Kehormatan Lebih Penting dari Sekadar Fatamorgana Kekuasaan (Mencermati Leadership Style Presiden Jokowi)

- Jurnalis

Selasa, 4 Juli 2023 - 16:22 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Dionisius Ngeta, S.Fil

MEMILIKI totalitas dalam bekerja, dalam pemikiran, dan strategi implementasi demi terciptanya keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan sesungguhnya adalah keniscayaan sebagai pemimpin.

Dia selalu lapar dan haus (tak kenal lelah/siang-malam) bekerja bagi bawahan yang dipimpinnya (masyarakat) dengan etos kerja dan disiplin tinggi agar lebih produktif.

Dia selalu memiliki kesadaran bahwa karakter, kehormatan, marwah, integritas dan kepentingan bawahan (masyarakat) selalu erat kaitannya dengan kepemimpinan.

Baginya kehormatan negara dan institusi yang dipimpin, masalah dan aspirasi masyarakat jauh lebih penting diperhatikan daripada sekadar kenikmatan fatamorgana kekuasaan.

Dia memiliki mimpi-mimpi besar, jelas, terukur, terarah dan membumi serta mampu merumuskan mimpi-mimpi besar itu ke dalam visi dan misi sebagai target yang harus dicapai.

Dia selalu melihat lebih jauh dan lebih dekat selain melihat dari sudut pandang yang berbeda sehingga dapat menemukan seberkas cahaya di tengah  berbagai tantangan dan permasalahan.

Ketika mencermati gaya hidup dan kepemimpinan Presiden Jokowi, mungkin tidak berlebihan jika saya katakan bahwa dia adalah salah satu pemimpin terbaik (ideal) di negeri ini yang tidak tersilau dan terpikat oleh fatamorgana kekuasaan.

Jokowi sadar bahwa kekuasaan itu memikat dan menyilaukan. Dan Jokowi tahu bahwa kecenderungan pemimpin adalah melanggengkan kekuasaan atas nama kehendak rakyat.

Fatamorgana politik ini sering dengan mudah menggoda penguasa. Tapi Presiden Jokowi tidak mudah digoda karena dia memiliki integritas moral. Dia selalu utamakan kepentingan rakyat dengan tetap berpedoman pada undang-undang.

Memiliki optimisme dan utamakan kehormatan, kepentingan dan aspirasi masyarakat serta taat konstitusi daripada sekadar fatamorgana kekuasaan adalah segala-segala baginya. Menjaga kehormatan dan marwah institusi pemerintah dan kedaulatan negara yang dipimpin dan konsisten terhadap konstitusi adalah keniscayaan bagi mantan wali kota Surakarta dan gubernur DKI Jakarta ini.

Presiden Jokowi juga tidak hanya selalu mengingatkan para pembantunya agar tidak korupsi atau terlibat dalam kasus-kasus korupsi dan sejenisnya, tapi juga supaya selalu menghidupkan roh institusi dan pemerintahan yang dipimpinnya agar lebih bersinar bagi masyarakat. Seperti mendorong setiap kepala daerah untuk “blusukan”/turun bertemu langsung masyarakat seperti yang sering dilakukannya.

Dia juga mendorong agar Pemerintah Daerah bisa menemukan branding berdasarkan pontensi dan kekhasan masing-masing daerah, selain menumbuhkan etos dan disiplin kerja nasional. Demikian arahan Presiden Jokowi dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda 2023.

Spirit dan filosofi kerja, kerja dan kerja agar pemerintah dan kementeriannya lebih produktif dan responsif bagi kepentingan masyarakat tidak sekedar iklan atau slogan tapi ditunjukkannya. Tidak segan-segan Jokowi menegur para menteri yang bekerja  linear dan itu-itu saja.

Hal-hal tersebut di atas adalah bukti tanggung jawab moral dan kehormatan sebagai kepala Negara dan Pemerintah terhadap mandat dan amanah yang diberikan masyarakat Indonesia kepadanya.

Jokowi juga mendorong reformasi secara fundamental berkaitan dengan etos kerja, penggunaan teknologi dan pola pikir selain berkaitan dengan produktivitas dan kedisiplinan nasional.

Pola pikir dan etos kerja kita harus berubah. Fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan sangat dibutuhkan. Efisiensi, kolaborasi, dan penggunaan teknologi harus diprioritaskan. Kedisiplinan nasional dan produktivitas nasional juga harus ditingkatkan,” ujar Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat (14/08/2020).

Berbagai pembangunan infrastruktur yang masif dan dikebut seperti jalan tol, bendungan/waduk, bandara, tempat pariwisata, trans Papua, trans Kalimantan, Trans Sumatra, IKN dan lain-lain serta berbagai pembangunan sarana prasana dengan filosofi pembangunan mulai dari desa, daerah terdepan dan terluar selama dua periode kepemimpinan adalah bukti tanggungjawab moral dan rasa hormat Jokowi atas kedaulatan dan kepercayaan masyarakat yang memilihnya demi terwujudnya percepatan pemerataan, keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran.

Baca Juga :  Tanggapan Familiaris Consortio Terhadap Masalah Perselingkuhan dalam Keluarga Katolik

Memperketat pengawasan terhadap berbagai kekayaan sumber daya alam Indonesia, seperti mempersempit ruang gerak para mafia, menghentikan ekspor bahan baku nikel, menghancurkan kapal-kapal pencuri ikan dan sebagainya adalah indikasi Jokowi menjaga kehormatan dan kedaulatan bangsa dan negara di mata dunia.

Jabatan dan kekuasaan yang diberikan rakyat tidak dimanfaatkannya untuk bersantai ria di Istana Negara, ber-“main mata” dengan para mafia atau memperkaya diri dan keluarga. Jabatan baginya adalah amanah dan tanggung jawab moral yang harus dibuktikan dengan berpihak pada dan bekerja keras bagi kepentingan masyarakat.

Keberanian dan ketegasan sikapnya dalam pengambilan keputusan untuk permasalahan rakyat adalah bukti keberpihakannya terhadap kepentingan rakyat. Peningkatan asset Negara selama pemerintahannya dan kepercayaan masyarakat Indonesia adalah bukti kesungguhan kerja dan kinerjanya.

Beberapa kali Jokowi didorong oleh mereka yang memiliki kepentingan agar lebih lama menggenggam jabatan dan kekuasaan. Berbagai isu dan wacana seperti presiden tiga periode, perpanjangan masa jabatan, pemilu ditunda dan lain-lain disebarkan ke ruang publik.

Tapi Jokowi selalu membantah bahwa hal itu bukan keluar dari mulutnya, bukan kehendaknya. Baginya, kehormatan dan konsistensi sikap terhadap konstitusi dan aspirasi masyarakat jauh lebih penting daripada sekadar kekuasaan dan jabatan.

Jokowi adalah pemimpin yang konsisten dan taat konstitusi. “Konstitusi tidak membolehkan. Sudah jelas itu. Saya akan selalu taat pada konstitusi dan kehendak rakyat. Saya ulangi, saya akan taat konstitusi dan kehendak rakyat,” ujar Jokowi seperti dilansir detik.com pada Senin (29/8/2022) “Itu kan sudah saya jawab bolak-balik. Saya sudah jawab itu mungkin lebih dari empat kali. Masa dipertanyakan lagi? Yang jelas saya taat pada konstitusi,” ujar Jokowi dalam Economic Update 2022 yang ditayangkan pada program Squawkbox, Kamis (18/8/2022).

Wacana jabatan presiden tiga periode kurang lebih bergulir dan mengemuka sebanyak empat kali selama periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi. Respon Jokowi terhadap wacana itu pun tidak berubah. Jokowi bukan hanya konsisten dan taat terhadap konstitusi dan aspirasi rakyat.

Tapi dia tidak mau menampar mukanya sendiri sebagai kepala negara dan pemerintah. “Kalau ada yang usulkan itu, ada tiga (motif) menurut saya, ingin menampar muka saya, ingin cari muka, atau ingin menjerumuskan. Itu saja,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, 2 Desember 2019 (Kompas.com – 29/08/2022, 10:52 WIB).

Menampar muka saya”, adalah hal yang pertama dikatakan Presiden Jokowi selain berkaitan dengan konsistensi sikap terhadap konstitusi dan tidak mau terjerumus. Baginya, muka, wajah adalah symbol kehormatan, kewibawaan, harga diri atau marwah yang harus dijaga sebagai kepala negara dan pemerintahan yang dipercayakan masyarakat. Dan hal itu adalah segala-galanya bagi dia.

Kendati mungkin bisa dilakukan jika ada niat. Hitung-hitungan politik, Pemerintahan Jokowi menguasai mayoritas fraksi di Parlemen dan MPR. Amandemen terhadap undang-undang mungkin bisa dilakukan jika ada kemauan atau niat agar kenikmatan kekuasaan dan jabatan lebih lama digenggam dan dirasakan.

Atas dasar kehormatan itu juga, sekali lagi Jokowi kembali bersuara keras. Ia menegaskan tidak berniat dan tak punya minat untuk menjabat selama 3 periode. “Saya tegaskan, saya tidak ada niat. Tidak ada juga berminat menjadi presiden tiga periode,” kata Jokowi melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (15/3/2021).

Baca Juga :  Problem Pengangguran dan Identitas Kaum Muda sebagai Homo Faber

Jadi bagi Presiden Jokowi, harga diri, kehormatan, marwah dan keadaban institusi negara dan pemerintah yang dipimpinnya jauh lebih berharga daripada sekedar jabatan dan fatamorgana kekuasaan. Dia bukan tipe pemimpin yang lapar dan haus akan jabatan dan kekuasaan walaupun mungkin bisa dilakukannya.

Dia bukan politisi gila harta dan uang walaupun mungkin bisa diupayakannya. Dan Jokowi bukan juga tipe pemimpin yang mudah mengorbankan kehormatan konsntitusi, institusi, bangsa dan negara yang dipimpinnya, demikian juga nama baik dan keluarganya.

Dia adalah negarawan, politisi dan pemimpin sejati dengan integritas mumpuni. Dia selalu lapar dan haus mengutamakan marwah dan kepentingan  masyarakat dengan spirit kerja, kerja dan kerja serta etos kerja dan disiplin tinggi dengan sangat konstitusional dalam setiap pengambilan keputusan. Jokowi adalah presiden dengan frekwensi turun kedaerah paling tinggi/banyak sepanjang sejarah presiden Indonesia.

Keputusan dan ide-ide besar tentang permasalahan rakyat dan visi  cemerlang tentang bangsa dan negara ke depan terlaksana dalam berbagai pembangunan dan program kerja bersama para menterinya.

Hal-hal tersebut di atas dilakukan Jokowi sebagai wujud tanggung jawab moral dan pertaruhan kehormatan, marwah dan keadabannya sebagai pimpinan pemerintah dan negara atas mandat dan kepercayaan masyarakat.

Selalu memancarkan harapan dan optimisme di tengah ketidakpastian yang dialami negara bahkan dunia adalah symbol kehormatan dan kecintaan Jokowi kepada bangsa dan masyarakat Indonesia.

Baginya, tidak ada negara di tepi jurang. Dan tidak ada negara di ambang kebangkrutan jika negara dikelola dengan baik dan benar oleh para pemimpin yang memiliki kehormatan dan integritas  moral.

Jokowi merespon secara bijak setiap kritikan bahkan cacian dengan arif dan bijaksana, tidak emosional. Jokowi memiliki kecerdasan emosional mumpuni yang merupakan faktor kunci seorang pemimpin.

Pengambilan keputusan yang tepat dalam setiap kesulitan dan tantangan menjadikan Jokowi pemimpin dihormati dan terpuji. Selalu ada peluang, harapan, optimisme dan solusi di tengah ketidakpastian dan kesulitan adalah sebuah kehormatan yang dipersembahkan Jokowi bagi masyarakat yang telah mandatkan kedaulatannya.

Di tengah krisis dan tantangan baik secara horizontal maupun vertikal, nasional maupun global, Jokowi selalu hadir memberi dan menumbuhkan harapan dan solusi.

Bagi Jokowi, krisis adalah pembelajaran, kesempatan dan lahan untuk dibajak demi lompatan kemajuan. Hal itu Jokowi buktikan ketika hadapi pandemi Covid 19.

“Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan,” demikian Presiden Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat (14/08/2020).

Jokowi menghadapi tantangan dan permasalahan bangsa seperti bencana alam, kemiskinan, ketidakadilan dan keterbelakangan pembangunan infrastruktur dan lain-lain dengan kerja, kerja dan kerja. Dia irit bicara dan tidak pandai menata kata.

Jokowi lebih banyak menumbuhkan harapan dan bekerja keras menata infrastruktur/sarana prasarana demi kepentingan masyarakat. Hanya pemimpin dan bangsa yang selalu optimis, disiplin dan memiliki etos kerja yang tinggi akan produktif dan mampu bersaing.

Pencapaian 80-an prosen tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan merupakan salah satu indikator bahwa masyarakat sungguh merasakan dan mengalami hasil kerja keras seorang Presiden Jokowi dalam berbagai bidang kehidupan terutama infrastruktur.

Presiden Jokowi selalu optomis dalam bekerja dan terus berikhtiar bersama masyarakat Indonesia agar keluar sebagai pemenang di tahun 2045.*

Penulis adalah Warga RT/RW 018/005, Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, NTT.

Berita Terkait

Flores: Dari Pulau Bunga Menuju Pulau Panas Bumi
Memutus Rantai TPPO NTT (Sebuah Ajakan Transformatif)
Makan Bergizi Gratis, Menu Sehat untuk Generasi Emas
Tolak Proyek Geothermal Demi Keutuhan Ciptaan (Dukungan “Kecil” atas Sikap Tegas Uskup Agung Ende)
Depresi Pasca Melahirkan: Tantangan dan Cara Mengatasinya
Ende Dalam Pusaran Bahaya Geothermal
Fokus Bersama Pemerintah Daerah NTT dan Masyarakat Menuntaskan Stunting di NTT
Yang Kusukai Dari Kalian
Berita ini 13 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 23 Januari 2025 - 08:34 WITA

Flores: Dari Pulau Bunga Menuju Pulau Panas Bumi

Sabtu, 18 Januari 2025 - 09:37 WITA

Memutus Rantai TPPO NTT (Sebuah Ajakan Transformatif)

Jumat, 17 Januari 2025 - 14:53 WITA

Makan Bergizi Gratis, Menu Sehat untuk Generasi Emas

Selasa, 14 Januari 2025 - 17:47 WITA

Tolak Proyek Geothermal Demi Keutuhan Ciptaan (Dukungan “Kecil” atas Sikap Tegas Uskup Agung Ende)

Selasa, 14 Januari 2025 - 08:45 WITA

Depresi Pasca Melahirkan: Tantangan dan Cara Mengatasinya

Berita Terbaru


Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi saat ditemui di Gedung Kwarnas, Jakarta, Jumat (7/2/2025). (KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA)

Nusa Bunga

Istana: Gaji Ke-13 dan THR Itu Hak PNS, Akan Dibayar

Jumat, 7 Feb 2025 - 14:55 WITA