Natal: Pemiskinan Diri Allah yang Paling Radikal

- Jurnalis

Selasa, 24 Desember 2024 - 16:19 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Arnoldus Nggorong

KALAU menyimak deskripsi yang ditulis dalam injil Lukas 2:1-6 tentang peristiwa kelahiran Yesus, kita akan menemukan suatu kondisi yang amat menyentuh emosi. Ada rasa iba, sedih, yang juga dikuti perasaan gembira, sukacita.

Perasaan iba, sedih yang berpautan dengan proses dan tempat kelahiran Yesus yang amat jauh dari kesan layak, lebih-lebih jika dibandingkan dengan kondisi sekarang.

Ketika tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, Yosep dan Maria mencari rumah penginapan untuk melahirkan, namun tidak ditemukan.

Pilihan terakhir adalah kandang hewan. Tempat bayi Yesus dibaringkan pun hanya palungan (tempat makan hewan) dengan kain lampin seadanya sebagai pembungkus tubuh mungil, lemah, tak berdaya.

Dengan lain kata, Yesus lahir di kandang hewan yang kotor, pengap, busuk, dingin lantaran pintu-pintu rumah tertutup bagi-Nya. Yesus datang sebagai seorang bayi yang tidak berdaya, yang menggantungkan seluruh nasib dan hidupnya pada seorang ibu yang bernama Maria.

Ketergantungan seorang Allah dilukiskan dengan sangat indah oleh St. Louis-Marie Grignon de Monfort sebagai berikut: “Allah yang menjelma menjadi manusia dengan mengurung diri di dalam rahim Maria yang perawan, dengan membiarkan diri dibawa oleh Maria. Maria menyusui-Nya, memberi-Nya makan, merawat-Nya dan membesarkan-Nya.”

Selanjutnya dengan bahasa yang sangat puitis Monfort menulis: “Wahai ketergantungan yang mengagumkan dan tak terpahami dari seorang Allah.” (bdk. “Bakti yang Sejati kepada Maria hal. 10-11).

Yesus lahir dalam kondisi yang serba terbatas, miskin, sederhana, di sebuah tempat yang hina. Yesus lahir dalam kesepian, tidak ada sanak keluarga yang menemani, hanya Yosep dan Maria.

Yesus tidak merasakan dan mengalami pelukan hangat dan senyum ramah seorang perawat. Para gembala datang kemudian setelah mendapat kabar dari malaikat.

Itulah Yesus yang datang tidak dalam kemegahan, kemewahan sebagai seorang putera raja duniawi. Memang sungguh sebuah kisah yang menyedihkan.

Dikatakan menyedihkan: Pertama, karena Yesus adalah Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia.

Penjelmaan itu tampak jelas dan terang benderang dalam kata-kata malaikat Gabriel: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau: sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Luk. 1:35; bdk juga Mat. 1:18).

Lebih-lebih lagi kalau menyimak bahasa penulis injil Yohanes 1:1-5 yang dengan amat jelas menyebut Yesus adalah Allah (Yoh. 1:1), Yesus adalah sumber segala ciptaan (Yoh. 1:3), Yesus adalah Hidup (Yoh. 1:4), Yesus adalah Terang (Yoh.1:4).

Baca Juga :  Kolaborasi BPOLBF-Garuda Indonesia Dorong Peningkatan Kunjungan Wisatawan Korsel Ke Labuan Bajo

Di sini sifat ke-Allah-an Yesus sangat ditonjolkan. Dengan demikian Yesus bukan manusia biasa, buah dari keinginan manusia (keinginan daging) melalui persetubuhan.

Deskripsi ini dengan jelas menerangkan Yesus, yang adalah Allah Putera, Pribadi Kedua Allah Tritunggal Mahakudus, yang hidup dalam kelimpahan kekayaan Surgawi dengan segala kemuliaan yang dimiliki-Nya, sudi datang dan mengalami kemiskinan, kepapaan, kerapuhan, kefanaan manusia, hidup dalam keadaan serba kekurangan.

Kedua, oleh karena Yesus adalah Allah, Dia memiliki segala-galanya (alam semesta beserta seluruh isinya), kekayaan-Nya yang berlimpah-limpah, kekuasaan-Nya yang tidak terbatas.

Dengan kata lain, seluruh isi surga dan bumi adalah miliknya. Rasul Paulus melukiskan kekayaan misteri Kristus-Allah dengan bahasa yang sangat indah: “Yesus Kristus, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” (2 Kor. 8:9).

Kalau menggunakan perspektif manusiawi, adalah sungguh tidak mungkin ‘seorang’ Allah, yang mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas, yang memiliki keagungan dan kemuliaan yang tidak dapat dibandingkan dengan keagungan dan kemuliaan manapun di dunia ini, rela turun dari takhta-Nya di Surga, lalu datang menjumpai manusia yang hina, lemah dan mudah tergoda oleh kesenangan duniawi.

Bertolak dari penjelasan di atas, terdapat perbedaan yang absolut antara Allah dan manusia. Terdapat jurang yang teramat dalam antara Pencipta dan yang diciptakan. Gambaran tentang perbedaan antara yang kaya dan yang miskin dapat dilihat dalam kenyataan sosial.

Ada orang yang sangat kaya, hidup dalam kelimpahan, memamerkan mobil mewah, tas mewah, dan segala kemewahan lainnya. Di samping itu ada pula orang yang begitu miskin, hidup serba kekurangan, hidup dari belas kasihan sesamanya, itupun jika ada yang peduli. Bahkan tidur pun di emperan toko dengan pakaian yang sama dikenakannya tiap hari.

Dengan pemiskinan diri-Nya yang begitu radikal dalam peristiwa natal, kalau menggunakan bahasa sederhana, kira-kira Yesus-Allah mengatakan begini: “Aku mau ada bersama kamu, Aku ingin tinggal di antara kamu, Aku mau mengalami nasib seperti yang kamu rasakan.”

Dengan pelukisan yang demikian, kita merasakan tidak adanya jarak antara Allah dan manusia. Allah hidup di tengah-tengah kita.

Kita juga dapat menyapa Allah dengan menggunakan kata ganti: Engkau, Dia, yang menunjukkan keakraban, keintiman, kemesraan.

Dengan kata lain, Allah, yang dalam Perjanjian Lama digambarkan sebagai Allah yang tak kelihatan, tak terjangkau, yang jauh, yang hanya dapat diketahui dalam tanda-tanda alam berupa nyala api di semak duri (Kel. 3:2), dan guruh, kilat dan awan, bunyi sangkakala (Kel. 19:16-17), angin sepoi-sepoi basah (1 Raj. 19:12), kini, seturut kitab Perjanjian Baru, menjadi Allah yang kelihatan, yang benar-benar hadir dan tampak sebagai manusia yang dapat diindrai, dilihat oleh mata, diraba dan dielus dengan tangan, dipeluk dan dirangkul.

Baca Juga :  Korupsi dalam Pemerintahan Lokal: Mengapa Ini Terus Terjadi?

Allah sungguh tidak asing lagi bagi manusia. Allah benar-benar nyata mengalami hidup kita sebagai manusia.

Hubungan yang begitu dekat antara Allah dan Manusia dibahasakan penulis injil Yohanes sebagai berikut: “Firman telah menjadi manusia dan diam di antara kita.” (Yoh. 1:1).

Kata-kata ini kemudian disisipkan dalam doa Malaikat Tuhan yang didoakan setiap pukul 06.00, 12.00, dan 18.00, disertai bunyi lonceng Gereja sebagai penanda, yang menjadi tradisi iman yang terus diwariskan dalam Gereja Katolik hingga saat ini. Di dalam doa Malaikat Tuhan itu tertulis: “Sabda telah menjadi daging dan tinggal di antara kita.”

Inilah kabar sukacita bagi manusia. Inilah kabar yang membawa kegembiraan bagi kita. Warta gembira itu pula yang disampaikan malaikat kepada para gembala.

Bila diperhatikan dengan cermat, hal yang paling interesan adalah warta sukacita ini paling pertama dikabarkan kepada orang kecil dan sederhana yaitu para gembala. dengan ini deskripsi hubungan manusia dengan Allah mendapatkan makna yang semakin dalam.

Dalam dan melalui peristiwa Natal Allah memiskinkan diri-Nya supaya dapat berjumpa dengan manusia. Proses pemiskinan diri Allah ke tingkat yang paling rendah memungkin-Nya dapat ditemui oleh manusia dari segala lapisan, suku, ras, kelompok.

Pemiskinan diri Allah yang paling radikal dibahasakan Rasul Paulus sebagai berikut: “Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Flp. 2:6-7).

Allah yang dahulu begitu jauh kini dekat dengan manusia, hidup sebagai seorang manusia, yang merasakan lapar, haus, susah, senang, namun tidak berbuat dosa (bdk. 1 Ptr. 2:22).

Itulah Allah yang peduli, peka terhadap nasib manusia, yang dalam bahasa teologis-biblis disebut Allah yang transenden sekaligus imanen.

Selamat merayakan Natal dalam semangat kesederhanaan. *

Penulis adalah Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT.

Editor : Wall Abulat

Berita Terkait

Besok Batas Akhir Pendaftaran Seleksi PPPK Tahap II, Ini Imbauan Menpan Rini
Kemenpan Imbau Instansi Pemerintah Segera Sampaikan Laporan Kinerja 2024
Nasabah PNM Mekaar Mengajar dan Berkarya, Mewujudkan Impian di Bantar Gebang
Inkubasi Bisnis, NGO Bakal Bikin Pelatihan UMKM Di Labuan Bajo
PAD Flores Timur Ngos-ngosan Parkir Dua Digit
Polsek Maurole-Ende Kerja Bakti Bersihkan Material Longsor di Desa Detuwulu
Kasus Dugaan Penganiayaan di Hari Natal, Kapolsek Soa: Penyidik akan Dalami Keterangan Para Terduga
Alfian Terpilih Jadi Ketum Ikatan Keluarga Besar Riung 2025-2030
Berita ini 92 kali dibaca
REDAKSI: Kami Menerima Artikel Opini Dilengkapi Biodata Singkat dan Foto Penulis. Dikirim Melalui Email: florespos@yahoo.co.uk atau redflorespos@gmail.com.

Berita Terkait

Minggu, 19 Januari 2025 - 21:21 WITA

Besok Batas Akhir Pendaftaran Seleksi PPPK Tahap II, Ini Imbauan Menpan Rini

Minggu, 19 Januari 2025 - 20:21 WITA

Kemenpan Imbau Instansi Pemerintah Segera Sampaikan Laporan Kinerja 2024

Minggu, 19 Januari 2025 - 19:50 WITA

Nasabah PNM Mekaar Mengajar dan Berkarya, Mewujudkan Impian di Bantar Gebang

Minggu, 19 Januari 2025 - 16:30 WITA

Inkubasi Bisnis, NGO Bakal Bikin Pelatihan UMKM Di Labuan Bajo

Minggu, 19 Januari 2025 - 09:53 WITA

PAD Flores Timur Ngos-ngosan Parkir Dua Digit

Berita Terbaru

Theresia P. Asmon

Nusa Bunga

Inkubasi Bisnis, NGO Bakal Bikin Pelatihan UMKM Di Labuan Bajo

Minggu, 19 Jan 2025 - 16:30 WITA

Ilustrasi PAD

Feature

PAD Flores Timur Ngos-ngosan Parkir Dua Digit

Minggu, 19 Jan 2025 - 09:53 WITA