Lanjutnya, perpecahan dalam keluarga, keretakan dalam Kelompok Umat Basis, renggangnya relasi dalam situasi dan lingkungan, adanya konflik di paroki dan Keuskupan sering muncul karena kata-kata.
Hal ini disebabkan karena kurangnya memperhatikan kata-kata, di mana kata dapat sangat melukai dan dapat sangat merendahkan harga diri seseorang apalagi ketika kata dan kata-kata itu datang dari mulut seseorang yang tidak pernah kita bayangkan, harapkan yang mengungkapkan kata yang menyakiti.
Perayaan Ekaristi yang juga merupakan perayaan syukur atas Tahbisan Uskup Agung Ende, Mgr.Paul Budi Kleden dihadiri oleh Vikjen Keuskupan Agung Ende RD.Yosep Daslan, Sekretaris Uskup Agung Ende RD Evan Lando,Vikep Bajawa RD Gabriel Idrus,Vikep Mbay RD. Aster Lado,Vikep Ende RD Edi Dopo serta sejumlah Imam Konsebran.
Hadir juga Bupati Ngada Andreas Paru, Sekretaris Daerah Kabupaten Ngada yang juga Ketua Panitia Kunjungan tersebut, Theodisius Yosefus Nono serta sejumlah umat dan undangan lainnya.
Uskup Budi Kleden mengatakan, dirinya ingat pada era dirinya menjadi siswa Seminari di Hokeng di mana yang dikeluhkan adalah keterbatasan bahan bacaan serta kurangnya majalah majalah yang berbobot dan memberikan informasi kepada para siswa seminari saat itu.
Di antara judul buku yang ada di Perpustakaan Seminari Hokeng saat itu ada satu judul yang sangat menarik yang dirinya juga siswa lainnya ya itu buku karya seorang pengamat sastra Indonesia berkebangsaan Belanda yakni Doktor A. Andries Teeuw dengan judul “Tergantung Pada Kata” buku yang berdasarkan pengamatan pada 10 puisi Indonesia
Setiap sapan yang diberikan kepada dirinya dalam berbagai kegiatan termasuk dalam kehadirannya walaupun tidak paham, namun dirinya merasakan bahwa kata kata yang dipilih adalah kata-kata yang berbobot.
Kesungguhan kita dalam janji pernikahan, janji imamat atau dalam kaul kebiaraan, sumpah jabatan seorang pejabat publik dijamin oleh kualitas pribadinya.
“Hanya dari seorang yang jujur kita dapat mengharapkan bahwa apa yang diungkapkannya dan dijanjikannya akan dihidupinya,” kata Uskup Budi Kleden.
Dalam tahapan panjang membiara juga ada kesempatan untuk mengenal kepribadian seseorang sebelum dibiarkan untuk mengikrarkan Kaul Kebiarannya.
Demikian juga dalam perjalanan menjadi Imam ada tahap persiapan yang panjang untuk mengenal sungguh kualitas kepribadian seseorang sebelum menyampaikan sumpah sebagai seorang Imam.
Untuk melihat kepribadian seseorang yang berkompetisi dalam sebuah pertarungan politik sebelum menjatuhkan pilihan agar tidak dikecewakan maka kepribadian orang itulah yang menjamin akan menghidupi janji-janjinya.
Kata merupakan hal yang penting dalam membina relasi dan tiga kata penting yang tidak boleh dilupakan adalah Tolong , Maaf dan Terima Kasih.
“Bisa ditambahkan dengan apresiasi atau penghargaan sesuatu yang berguna untuk kebaikan. Sering kita gampang sekali membuat kritik terhadap orang tetapi kita lupa mengapresiasi apa yang baik yang dilakukan orang itu,” tutupnya.
Usai perayaan dilanjutkan dengan resepsi bersama yang dilalui dengan proses upacara adat sebagai bentuk kebersamaan dalam budaya Bajawa yaitu acara Bhei Bhodo, memikul makanan berupa nasi dan daging diiringi tarian dan nyanyian adat.*
Penulis : Wim de Rozari
Editor : Anton Harus