Fokus Bersama Pemerintah Daerah NTT dan Masyarakat Menuntaskan Stunting di NTT

- Jurnalis

Jumat, 10 Januari 2025 - 20:21 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Inosensius Enryco Mokos

Inosensius Enryco Mokos

Oleh Inosensius Enryco Mokos

STUNTING masih menjadi satu masalah besar yang dihadapi oleh Indonesia lebih khusus Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pemerintah pusat sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah stunting ini misalnya program ketahanan pangan dan makan siang gratis yang akan dilaksanakan pada tahun 2025.

Pemerintah daerah NTT juga sudah berupaya dan berusaha untuk mengatasi masalah stunting ini.

Stunting, merupakan suatu kondisi akibat kekurangan gizi kronis selama periode kritis pertumbuhan dan perkembangan. Stunting masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, khususnya di NTT.

Pada tahun 2024, prevalensi stunting pada anak balita di Indonesia dilaporkan sebesar 24,4%, sedikit menurun dari 27,6% pada tahun 2020.

Namun, NTT terus menghadapi angka prevalensi yang lebih tinggi, dimana stunting berdampak pada sekitar 37,5% anak-anak di wilayah NTT, menjadikan NTT salah satu provinsi dengan prevalensi tertinggi di negara ini.

Urgensi untuk berkolaborasi dan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan seluruh elemen masyarakat untuk mencari jalan terbaik mengatasi masalah stunting perlu segera dilakukan.

Banyak media nasional dan lokal baik media baru dan lama menyerukan perlunya tindakan serius mengatasi masalah stunting.

Stunting mengancam keberlangsungan perkembangan generasi bangsa ini yaitu balita dan anak-anak. Sehingga perlu langkah efektif dan terbaik untuk dapat mengatasi masalah stunting ini.

Esai ini ingin mengeksplorasi masalah utama tingkat stunting masih tinggi di NTT dan juga memberikan beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah stuntin.

Akar Utama Penyebab Stunting

Untuk bisa mencari jalan terbaik dan tepat mengatasi masalah stunting di NTT tentu perlu mengetahui faktor-faktor penyebabnya.

Dengan mengetahui faktor penyebab akan lebih mudah menentukan solusi strategis mengatasi masalah stunting ini. Adanya stunting di Indonesia dan NTT dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling yang saling berkaitan.

Pertama, gizi buruk dan kerawanan pangan. Banyak keluarga di NTT menghadapi kerawanan pangan karena terbatasnya akses terhadap makanan bergizi.

Keadaan ekonomi yang sulit serta tantangan geografis di daerah-daerah di NTT, termasuk keterisolasian dan kurangnya infrastruktur, memperburuk masalah ini, sehingga menyulitkan keluarga untuk mendapatkan pola makan yang seimbang.

Kekurangan informasi yang memadai juga merupakan salah satu penyebabnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak di daerah-daerah terpencil NTT yang paling riskan terhadap bahaya stunting ini.

Kedua, kesehatan dan gizi ibu yang buruk. Kesehatan ibu sangat penting dalam mencegah stunting.

Gizi ibu yang tidak memadai selama kehamilan dan menyusui dapat menyebabkan berat badan lahir rendah dan gangguan pertumbuhan selanjutnya pada anak.

Di NTT, banyak perempuan yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan pra melahirkan dan pendidikan mengenai gizi.

Sekali lagi keadaan ekonomi yang sulit juga menjadi faktor utama karena kemiskinan menyebabkan ibu yang sedang dalam masa kehamilan tidak mendapatkan nutrisi yang baik.

Ketiga, pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Akses terhadap pelayanan kesehatan terbatas di banyak daerah di NTT.

Hal ini mencakup kurangnya pemeriksaan kesehatan rutin, vaksinasi, dan pendidikan mengenai gizi dan kesehatan anak, yang penting untuk mencegah stunting.

Baca Juga :  Guru Penggerak Harus Berani ‘Tampil Beda’, Kreatif dan Inovatif Saat Pembelajaran di Kelas

Infrastruktur yang kurang memadai, keterbatasan akses jalan dan ketersedian fasilitas rumah sakit yang kurang lengkap termasuk dalam akar masalah penyebab stunting.

Keempat, faktor sosial ekonomi. Kemiskinan merupakan penyebab utama terjadinya stunting.

Keluarga dengan sumber daya keuangan yang terbatas seringkali memprioritaskan kelangsungan hidup dibandingkan kesehatan jangka panjang, sehingga menyebabkan pilihan makanan yang buruk dan layanan kesehatan yang tidak memadai.

Kelima, praktik budaya. Keyakinan dan praktik budaya tertentu mengenai pengasuhan anak dan gizi juga dapat berkontribusi terhadap stunting. Misalnya, beberapa komunitas mungkin memprioritaskan makanan tertentu yang tidak cukup gizi untuk anak-anak.

Keterbatasan informasi dan pemahaman tentang gizi makanan memainkan peran serius dalam masalah stunting.

Bonus Demografi dan Peran Vital Pemerintah

Mengatasi masalah stunting sangat penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki. Bonus demografi mengacu pada periode ketika jumlah penduduk usia kerja (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk tidak usia kerja (anak-anak dan lanjut usia).

Jika stunting dapat dikurangi secara efektif, maka angkatan kerja di masa depan akan menjadi lebih sehat, lebih produktif, dan berpendidikan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Dengan demikian populasi yang lebih sehat dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian, mengurangi biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan produktivitas.

Pemerintah Indonesia telah mengakui stunting sebagai prioritas nasional dan telah menerapkan berbagai strategi untuk memberantasnya.

Pengembangan kebijakan, merumuskan dan menegakkan kebijakan yang meningkatkan kesehatan ibu dan anak, gizi, dan ketahanan pangan sangat perlu difokuskan.

Apresiasi untuk pemerintah lewat program ketahanan pangan yang sudah dilakukan serta program makan siang gratis dan susu gratis yang akan dijalankan di tahun 2025 yang berguna menuntaskan masalah stunting.

Namun pemerintah perlu melihat bahwa ada juga hal lain yang wajib untuk dilakukan secara berkala dan terus menerus. Hal itu meliputi, akses layanan kesehatan yang memadai untuk seluruh daerah di NTT.

Meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, khususnya di daerah terpencil, pedesaan dan daerah tertinggal, untuk memastikan bahwa ibu dan anak menerima perawatan medis dan pendidikan gizi yang diperlukan.

Kemudian perlu juga untuk melakukan program berbasis komunitas. Melaksanakan program nutrisi berbasis komunitas yang berfokus pada pendidikan keluarga tentang nutrisi dan praktik kesehatan yang benar.

Program berbasis komunitas bisa dijalankan lewat penyuluhan dalam unit komunitas masyarakat di setiap daerah.

Pemerintah juga bisa melakukan program kolaborasi dan kerjasama dengan LSM dan universitas.

Bermitra dengan organisasi non-pemerintah dan universitas untuk pengabdian kepada masyarakat dan juga untuk memanfaatkan sumber daya dan keahlian dalam mengatasi malnutrisi dan stunting. Jangan lupa hal terakhir yang juga tidak kalah penting adalah perlu untuk terus ada pemantauan dan evaluasi.

Membangun sistem untuk memantau angka stunting dan mengevaluasi efektivitas intervensi. Perlu adanya portal internet khusus untuk membahas masalah stunting di NTT guna memberikan informasi menyeluruh.

Lewat portal juga masyarakat bisa bekerja sama untuk memberikan masukan dan evaluasi secara langsung kepada pemerintah.

Baca Juga :  Vox Populi Vox Dei, Seruan Perdamaian Israel Palestina Dalam Terang Ensiklik Pacem In Terris

Dari portal khusus itu juga bisa menjadi media pelaporan bagi masyarakat NTT jika menemukan adanya masyarakat lain yang luput dan tidak mendapatkan akses perhatian terhadap masalah stunting ini.

Langkah Strategis di NTT dan Tugas Bersama

Banyak media lokal di NTT sudah menyarankan dan memberikan solusi serta cara menuntaskan masalah stunting di NTT.

Media menyarankan pemerintah untuk mencanangkan kampanye media sosial dan menggaet para remaja dan kaum muda guna terus menyebarkan informasi tentang cara pencegahan stunting. Hal ini sudah sangat bagus karena ada inisiatif untuk melibatkan berbagai pihak.

Hemat penulis, untuk mengatasi stunting di NTT secara efektif, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah strategis seperti berikut.

Pertama, penguatan pelayanan kesehatan daerah. Pemerintah perlu membangun fasilitas kesehatan yang memadai di seluruh daerah di NTT.

Dengan cara meningkatkan kapasitas fasilitas kesehatan daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk konseling gizi akan semakin baik.

Kedua, keterlibatan masyarakat. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pelaksanaan program gizi untuk memastikan relevansi dan penerimaan budaya.

Peran masyarakat dapat dilakukan dengan melaksanakan kampanye di media sosial, menyebarkan informasi tentang makanan yang sehat, bagaimana nutrisi yang baik untuk ibu hamil serta membantu advokasi bantuan bagi keluarga yang miskin merupakan cara yang baik untuk terlibat dalam upaya menuntaskan masalah stunting.

Ketiga, kampanye pendidikan dan kesadaran. Meluncurkan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya nutrisi dan kesehatan selama kehamilan dan anak usia dini.

Media lokal sudah memulai tindakan ini, perlu juga di sekolah-sekolah di NTT dijalankan kampanye ini dengan penyuluhan dan pelatihan kepada siswa dan guru sehingga mereka bisa memiliki pemahaman yang baik tentang cara menuntaskan masalah stunting.

Keempat, masyarakat juga bisa mengambil bagian dalam advokat untuk gizi. Mendorong para pemimpin lokal untuk memprioritaskan gizi dan kesehatan dalam diskusi masyarakat dan pengambilan keputusan.

Kelima, mendukung inisiatif lokal dan mendidik masyarakat lain. Berpartisipasi dalam dan mendukung program kesehatan dan gizi lokal, memastikan bahwa program tersebut sesuai dan efektif secara budaya. Juga berbagi pengetahuan tentang gizi dan praktik kesehatan dalam masyarakat, menumbuhkan budaya kesadaran kesehatan.

Kesimpulannya, meskipun stunting masih menjadi masalah mendesak di Indonesia dan NTT, upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan dapat menghasilkan perbaikan yang signifikan.

Dengan mengatasi akar penyebab stunting dan menerapkan intervensi strategis, pemerintah dan masyarakat dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak di wilayah NTT.

Kolaborasi antara inisiatif pemerintah dan keterlibatan masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa kebutuhan gizi terpenuhi dan keluarga mendapat pendidikan tentang pentingnya kesehatan dan gizi.

Dengan memprioritaskan upaya-upaya ini, Indonesia dapat berupaya mengurangi angka stunting, yang pada akhirnya akan menghasilkan populasi yang lebih produktif dan perekonomian yang lebih kuat.

Langkah ke depan memerlukan komitmen terhadap praktik berkelanjutan, pemantauan berkelanjutan, dan fokus pada pemberdayaan masyarakat untuk bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan mereka. Semoga!

Penulis adalah Alumnus IFTK Ledalero, Peneliti Komunikasi Politik dan Budaya.

Editor : Wall Abulat

Berita Terkait

Memutus Rantai TPPO NTT (Sebuah Ajakan Transformatif)
Makan Bergizi Gratis, Menu Sehat untuk Generasi Emas
Tolak Proyek Geothermal Demi Keutuhan Ciptaan (Dukungan “Kecil” atas Sikap Tegas Uskup Agung Ende)
Depresi Pasca Melahirkan: Tantangan dan Cara Mengatasinya
Ende Dalam Pusaran Bahaya Geothermal
Yang Kusukai Dari Kalian
Media Sosial dan Harapan Masyarakat
Menghidupkan Kebijakan Baru Kemendikdasmen: Membangun Generasi Berkarakter di Flores
Berita ini 24 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 18 Januari 2025 - 09:37 WITA

Memutus Rantai TPPO NTT (Sebuah Ajakan Transformatif)

Jumat, 17 Januari 2025 - 14:53 WITA

Makan Bergizi Gratis, Menu Sehat untuk Generasi Emas

Selasa, 14 Januari 2025 - 17:47 WITA

Tolak Proyek Geothermal Demi Keutuhan Ciptaan (Dukungan “Kecil” atas Sikap Tegas Uskup Agung Ende)

Selasa, 14 Januari 2025 - 08:45 WITA

Depresi Pasca Melahirkan: Tantangan dan Cara Mengatasinya

Senin, 13 Januari 2025 - 07:25 WITA

Ende Dalam Pusaran Bahaya Geothermal

Berita Terbaru

Theresia P. Asmon

Nusa Bunga

Inkubasi Bisnis, NGO Bakal Bikin Pelatihan UMKM Di Labuan Bajo

Minggu, 19 Jan 2025 - 16:30 WITA

Ilustrasi PAD

Feature

PAD Flores Timur Ngos-ngosan Parkir Dua Digit

Minggu, 19 Jan 2025 - 09:53 WITA