Oleh: Inosensius Enryco Mokos M. I. Kom
TRADISI bakar lilin di kuburan juga ziarah ke kuburan merupakan tradisi yang banyak dilakukan masyarakat di NTT. Momen bakar lilin dan ziarah ke kuburan juga biasa dilakukan saat menyambut atau merayakan perayaan Natal.
Hal ini tidak terlepas dari tradisi masyarakat yang mana masyarakat masih merasa memiliki ikatan persaudaraan dengan keluarga yang sudah meninggal tetap ada sehingga masyarakat berziarah ke kuburan untuk mendoakan.
Lebih lagi tradisi bakar lilin dilakukan juga untuk mengenang kebersamaan yang sudah terjalin dan kenangan perayaan Natal yang sering dilakukan bersama namun untuk saat harus berbeda.
Namun masyarakat tidak lupa untuk berziarah ke kuburan untuk mendoakan dan sekadar melepas kerinduan dengan akan orang yang sudah meninggal.
Tentu tradisi bakar lilin ini lebih ke arah ikatan keluarga dan juga rasa hormat serta sebuah harapan dalam doa yakni bahwa natal bisa memberikan sebuah kebahagiaan bukan hanya untuk yang masih hidup tetapi juga memberi kebahagian lewat doa untuk orang-orang yang sudah meninggal.
Tradisi Bakar Lilin dan Ikatan Saudara
Bakar lilin merupakan sebuah tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat NTT untuk memberikan penghormatan dan juga doa yang digambarkan dengan berziarah ke kuburan zaman keluarga yang sudah meninggal untuk mendoakan sanak saudara yang sudah meninggal.
Mokos dan Puspita (2024) dalam penelitian tentang tradisi bakar lilin ini menyebut bahwa ziarah yang dilakukan adalah sebuah gambaran bahwa masyarakat merasa tali persaudaraan yang terjalin tidak akan bisa putus meskipun sudah meninggal.
Juga tradisi ini ingin mengajukan sikap penghormatan kepada sanak keluarga yang sudah meninggal bahwa mereka masih merupakan keluarga dan mereka akan terus didoakan dan dikenang (untuk selengkapnya baca, Mokos, I., & Puspita, V. (2024). Mot nini Tradition: Dialogue with Ancestors in Noemuti Village. Journal of Intercultural Communication, 24(1), 88-99).
Tradisi bakar lilin menggambarkan keluarga yang berziarah ke makam keluarga yang sudah meninggal untuk membakar lilin dan mendoakan.
Lilin dalam ajaran agama Kristen adalah cahaya yang menerangi. Cahaya yang menerangi dalam kegelapan. Cahaya yang memberi kehangatan. Juga cahaya yang memberi arah dan harapan baru untuk bisa melangkah kearah yang lebih baik (Wardani, 2006).
Bakar lilin di kuburan adalah tradisi yang sudah melekat dalam kehidupan masyarakat NTT karena tradisi ini bukan hanya sekedar dilihat sebagai tradisi yang erat kaitannya dengan agama yaitu mendoakan yang sudah meninggal.
Tetapi dalam ziarah ke kuburan ada momen dimana keluarga besar lain yang juga datang bersama dan berkumpul bersama sebagai sebuah keluarga besar untuk mendoakan secara bersama keluarga yang sudah meningga.
Ada nilai kebersamaan yang juga terajut dalam tradisi ini yang dilakukan itu. Kebersamaan antar keluarga yang yang masih hidup dalam keluarga besar juga kebersamaan dengan saudara atau keluarga yang sudah meninggal.
Perlu diingat bahwa tradisi bakar lilin dan juga ziarah ke makam adalah bukan sebuah Tindakan berhala tetapi lebih kepada tindakan penghormatan sekaligus rasa persaudaraan yang tidak akan bisa terlepas dari pribadi yang berziarah juga dengan keluarga yang didoakan yang mana sudah meninggal (Jebadu, 2018).
Tradisi bakar lilin mengajarkan sebuah sikap bahwa keluarga yang sudah meninggal tetap memiliki ikatan persaudaraan yang mana dengan ziarah dan mendoakan berarti tetap menjaga tali persaudaraan.
Juga dapat dilihat bahwa tradisi ini mengajarkan sikap penghormatan dan harmonis karena keluarga yang masih hidup berkumpul bersama dan dalam semangat persaudaraan dan hormat mendoakan keluarga yang sudah meninggal.
Keharmonisan keluarga besar yang hadir dapat terjalin lebih baik lagi guna menggapai sebuah harapan baru dan semangat baru setelah melakukan tradisi tersebut.
Bakar Lilin dan Pesan Natal
Tradisi bakar lilin adalah momen dimana keakraban, keharmonisan dan juga sikap penghormatan antar keluarga hadir untuk saling bergandengan tangan mendoakan keluarga yang sudah meninggal.
Dengan simbol cahaya lilin tentu ada harapan yang muncul dalam doa yaitu suatu kehidupan yang lebih baik dan juga harapan akan rezeki dan kemakmuran dalam hidup.
Natal yang mana adalah sebuah momen kebahagian menyambut sang juru selamat, momen penantian akan karya penyelamatan yang dijanjikan oleh Allah yang mahakuasa kepada manusia. Ada sebuah harapan besar yang muncul dalam setiap perayaan natal yaitu harapan akan sebuah perubahan dalam hidup.
Momen Natal dengan cahaya lilin natal adalah simbol harapan akan penerangan bagi kehidupan yang gelap. Lilin natal membawa cahaya harapan kehidupan yang baik di tengah kehidupan yang penuh dengan tantangan.
Di tengah masalah banyak kehidupan yang adal dalam masyarakat, kasus korupsi yang terjadi dimana-mana, lapangan pekerjaan yang kurang memadai, penganiayaan, dan kekerasan. Juga kurang rasa hormat dan simpati terhadap sesama, keluarga, dan tetangga menjadikan kehidupan bersama yang kurang harmonis.
Untuk itu menjadikan tradisi bakar lilin di kuburan dan natal adalah sebagai pembawa pesan perdamaian dan juga pesan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.
Dalam tradisi bakar lilin, masyarakat belajar untuk tidak melupakan orang lain yang berjasa juga berpengaruh dalam hidup dengan terus mendoakan ataupun berziarah ke makam.
Dengan demikian kehidupan masyarakat juga harus tidak boleh jauh dari kata tidak boleh melupakan orang lain.
Bahwa setiap orang punya hak dan kewajiban yang sama untuk itu sikap saling menghargai satu sama lain serta hormat akan hak dan kewajiban orang lain adalah cara paling ampuh untuk menarik makna terdalam dari tradisi ini yang selalu dilakukan oleh masyarakat.
Natal adalah momen berharga untuk membawa sebuah harapan baru untuk kehidupan masyarakat. Kelahiran Sang Juru Selamat menjadi harapan baru untuk kehidupan yang baru juga bagi masyarakat.
Layaknya doa dan harapan yang dipanjatkan masyarakat saat melaksanakan tradisi bakar lilin, tentu doa dan harapan yang sama untuk kehidupan yang lebih layak baik dan juga harmonis hadir saat merayakan natal di tahun ini.
Natal yang Membawa Perubahan
Sumber etika dan norma bagi kehidupan masyarakat datang dari dua hal yang dimiliki oleh masyarakat yaitu dari kebudayaan juga dari ajaran keagamaan. Untuk itu kedua hal tersebut yaitu kebudayaan dan agama tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat.
Dua hal ini harus berjalan bersama sehingga dapat membimbing masyarakat belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik juga memberikan harapan kepada masyarakat untuk menjadi manusia baru yang lebih menghargai satu sama lain juga berusaha untuk membangun kehidupan yang harmonis satu sama lain. Makna paling penting dalam natal yang harus kita cerna bersama agar bisa memberi dampak perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Natal adalah kedamaian dan harapan. Natal membawa kedamaian dan harapan bagi kita semua. Kita harus menyambutnya dengan hati yang bersyukur dan terbuka untuk menerima kasih sayang Tuhan.
Dengan terbuka dan berbenah diri dari kesalah kita di masa yang lalu kita berusaha untuk belajar menjadi pribadi yang berdamai dengan diri sendiri dan menjadikan harapan sebagai sebuah acuan untuk hidup menjadi pribadi yang baru dan lebih baik.
Natal adalah kasih sayang dan pengorbanan. Natal mengajarkan kita tentang kasih sayang dan pengorbanan Yesus Kristus. Kita harus meneladani sikap Sang Juru Selamat dan nilai-nilai kasih yang diberikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kehidupan baru yang lebih harmonis dan penuh kasih akan terwujud.
Saling menghargai satu sama lain, sikap hormat akan hak dan kewajiban orang lain adalah sikap baru yang harus tumbuh dalam diri masyarakat.
Natal adalah perubahan hidup. Natal adalah momentum untuk melakukan perubahan hidup yang positif.
Kita harus meninggalkan kebiasaan lama dan mengambil keputusan untuk hidup yang lebih baik dan harmonis satu sama lain.
Apa Tindakan konkret yang mesti kita lakukan sebagai bagian dari transformasi yang kita dapat dari tradisi bakar lilin dan ziarah ke kuburan juga pesan natal?
Satu. Mengampuni dan Memaafkan: Natal mengajak kita untuk mengampuni dan memaafkan orang lain. Kita harus melepaskan dendam dan kebencian.
Dua. Menebarkan Kasih Sayang. Natal mengajak kita untuk menyebarkan kasih sayang dan kebaikan kepada sesama. Kita harus menjadi sumber cahaya dan harapan bagi orang lain.
Tiga. Menghargai Kehidupan: Natal mengajak kita untuk menghargai kehidupan dan segala nikmat yang kita terima. Kita harus bersyukur atas apa yang kita miliki.
Semoga norma yang didapat dari tradisi kebudayaan dan juga pesan kebahagian yang ditemukan dalam perayaan natal tahun ini dapat membawa perubahan untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik, harmonis dan juga saling menghormati satu sama lain. Salam damai Natal! *
Penulis, adalah Lulusan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bina Nusantara Jakarta, sekarang bekerja sebagai Peneliti Komunikasi Politik dan Budaya
Editor : Wall Abulat