Bodho dan Begho di Republik Seolah-olah

- Jurnalis

Minggu, 30 Maret 2025 - 20:34 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gerard Bibang

Gerard Bibang

Oleh Gerard Bibang

Pengantar:
Di Republik Seolah-Olah, semua orang bebas bicara dan bertindak apa saja. Semua riang gembira karena yakin apa yang dialami dan didengar, hanya seolah-olah.

Be (Begho) dan Bo (Bodho) bertemu di Café Ca Nai di Pertigaan Kwitang-Senen di suatu senja menjelang berbuka bersama.

***

Be (=Begho), ini ada puisi. Saya memang suka puisi, sering terhibur tapi koq rasanya puisi yang ini bikin nyesek.

Pertamanya saya cuek, anggap saja gak ada, anggap saja puisi pesanan orang-orang yang belum move on
Baca aja Bo (=Bodho), saya mau dengar
Okey, dengar ya:

Aku menyapamu wahai republik seolah-seolah
Tuan rumah segala bencana dan pura-pura
Kampiun dalam segala hal yang menyangkut pertengkaran dan korupsi
Jagonya pidato berapi-api dan joget sana sini

Ich liebe dich, wahai negeriku yang tangguh dalam penindasan dan teramat sabar dalam keteraniayaan
Yang api neraka tak kan tega menjilat kalian, dan surga rindu kepada ketahanan hati kalian
Kalau memang kebesaran kalian terletak pada sejarah kesengsaraan
Maka aku ucapkan selamat bertengkar dan menjegal satu sama lain
Selamat menegakkan persaingan dan penghancuran melalui korupsi

Adapun bagi kalian yang tidak punya nyali
Bunuhlah musuhmu dengan cara melempar batu dari kejauhan
Kalau tak bisa membunuh nyawanya, bunuhlah nama baiknya
Kalau tak bisa membunuh namanya, bunuhlah dengan menyebarkan fitnah-fitnah dan kepalsuan

Tetapi kalau itupun kalian tak punya keberanian untuk melakukannya
Bunuhlah ia dengan rasa benci di dalam hatimu
Bunuhlah ia dengan membuang eksistensinya dari ingatanmu
Anggap saja ia sudah pergi
Anggap saja ia sdh mati

***

Koq nyesek ya, Bo, gak usah percaya. Itu mainan orang-orang frustrasi, kita menang Pilpres koq
Be, jangan keras-keras omong begitu.

Lebih tepat saya ini dimenangkan. Kayak gak tahu aja, kamu kan yang kerja keras bagi-bagi bansos dan panggil parcok (partai coklat) serta parju (partai hijau) lalu ubah peraturan di MK, jadi deh

Ssstt, itu antara kita aja, Namanya kekuasaan ya bisa buat apa saja. Mumpung masih berkuasa
Tapi Be, kamu wariskan utang luar biasa besar untuk saya

Hahahahahaaha, silahkan kamu mungut sekarang pajak dan semuanya diakal-akalin saja. Jika tidak mampu ya, buatlah seolah-olah kamu sungguhan. Namanya juga Republik Seolah-olah

Hahaha, iyah ya. Akhirnya memang begitu dari hari ke hari, bermunafik ria ke sana ke mari.

Saya sih dengar mereka bilang bahwa saya itu bukan macan tapi meong, tidak tegas tapi omon-omon yang banyak kosongnya. Lama-lama capek juga saya, Be

Munafik-lah, ikut saja apa saya lakukan selama 10 tahun

Tapi Be, saya mau belajar teorinya. Munafik itu apa?

Setahuku, munafik adalah orang yang mencaci makanan tapi memakannya, dan memuji makanan lain tapi membuangnya

Hah, puitis banget. Sejak kapan kamu suka sastra

Ya sudahlah Bo. Begini-begini saya tu bukan hanya praktisi kemunafikan tetapi pakar teori kemunafikan.

Munafikologi, ilmu kemunafikan

Explain please your munaficology

Baca Juga :  Menanti Visi Ekonomi Nasional Calon Presiden

Okey-lah, saya mendeskripsikannya saja. Silahkan kamu sendiri merumuskannya. Yang pasti saya munafik, kamu pasti bukan.

Saya hampir tidak pernah melakukan suatu perbuatan apa pun yang saya maksudkan benar-benar untuk perbuatan itu sendiri. Hati saya penuh pamrih tersembunyi, pikiran saya sarat strategi penipuan-tak hanya kepada orang lain, melainkan juga kepada diri saya sendiri.

Kalau saya shalat atau ibadat di gereja setiap hari minggu, saya sebenarnya bukan benar-benar shalat, saya tidak benar-benar ibadat. Saya ngakali Tuhan. Shalat atau ibadat saya hanya alat untuk mencari kemungkinan tambahan agar tercapai kepentingan tertentu yang saya simpan.

Kamu tak boleh tahu. Misalnya, shalat dan ibadat saya bertujuan agar cita-cita saya tercapai di bidang kekuasaan, kenaikan pangkat, atau pembengkakan deposito. Selain itu, saya mau dapatkan image bahwa saya taat beragama. Syukur-syukur dinilai saleh dan religius.

Kamu tahu kan negeri kita membangga-banggakan tingkat keagamaannya. Padahal saya tu diam-diam korupsi dengan cara halus dan canggih.

Bahkan saya bisa maling secara baru. Jadi, aslinya saya tu yah sangat pamrih. Kejam. Kamu tak akan tahu. Sebab kamu terlalu underestimate terhadap tingkat kejahatan dan keserakahan saya

Wait, wait, tadi kamu bilang maling secara baru. Apa lagi ini?

Hahahaha, begini. Dulu, maling ya nyuri (=baca: curi). Yang saya lakukan sekarang ialah ubah undang-undang agar malingnya lebih halus dan kelihatan legal.

Kalau mau jadi Wapres, yah, ubah undang-undang di MK, ubah undang-undang kepolisian dan KPK. Ini semua dimaksudkan agar nyolong dan nyurinya lebih afdol.

Terakhir ini UU TNI, tempatkan dulu tentara-tentara di jabatan sipil, sesudah itu barulah direvisi undang undangnya.

Begitu juga nanti di BUMN. Supaya korupsinya lebih halus dan canggih, saya akan ubah UU BUMN. Dalam istilah keren-nya, apa yang saya lakukan ini ialah sebuah logika post-factum, artinya sudah dilakukan terlebih dahulu lalu dicarilah legitimasi dan dibuatlah undang-undangnya.

Wah, wah, wah, hebat kamu Be. Saya pikir kamu selama ini bego seturut namamu, Begho

Jangan menghina Bo, namamu juga Bodho

Sama dong kita, Bodho dan Begho, hahahahahaahahaha. Sudahlah, saya kembali ke pertanyaan saya tadi: apa itu munafik?

Ya gak usah nanya-nanya begitu. Ini karakteristik-karakteristik munafik. Ada lima. Pertama, membohong dan mendusta menjadi karakter diri sang munafik, atau istilah keren-nya, hipokrit.

Bohong itu ialah saying as not it is tapi mengatakannya as it should be. Artinya, dia tidak mengatakan yang sebenarnya meskipun dia tahu hal itu benar.

Kedua, ingkar janjinya sangat mudah semudah meludah. Ketiga, jika diberikan amanah, dia menyepelekan dan tak mau menyelesaikan.

Keempat, curang, atau tak mau mengakui kekalahan ketika berdebat, atau menggunakan cara curang untuk membalas orang yang merasa mengalahkannya.

Kelima, sebagai konsekwensi dari nomor satu sampai empat, kebodohan adalah bagian integral dari seorang hipkokrit.

Ah yang bener aja kamu, Be. Kamu bilang bodoh?

Iyah, bodoh, bodoh. Tapi jangan salah, stupidity di sini dalam arti dia tahu mana yang sebenar-benarnya benar tetapi dia memperkatakan dan dan melakukan kepalsuan dan mempercayainya.

Baca Juga :  Orang Pintar Restui Tindakan Main Hakim Sendiri (PT Krisrama Pelanggar HAM atau Sebenarnya Korban?)

Itu yang saya lakukan selama 10 tahun. Saya memperkatakan kebohongan terus menerus supaya lama-lama rakyat yang terbanyak bodoh di luar sana mempercayainya sebagai kebenaran. Canggih gak hahahahahahaha!

Ohhhhh, pantesan saya dengar mereka bilang kamu itu bapaknya teori sein kiri belok kanan.

Tapi Be, jangan-jangan memang kamu gak tahu apa-apa, main nabrak dan hantam aja semua peraturan
Lho, koq nanya saya

Hahahahahaaa, senjatamu ya begitu

Emang ada yang salah?

Jelas ada yang salah, karena jika tidak tahu bahwa tidak tahu, itulah bencana terbesar seorang manusia. Katastrofe. Istilah Latin-nya: ignorantia ignorantiae. Lebih baik lupa daripada tidak tahu
Gak tahulah. Bodoh amattttt, EGP (=emang gue pikirin)

Ya sudah, back to laptop, tentang tema kita: munafikologi! Begini Be, apakah munafik ini identik dengan istilah bermuka dua dan srigala berbulu domba?
Ya, ya, setuju…

Sama dong dengan koin. Uang koin kita kan bermuka dua, berarti itu tanda munafik?
Bodho, Bodho, melenceng jauh kamu

Bagaimana dengan srigala dan domba yang dibawa-bawa? Mereka gak ngapa-ngapain koq dibawa-bawa ke dalam urusan manusia

Kali ini kamu benar, Bo. Memang tidak ada binatang sebuas sekaligus semalas manusia. Tidak ada binatang kejam, hewan malas, apalagi serigala dan domba, bukankah baik buruk itu hanya untuk manusia yang memang diberikan dua jalan itu?

Srigala tak bisa disebut kejam ketika dia menghabisi rusa. Hanya manusia yang bisa disebut kejam karena membiarkan manusia lain tertindas, sedang sebenarnya ia mampu untuk menolongnya. Sekalipun, misalnya hanya dengan ketulusan doa.

Aduh Be, saya benar-benar tersentuh; jadi pengen cepat-cepat bertobat
Kenapa?

Lha, saya selama ini hanya omon-omon, semua yang saya mau lakukan mengikuti apa yang kamu lakukan, sdh ketahuan lebih dulu.

Di mana-mana saya dengar mereka di luar sana bilang saya ini meong-lah, bebal-lah, psikopat-lah, dan yang paling kejam, mereka bilang saya ini homo atau gay. Distrust di mana-mana

Lha, itu kamu tahu. Ingat ya Bo, dalam sejarah peradaban, kehancuran berawal dari distrust. Keruntuhan menara Babel karena Allah mengacaukan komunikasi antara manusia. Mereka tidak saling mengerti. Nanti kamu juga begitu. Distrust ini pasti mengacaukan kamu dan orang-orangmu yang kamu pimpin. Semakin kamu omon-omon, semakin mempertinggi jurang kehancuranmu

Tapi Be, munafik dan omon-omon hanya strategiku. Saya nanya kamu, bagaimana kalau itu hanya sebatas strategi
Koq nanya saya?

Wuallah, jawab aja kenapa

Begini ya Bo. Jika memang itu strategimu, itu persis sama jika kamu melempar dadu ke tengah-tengah orang-orangmu agar mereka satu sama lain tak dapat saling percaya dan dipercaya, tak mampu saling memahami dan dipahami

Aduh, berarti khaos dan disorder menunggu waktu
Itu kamu tahu. Dasar bodoh
Hahahahahaa, kamu juga bego. *

(gnb: tmn aries: minggu:30.3.25: sore menjelang malam takbiran)

Berita Terkait

Kekerasan Seksual: Luka dalam Relasi yang Harus Dihentikan
Quo Vadis Pendidikan Dasar Indonesia?
Pembelajaran Mendalam: Fondasi Baru Pendidikan Indonesia?
Koperasi Merah Putih di NTT: Peluang atau Ancaman bagi BUMDes?
Pendidikan Karakter Berbasis Komunitas: Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Orang Pintar Restui Tindakan Main Hakim Sendiri (PT Krisrama Pelanggar HAM atau Sebenarnya Korban?)
Flores: Dari Pulau Bunga Menuju Pulau Panas Bumi
Memutus Rantai TPPO NTT (Sebuah Ajakan Transformatif)
Berita ini 171 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 9 April 2025 - 19:55 WITA

Kekerasan Seksual: Luka dalam Relasi yang Harus Dihentikan

Senin, 7 April 2025 - 21:18 WITA

Quo Vadis Pendidikan Dasar Indonesia?

Minggu, 30 Maret 2025 - 20:34 WITA

Bodho dan Begho di Republik Seolah-olah

Selasa, 18 Maret 2025 - 21:59 WITA

Pembelajaran Mendalam: Fondasi Baru Pendidikan Indonesia?

Selasa, 18 Maret 2025 - 19:57 WITA

Koperasi Merah Putih di NTT: Peluang atau Ancaman bagi BUMDes?

Berita Terbaru

Upacara pembasuhan kaki pada Misa Kamis Putih di Gereja Santo Yosef Onekore, Kamis (17/4/2025).

Nusa Bunga

Lima Ribuan Umat Paroki Onekore Hadiri Misa Kamis Putih

Jumat, 18 Apr 2025 - 10:03 WITA