MAUMERE, FLORESPOS.net-Memperingati pesta perak, 25 tahun berdirinya SMPK St.Antonius Boganatar, pihak sekolah dan panitia menggelar berbagai kegiatan yang Diwali dengan peluncuran dan bedah buku “Merefleksi Diri dan Menatap Masa Depan” serta aneka perlombaan antar TK dan SD di Kecamatan Talibura.
Kepala Sekolah SMPK St. Antonius Boganatar Nikodemus Pedor saat kegiatan peluncuran dan bedah buku mengatakan, kegiatan penulisan buku dilakukan berangkat dan rasa keprihatinan.
“Literasi kita masih lemah. bukan hanya menimpa siswa tetapi juga guru.Di jaman ini orang bermental instan, tekan semua di telepon genggam semua bisa didapat,” tuturnya saat ditemui, Selasa (20/5/2025).
Niko sapaannya menyebutkan, berangkat dari keprihatinan ini, pihak sekolah bersama komite pun menyimpulkan dan bersepakat sekolah harus membangkitkan lagi kemampuan menulis.
Ia mengakui secara pribadi sebenarnya belum begitu ahli dalam menulis sehingga kami pihak sekolah meminta bantuan bapak Niko Salo untuk membantu,membimbing mereka menulis sehingga keilmiahannya terjamin.
“Kami meminta bantuan Bapak Niko Salo untuk membantu kami menulis buku sehingga hari ini bisa diluncurkan dan dibedah buku yang berjudul Merefleksi Diri Menatap Masa Depan,” ungkapnya.
Niko menambahkan, pendirian SMPK St.Antonius Boganatar dilandasi keinginan dan perjuangan orang Boganatar untuk keluar dari keterbelakangan, kebodohan dan lainnya.
Ia menambahkan, kelahiran sekolah merupakan perjuangan seorang misionaris SVD Pater Anton Kafler atas keyakinannya yang mendalam bahwa orang-orang di wilayah sekitar Boganatar cerdas.
“Saya melihat banyak potensi dari anak yang terpendam sehingga harus dimunculkan ke permukaan,” ungkapnya.
SMPK St. Antonius Boganatar sudah meluluskan 1.432 siswa dari yang bersekolah sebanyak 1.700 siswa sebab masih banyak siswa yang mengundurkan diri dan tidak melanjutkan sekolah.
Niko mengaku kadang-kadang para guru harus mendatangi rumah siswa untuk mengajak mereka ke sekolah karena belum ada kemauan untuk belajar.
Ia mengatakan, tantangan terberat yakni membangun kesadaran sebab sampai dengan hari ini masyarakat belum sadar sepenuhnya tentang pentingnya pendidikan sehingga kami harus menyadarkan terus menerus.
Tantangan lainnya kata dia, datang dari pemerintah desa yakni 4 desa yakni Desa Kringa, Hikong, Udek Duen dan Imutawa yang berada di sekitar sekolah khususnya Desa Kringa, lokasi sekolah ini berada.
“Perhatiannya masih kurang bahkan beberapa desa sekitar sekolah ini melihat sekolah ini berdiri sendiri.Segala yang kita omong tentang kemajuan sekolah ini pemerintah-pemerintah desa mengatakan itu urusan sekolah bukan pemerintah desa,” sesalnya.
Niko selalu mengatakan kepada pemerintah desa bahwa SMPK DSt.Antonius Boganatar bukan Desa Antonius sebab menurutnya pemerintah melihat sekolah ini berdiri sendiri bukan aset pemerintah desa.
Ia berharap dengan adanya alumni, mereka bisa membangun kesadaran masyarakat secara keseluruhan sehingga orang sadar dan menganggap pendidikan itu hal yang paling penting.
Dirinya juga selalu menekankan kepada para siswa bahwa sekolah adalah tempat belajar, bukan tempat berhura-hura, bersenang senang atau tempat bermain.
“Pemerintah desa juga harus ada kesadaran bahwa pendidikan itu hal penting sehingga pemerintah desa juga mendukung kegiatan-kegiatan sekolah,” pesannya. *
Penulis : Ebed de Rosary
Editor : Wentho Eliando