Oleh Wall Abulat
SESUAI agenda Uskup Agung Ende, Mgr. Paul Budi Kleden, SVD tiba di Ende, Kota Pancasila pada Sabtu 10 Agustus 2024.
Ia kembali ke rahim Kota Ende-Locus di mana Proklamator Bung Karno pernah merenungkan lima mutiara falsafah hidup yang kemudian dijadikan sebagai Idiologi atau dasar negara kesatuan Republik Indonesia yang disebut Pancasila.
Mgr. Paul datang dari Roma Pusat Kongregasi SVD sejagat menuju Ende–Kota penuh kenangan dan diwarnai momen sejarah yang luar biasa.
Suatu momen sejarah terlahir yang bukan saja karena pada rentang waktu 1934-1938 sosok proklamator Bung Karno menjalani masa pengasingan di Kota Ende.
Lebih dari itu, dalam konteks kehidupan gereja, khususnya keberadaan Kongregasi Societas Verbi Divini (SVD) atau Serikat Sabda Allah di Ende.
Di mana saat momen bersejarah itu, ada fakta di mana terbangunnya komunikasi aktif antara Bung Karno dengan para pastor Kongregasi SVD terkait aneka hal kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, termasuk berdiskusi seputar falsafat negara yang kemudian menjadi pilar kebangsaan yang dinamakan Pancasila selama Presiden Pertama RI ini berada di Ende sejak 14 Januari 1934 hingga 18 November 1938.
Selama berada di Ende Bung Karno merawat dialog kehidupan yang beradab dengan para pastor dari Kongregasi Societas Verbi Divini.
Dalam pelbagai literatur sejarah bangsa dan sejarah gereja disebutkan ada beberapa pastor yang menjadi teman diskusi Soekarno selama ia menjalani pengasingan di Ende di antaranya Pastor Paroki Katedral Ende saat itu Pater P.G. Huijtink SVD.
Konon, Misionaris asal Belanda ini memberikan seluas-luasnya kepada Soekarno untuk menggunakan gedung Imakulata demi pementasan beberapa karya drama yang dihasilkan Soekarno.
Pater Huijtink juga menyerahkan kunci perpustakaan Biara Santo Yosef Ende-tempat ia dan anggota Kongregasi SVD biasa menimba ilmu melalui aneka buku dan bacaan lainnya milik SVD saat itu.
Pastor SVD lainnya yang menjadi teman diskusi Soekarno yakni Pater Doktor Bouma SVD. Pater Bouma SVD adalah Superior Regional SVD selama periode 1932-1947, dan pendiri Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero pada tahun 1937.
Para pastor SVD yang menjadi teman diskudi Bung Karno lainnya Pater Dr. M. Van Stiphout SVD, Pater Adriaan Moomersteeg SVD, Pater Johannes va der Hijden SVD, Pater Antoine Hubert Thijssen SVD yang waktu Bung Karno berada di Ende, ia menduduki jabatan Vikarius Apostolik Ende. Pater Hubert Thijssen SVD kemudian menjadi Uskup Larantuka.
Bung Karno sering berdiskusi dengan para pastor ini terkait aneka soal, tak hanya berlokasi di Rumah Pengasingan, tetapi juga di bawah sukun yang ada di Taman Pancasila Ende saat ini dan atau di Biara Santo Yosef dan Rumah Situs Pengasingan Bung Karno di Jalan Perwira saat ini.
Berkat diskusi yang bermakna dan beradab dengan tokoh-tokoh agama di atas, semakin melahirkan inspirasi bagi Presiden Pertama RI untuk merenungkan lima butir mutiara yang kemudian dijadikan Dasar Negara Pancasila ini, sebagaimana pemaknaannya tertuang dalam monumen bersejarah yang ada di Taman Pancasila Ende saat ini yang bertuliskan “Di Kota ini kutemukan lima butir mutiara di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila”.
Monumen ini diresmikan oleh Wakil Presiden RI Profesor Boediono bertepatan dengan Hari Kelahiran Pancasila pada 1 Juni 2013.
Momen bersejarah di atas tentu tak sekadar sebagai untaian kisah yang diuraikan secara siklus waktu yang berbetuk siklis atau hanya untain waktu khronos atau jalinan waktu biasa saja.
Tetapi lebih dari itu, kiranya rangkaian momen itu dimaknai sebagai momen berahmat (kairos) yang semakin melahirkan rahmat dalam keseharian masyarakat, baik sebagai warga negara, maupun sebagai warga Gereja.
Momen di atas pulalah yang mengantar kita untuk memaknai ziarah perjalanan Keuskupan Agung Ende dan momen berahmat tahbisan Uskup Agung Ende, Mgr Paul Budi Kleden, SVD yang dilaksanakan pada 22 Agustus 2024.
Mgr. Paul Budi Kleden, SVD dipercaya oleh Pemimpn Tertinggi Umat Katolik Sedunia Sri Paus Fransiskus menjadi Uskup Keuskupan Agung Ende (KAE) pada 25 Mei 2024. Mgr. Paul Budi Kleden, SVD dipercaya menggantikan Mgr. Vincentius Sensi Potokota yang berpulang ke Pangkuan Ilahi pada 19 November 2023 lalu.
Mgr. Paul Budi Kleden, SVD merupakan Uskup Agung Ende ke-5 sejak Paus Yohanes XXIII melalui Konstitusi Apostolik Quod Christus menetapkan pembentukan Hierarki Gereja Katolik di Indonesia di mana salah satunya meningkatkkan status Vikariat Apostolik Ende menjadi Keuskupan Agung Ende pada tanggal 3 Januari 1961.
Empat uskup agung Ende sebelumnya adalah Mgr. Gabriel Manek, SVD (1961-1969); Mgr. Donatus Djagom, SVD (alm) Uskup Agung Ende 1969-1996; Mgr. Abdon Longginus da Cunha (alm) Uskup Keuskupan Agung Ende 1996-2006; dan Mgr. Vincentius Sensi Potokota (alm) Uskup Keuskupan Agung Ende 2006-2023.
Sementara selama periode Prefektur Apostolik Sunda Kecil (2013-2021) hingga Vikariat Apostolik Kepulauan Sunda Kecil (2021-2036) dan Vikariat Apostolik Ende (1936-1961), tercatat ada 7 Uskup yang pernah bertugas di Keuskupan (Agung) Ende.
Mereka adalah Mgr. Petrus Noyen, SVD (1913-1921); Mgr. Arnold Vertraelen, SVD (1921-1032); Mgr. Hendrikus Leven, SVD (1932-1931); Mgr. Yamaguchi; Mgr. Aloysius Ogihara; dan Mgr. Antonius Thijssen, SVD (1951-1961).
Peliharalah Kasih Persaudaraan
Kamis 22 Agustus 2024. Tak sekadar waktu khronos (untaian waktu biasa) bagi 600 ribu lebih umat Katolik Keuskupan Agung Ende yang meliputi wilayah Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada, dan Kabupaten Nagekeo.
Penggalan waktu itu juga menandai momen berahmat (khairos) tidak saja bagi umat Keuskupan ini, tetapi juga bagi gereja mondial karena pada saat itu Gereja Katolik Dunia menyambut tugas kegembalaan Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD sebagai Uskup Keuskupan Agung Ende.
Mgr. Paulus Budi Kleden menerima tugas kegembalaan ini setelah Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Sedunia Sri Paus Fransiskus mempercayakannya sebagai Uskup Agung Ende pascameninggalnya Mgr. Vincentius Sensi Potokota pada 19 November 2023 lalu.
Mgr. Paul Budi Kleden menerima penugasannya sebagai Uskup Agung Ende di saat ia sedang dipercaya menjadi Superior General Kongregasi Societas Verbi Divini (SVD) atau Serikat Sabda Allah yang berkedudukan di Roma, Italia.
Penunjukan Pemimpin Tertinggi SVD Sedunia menjadi Uskup Agung Ende ini mendapatkan sambutan positif dari pelbagai elemen umat Katolik Dunia, khususnya umat Katolik di Keuskupan Agung Ende.
Uskup Agung Ende yang baru ini mengusung moto tahbisan Uskupnya yang diambil dari Surat kepada Jemaat Ibrani pasal 13 ayat 1 yang demikian petikannya Caritas Fraternitatis Maneat in Vobis (Peliharalah Kasih Persaudaraan).
Moto ini tentu memiliki makna mendalam yang menjadi paduan tugas kegembalaan Mgr. Paul Budi Kleden,SVD selama mengemban tugas mulia ini di Keuskupan Agung Ende.
Moto tahbisan ini nampaknya secara spiritual dan pastoral memiliki kesinambungan dari moto-moto tiga uskup Agung Ende sebelumnya yang memiliki tiga moto yang menjadi inspirasi tugas kegembalaan mereka.
Uskup Agung Ende, Mgr. Donatus Djagom, SVD (1968-1996) mengusung moto Praedicamus Christum Cruxifixum (Wartakanlah Kristus yang tersalib (1 Kor 1:23).
Sementara Mgr. Abdon Longinus da Cunha (1996-2006) mengusung moto tahbisan Audiens et Proclamans: Dengar dan wartakanlah (1 Sam 2: 35).
Sedangkan Mgr. Vincentius Sensi Potokota (2006-2023) mengusung moto “Praedica Verbum Opportune, Importune: Wartakanlah Sabda, baik atau tidak baik waktunya (2 Tim 4:2).
Moto dan Lambang Keuskupan
Moto tahbisan Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD “Caritas Fraternitatis Maneat In Vobis: Peliharalah Kasih Persaudaraan (Ibrani 13:1), semakin menampakkan warna persaudaraan kasih tatkala Mantan Superior General SVD itu menguraikan secara detail Lambang Uskup Agung yang digembalakannya dalam tampilan topi hirarki dalam tali berumbai yang disederhana serta perisai warna hijau adalah warna tradisional untuk Uskup Agung.
Juga 10 rumbaian berbentuk segitiga-segitiga kecil bersusun dan terdapat pula salib dan perisai yang dirancang menurut tradisi dengan memiliki 10 makna mendalam sebagaimana yang dirilis resmi pantia tabbisan Uskup Agung Ende tahun 2024.
Berikut 10 petikan lengkap makna lambang Uskup Agung Ende di bawah tugas kegembalaan Mgr. Paul Budi Kleden, SVD.
Pertama,Segitiga Tritunggal Mahakudus. Kasih persaudaraan itu bersumber dan mengalir dari relasi Ilahi Trinitas: Persatuan Kasih Allah Bapa, Allah Putra-Allah Roh Kudus.
Kedua, Topi Petani: tanda kesederhanaan dan perlindungan inilah panggilan tugas yang dijalankan dalam cara yang sederhana demi menyapa umat dalam serba situasi yang dihadapi, terutama dalam bidang penggembalaan umat Allah Keuskupan Agung Ende.
Ketiga, burung merpati: tanda kehadiran dan kuasa Allah Roh Kudus saat Yesus dibaptis memulai awal perutusanNya dan yang dicurahkannya kepada Gereja pada Pentekosta. Roh Kudus adalah jiwa Ilahi Gereja.
Keempat, Kitab Suci. Dalam terang Roh Kudus Gereja dipanggil untuk mendengar, menafsir, mengamalkan dan mewartakan Tuhan yang bersabda melalui Kitab Suci, alam ciptaan dan peristiwa sejarah. Warna merah pada sisi Kitab Suci adalah lambang kemartiran, pewartaan dan kesaksian akan Firman Tuhan menuntut pengorbanan.
Kelima, Bunda Maria dan Ketiga Kuntum Bunga. Huruf M adalah presentasi nama Bunda Maria. Santa Perawan dikandung tanpa noda adalah Pelindung Keuskupan Agung Ende. Ketiga kuntum bunga itu adalah presentasi tiga wilayah Kevikepan Keuskupan Agung Ende yakni Bajawa, Mbay, dan Ende. Ketiga wilayah ini dipersatukan dalam kasih Keibuan Bunda Maria yang menginspirasi dan meneguhkan kita untuk setia memelihara kasih persaudaraan.
Enam, warna kuning. Inilah warna simbol harapan. Hal ini mengungkapka citra seluruh umat Allah dalam (Kevikepan, Paroki, KUB) sebagai Gereja peziarah dalam harapan. Kita semua dipanggil untuk menjadi terang untuk mewartakan terang sejati yakni Kristus Cahaya Dunia.
Ketujuh, Figur Para Peziarah. Semua figure peziarah adalah gambaran para anggota gereja, kaum peziarah, anak-anak, kaum religius, para ibu dan bapak, para imam, kaum muda, para pegawai dan kaum intelektual serta uskup membentuk komunitas yang memelihara kasih persaudaraan, dan mengundang semua orang lain untuk menghidupkan kasih persaudaraan.
Kedelapan,warna hijau. Warna hijau mengisyaratkan hijau dan suburnya alam Flores. Kita dipanggil untuk memelihara kasih persaudaraan itu juga dengan seluruh alam ciptaan Tuhan.
Kesembilan,Laut Sawu dan Laut Flores. Laut Sawu yang bergelora itu mengungkapkan tantangan sekaligus menuntut keberanian hati untuk mengarungi zaman, membawa kabar sukacita persaudaraan.
Itulah Gereja bagai bahtera mengarungi zaman. Namun iman yang teguh pada Tuhan dalam doa dan devosi bersama Bunda Maria menuntun kita dalam kasih persaudaraan masuk ke suasana laut Flores yang relatih lebih teduh dan tenang.
Kesepuluh, Caritas Fraternitatis Maneat In Vobis: Peliharalah Kasih Persaudaraan (Ibrani 13:1).
Profil
Mgr. Paul Budi Kleden, SVD adalah gembala umat kelahiran Waibalun, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), 16 November 1965.
Setamat SMP, ia melanjutkan pendidikan di Seminari Menengah San Dominggo Hokeng, Kabupaten Flores Timur 1981-1985.
Usai tamat SMA Seminari, ia melanjutkan pendidikan di Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero yang diawali masa Novisiat sejak 31 Juli 1985.
Ia menerima kaul pertama di Ledalero pada 1 Agustus 1987, lalu Kaul Kekal pada 29 September 1992 di St. Gabriel, Austria.
Ia ditahbiskan menjadi imam di St. Gabriel, Austria pada 15 Mei 1993. Usai ditahbiskan menjadi imam, ia menjadi pastor rekan di salah satu Paroki di Swiss (1993-1996).
Di tengah kesibukannya sebagai pastor, RP. Paul Budi Kleden, SVD saat utu juga melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 dan meraih gelar doktor Teologi Sistematika dari Albert-Ludwigs-Universität Freiburg, Jerman.
Setelah selesai meraih gelar doktor ia kembali ke Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero pada tahun 2001.
Selain menjadi formatur calon imam kongregasi Societas Verbi Divini (SVD) (2001-2005), ia juga mengemban tugas sebagai pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) atau kini menjadi Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero sejak 2001 hingga 2012.
Di tengah kesibukannya sebagai dosen dan formatur para frater, ia juga mengemban tugas sebagai anggota Dewan Provinsi SVD Ende (2005-2007) dan Wakil Provinsial SVD Ende (2007-2008).
Sejak tahun 2012, Pater Paul Budi Kleden, SVD dipercaya menjadi anggota Superior General SVD (2012-2018) dan Superior General SVD yang berkedudukan di Roma sejak tahun 2018 hingga-2024. Ia mulai memangku jabatan Superior General SVD di Roma sejak 30 September 2018.
Selama menjabat pemimpin tertinggi SVD sejagat yang memiliki anggota kongregasi sekitar 6.000 orang. Dari imam kongregasi SVD ini sekitar seribu lebih tepatnya 1.323 (seturut data tahun 2022) berkarya di Indonesia.
Selamat Datang dan Selamat Bertugas Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD. Peliharalah Kasih Persaudaraan dalam aneka makna dan simbol Keuskupan Agung Ende yang diwarnai Caritas Fraternitatis Maneat In Vobis. Tuhan memberkati. *
Jurnalis &Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati
Editor : Wentho Eliando