Prodi DIII Keperawatan Ende Lakukan Pelayanan Primer Pencegahan Penyakit Tidak Menular di Lingkungan Masyarakat Adat

- Jurnalis

Selasa, 12 November 2024 - 11:58 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengabdian Masyarakat Akper Ende di Desa Adat wologai, Kabupaten Ende.

Pengabdian Masyarakat Akper Ende di Desa Adat wologai, Kabupaten Ende.

ENDE, FLORESPOS.net-Perubahan gaya hidup manusia menyebabkan terjadinya pergeseran epidemiologi dari penyakit menular ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Perhatian masyarakat global terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi penyakit tersebut.

Dua dari sepuluh kematian global disebabkan oleh penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang tidak dapat menular dari satu orang ke orang lain. Penyakit tidak menular seringkali kurang mendapatkan karena sering kali tidak menunjukkan gejala dan tidak menimbulkan keluhan.

Menurut Siswanto et al, (2020). Penyakit tidak menular biasanya ditemukan pada lansia sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau kematian dini.

Kematian masyarakat akibat penyakit tidak menular diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, dengan peningkatan terbesar terjadi di negara-negara miskin, berkembang dan berpendapatan menengah seperti Indonesia dan Timor Leste.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa dari 56 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2012, 38 juta, atau hampir tiga perempatnya, disebabkan oleh penyakit tidak menular.

Masyarakat adat di Negara berkembang seperti Indonesia dan Timor Leste termasuk kelompok yang tidak bebas dari permasalahan kesehatan penyakit tidak menular, termasuk berbagai bentuk dan jenis penyakit tidak menular.

Pelayanan kesehatan bagi masyarakat Adat Desa Wologai, Kecamatan Detusoko,Kabupaten Ende.

Tingginya kasus penyakit tidak menular di masyarakat Negara berkembang seperti Indoesnai dan Timor Leste jelas mencerminkan masih kurangnya pemahaman dan kemauan masyarakat dalam mencegah penyakit tidak menular, antara lain kurangnya upaya pencegahan seperti deteksi dini penyakit tidak menular, kurangnya pendidikan kesehatan, dan keterbatasan akses terhadap pelayanan kualitas.

Angka kejadian penyakit tidak menular merupakan hasil kombinasi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi termasuk merokok, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, dan konsumsi alkohol.

Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, genetik atau ras. Faktor risiko tersebut akan menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh manusia yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah, peningkatan gula darah, peningkatan kolesterol darah dan kelebihan berat badan atau obesitas.

Beberapa faktor yang melatarbelakangi meningkatnya kejadian penyakit tidak menular adalah rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan penanganan penyakit tidak menular karena kurangnya informasi medis, informasi medis yang tidak akurat, minimnya pemanfaatan layanan kesehatan karena sejumlah faktor, seperti tidak tersedianya layanan kesehatan, geografi, ekonomi dan psikologi dan minimnya kualitas layanan kesehatan.

Baca Juga :  Ganjar Pranowo Terkesan Keramahan Warga Ende, Ini Pesannya kepada Warga di Harla Pancasila

Berdasarakan uraian kesamaan permasalahan kesehatan masyarakat di dua Negara tetangga tersebut Prodi Studi DIII Keperawatan Ende Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang melakukan kerjasama lintas Negara di kawasan dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat skema internatioanal.

Kerja sama dalam bentuk melakukan berbagai upaya penguatan pelayanan primer seperti  pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular baik di Indonesia maupun di Timor Lester.

Dosen dari kedua Negara tersebut dapat mengklasifikasikan permasalahn masyarakat mitra menjadi 3 yakni, Pertama, keterbatasan terhadap akses pelayanan keshetan berkualitas yang menghambat telaksanakanya deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular.

Kedua, minimnya pengetahuan dan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. Ketiga, media promosi pencegahan penyakit tidak menular masih belum menyentuh secara lansung lapisan masyarakat adat dan cenderung bersifat temporal atau sementara.

Tujuan kegiatan kerja sama pengabdian masyarakat skema international ini adalah memudahkan akses masyarakat adat terhadap pelayanan kesehatan termasuk layanan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular dan mengembangkan media promosi kesehatan pencegahan penyakit tidak menular.

Khalayak sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah masyarakat di wilayah kampung adat Wologai (Indonesia) dan wilayah kampung adat Uma lulik (Timor Leste) dengan kriteria berusia dewasa (>20 Tahun), sehat jasmani dan rohani dan bersedia dengan sukaela mengikuti atau terlibat kegiatan pengabdian kepada masyarakat dari awal sampai dengan akhir kegiatan.

Luaran  kegiatan pengabdian kepada masyarakat skema international ini berupa artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal nasional terakreditasi SINTA termasuk artikel popular di media massa cetak atau elektronik.

Selain itu, luaran tambahan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berupa media promosi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular berbasis kalender tahunan dan terdaftar sebagai HKI dan dokumen perjanjian kerja sama antar lembaga pendidikan dengan pemerintah desa sasaran yang tertuang dalam bentuk MoU/MoU.

Target yang ingin dicapai pada pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yakni tercapainya jumah sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat yakni 100 sasaran di wilayah kampung adat Wologai (Indonesia) dan wilayah kampung adat Uma lulik (Timor Leste).

Baca Juga :  Wisatawan Asal Cina Dikabarkan Hilang di Pantai Long Pink Beach Labuan Bajo

Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas, kesadaran dan partisifasi masyarakat dalam kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif khususnya tentang Penyakit Tidak Menular di wilayah kampung adat Wologai (Indonesia) dan wilayah kampung adat Uma lulik (Timor Leste).

Kegiatan Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa beberapa prodi Poltekkes Kemenkes Kupang (Prodi DIII Keperawatan Ende, Prodi DIII Keperawatan Kupang dan Prodi DIII Teknologi Laboratorium Medis).

Metode pelaksanaan kegiatan menjadi acuan agar proses dalam program pengabdian kepada masyarakat ini berjalan secara sistematis, terstruktur dan terarah.

Secara umum tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan penagbdian kepada masyarakat ini yakni melakukan analisis situasi, menentukan permasalahan, menentukan solusi permasalahan, menentukan tujuan secara spesifik.

Kampung Adat Wologai, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende.

Menentukan rencana pemecahan masalah, mengimplementasikan rencana, monitoring kegiatan, melakukan evaluasi kegiatan dan hasil dan melakukan desiminasi hasil evaluasi kegiatan yang kemudian memberikan rekomendasi rencana tindak lanjut pasca selesainya kegiatan.

Kegiatan telah dilaksanakan selama 3 (tiga) kali kunjungan di wilayah kampung adat Wologai (Indonesia) dan masih dalam persiapan untuk pelaksanaan di wilayah kampung adat Uma lulik (Timor Leste).

Hasil kegiatan  menunjukkan bahwa mayoritas sasaran di kampung adat Wologai (Indonesia) tidak mengkonsumsi tembakau atau merokok yakni 63 orang (79.7%), semua sasaran mengkonsumsi buah dan sayur yakni 79 orang sasaran (100.0%).

Mayoritas sasaran tidak mengkonsumsi garam berlebih yakni 59 orang (74.7%),  mayoritas tidak mengkonsumsi gula berlebih yakni 63 orang (79,7), mayoritas sasaran tidak mengkonsumsi lemak berlebih yakni 65 orang ( 82.3%), mayoritas sasaran melakukan aktivitas fisik yakni 69 orang (87.3%).

Mayoritas sasaran tidak mengkonsumsi alkohol yakni 49 orang (62.0%),  mayoritas sasaran memiliki tekanan darah  sistole 120–139 mmHg (pra hipertensi) yakni 25 orang (31.6%), mayoritas sasaran memilki tekanan darah diastole 80–89 mmHg (normal) yakni 29 orang (36.7%).

Mayoritas sasaran tidak memiliki gangguan pendengaran yakni 74 orang (93.7%), mayoritas sasaran tidak memiliki gangguan pengelihatan yakni 66 orang (83.5%). Selain itu, dari 47 sasaran berjenis kelamin wanita, 45 orang (95.7%) tidak melakukan pemeriksaan benjolan pada payudara dan 46 orang (97.8%) tidak melakukan pemeriksaan IVA/Papsmear 3 tahun terakhir. *

Penulis : Kontriutor: Irwan Budiana

Editor : Anton Harus

Berita Terkait

Hasil Pleno Pilkada KPU Tingkat Kabupaten Manggarai Timur, Paket Akur Menang
Anggota DPR RI Julie Laiskodat Salurkan Bantuan Ribuan Anakan Tanaman Buah kepada Petani di Ende
PJ Bupati Matim Serahkan SK Perpanjangan Masa Jabatan Kades 
Angota DPRD Nando Watu Dorong Pengembangan Desa Digital di Ende Dimulai dari Detusoko
Rekapitulasi KPU: Edi-Weng Raih Suara Terbanyak Pilkada Manggarai Barat
OPINI PENDIDIKAN: 5 Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru di Era Digital
Gunung Api Anak Ranaka di Manggarai NTT Naik Status Ke Level Waspada
5.741 Warga Manggarai Raya Ikuti Tes PPPK di Labuan Bajo
Berita ini 38 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 5 Desember 2024 - 12:37 WITA

Hasil Pleno Pilkada KPU Tingkat Kabupaten Manggarai Timur, Paket Akur Menang

Kamis, 5 Desember 2024 - 12:30 WITA

Anggota DPR RI Julie Laiskodat Salurkan Bantuan Ribuan Anakan Tanaman Buah kepada Petani di Ende

Kamis, 5 Desember 2024 - 07:15 WITA

PJ Bupati Matim Serahkan SK Perpanjangan Masa Jabatan Kades 

Rabu, 4 Desember 2024 - 16:55 WITA

Angota DPRD Nando Watu Dorong Pengembangan Desa Digital di Ende Dimulai dari Detusoko

Rabu, 4 Desember 2024 - 16:16 WITA

Rekapitulasi KPU: Edi-Weng Raih Suara Terbanyak Pilkada Manggarai Barat

Berita Terbaru

Penjabat Bupati Manggarai Timur, Boni Hasudungan menyerahkan SK kepada Kades se Manggarai Timur .

Nusa Bunga

PJ Bupati Matim Serahkan SK Perpanjangan Masa Jabatan Kades 

Kamis, 5 Des 2024 - 07:15 WITA