LABUAN BAJO, FLORESPOS.net-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mangggarai Barat (Mabar) NTT terkesan belum serius tangani masalah hama dan penyakit komoditi perkebunan dan tanaman semacam lainnya di daerah itu sampai sekarang.
Hal dimaksud di antaranya bisa dilihat dari banyaknya tanaman kakao/cokelat, dan fanili di Mabar tahun-tahun terakhir terserang hama dan penyakit tetapi belum berhasil diatasi pemerintah setempat, tak terkecuali tanaman pisang.
Komoditi-komoditi tersebut sumber ekonomi masyarakat Mabar khususnya dan Flores umumnya.
Demikian Bernadus Ambat, anggota DPRD Mabar menanggapi media ini di Labuan Bajo baru-baru ini.
Menurut dia, dulu mobil-mobil eksepedisi asal Flores, termasuk Mabar yang melakukan perjalanan melalu Labuan Bajo Mabar Flores barat yang hendak ke barat Indonesia, antara lain tujuan Denpasar-Bali dan Jawa, muatannya penuh pisang, tetapi sekarang nol, kosong.
Tanaman pisang di Flores, tak terkecuali Mabar, beberapa tahun belakangan terserang hama/penyakit dan belum berhasil diatasi pemerintah.
Di satu sisi, bagi masyarakat Flores, termasuk Mabar, pisang salah satu sumber pendapatan ekonomi mereka, disamping kakao/cokelat, fanili, kopi, cengkeh, kemiri dan lain. Khusus Pemerintah Mabar, semestinya serius mengatasi masalah hama dan penyakit tanaman prkebunan setempat, khususnya kakao, pisang dan lain-lain.
Sektor perkebunan di Mabar khususnya, sesungguhnya masyarakat sendiri yang punya semangat menanam, perawat/mengola/melestari. Daya meniru masyarakat setempat membudidayakan tanaman/ komoditi perkebunan/ perdagangan sangat tinggi.
Sedangkan keterlibatan pemerintah sepertinya belum maksimal. Sampai sekarang pemerintah tampaknya belum berhasil membasmi hama/ penyakit kakao, pisang dan lain-lain, komentar Ambat.
Pada kesempatan yang sama, anggota DPRD Mabar yang lain, Martinus Mitar, juga senada.*
Penulis : Andre Durung
Editor : Anton Harus