LARANTUKA, FLORESPOS.net-Distribusi air pada saluran irigasi persawahan Kobasoma, Desa Kobasoma, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), masih menjadi masalah yang cukup serius.
Sudah sekian lama, distribusi air dari saluran irigasi terganggu. Bahkan, air mengalir begitu kecil atau tidak bisa mengalir baik hingga ke pematang sawah seluas 30 hektar lebih milik para petani Kobasoma.
Lukas Lado Wato, salah satu petani mengatakan, satu tahun petani Kobasoma menanam padi di sawah dua kali. Para petani juga biasanya menanam secara serentak dan sebelum tanam biasanya didahului dengan seremonial adat.
“Selama ini, petani di persawahan Kobasoma mengalami kesulitan air dari saluran irigasi ke pematang sawah. Air mengalir kecil ke pematang sawah,” katanya kepada Florespos.net, di Kobasoma pada Rabu (14/8/2024).
Menurut Lukas Wato, distribusi air dari saluran irigasi ke pematang sawah begitu kecil lebih disebabkan karena tidak ada petugas khusus yang mengatur di pintu air pada saluran irigasi.
“Dulu ketika ada petugas khusus di pintu air, kami mudah dapat air dari saluran irigasi sampai pematang sawah. Sekarang sulit sekali,” kata Lukas Wato, salah satu anggota kelompok tani (Poktan) Suku Wato itu.
Kata Lukas Wato, persawahan pada saluran bendungan Konga dikelola oleh tiga desa, yakni Kobasoma, Konga dan Lewolaga.
“Sudah lama tidak ada petugas khusus distribusi air di pintu air,” kata petani yang memiliki lahan sawah 30 are itu.
Lukas Wato berharap ada perhatian dinas terkait distribusi air di persawahan Desa Kobasoma tersebut agar lahan pertanian khusus padi sawah milik para petani setempat menjadi lebih baik.
Disaksikan Florespos.net, Rabu (14/8/2024), air di saluran irigasi menuju pematang sawah milik para petani di persawahan Kobasoma sangat kecil.
Selain distribusi air, katanya, para petani persawahan Kobasoma juga sering mendapat masalah hama seperti ulat, walang sangit pada tanaman padi dan kesulitan pupuk.
“Kalau soal hama kami masih bisa atasi dengan penyemprotan. Kami juga bisa buat obat tradisional untuk basmi hama,” kata Lukas Wato.
Tanam Holtikultura
Selain menanam padi, Lukas Wato juga menanam tanaman holtikultura. Dia membuka lahan baru miliknya dan menanam tomat, lombok, bawang merah, terong, sayuran, dan kacang panjang.
“Saya tanam juga sayuran, tomat, lombok, terong, bawang merah dan kacang panjang. Karena kami hanya tanam padi dua kali dalam setahun secara serentak,” katanya.
Kata Lukas Wato, sudah dua tahun belakangan ini dia tanaman holtikultura. Para pembeli biasanya langsung datang membeli di kebun/lahannya.
“Lumayan, hasil panen holtikultura bisa membantu beli pupuk, obat tanaman, biaya pendidikan anak dan kebutuhan lain. Pembeli datang beli langsung di sini,” katanya.
Seperti disaksikan Florespos.net, tanaman holtikultura seperti tomat, lombok, bawang merah dan terong tumbuh begitu subur di lahan milik Lukas Wato. Sebagian tanaman itu baru selesai panen dan dibeli para pembeli. *
Penulis : Wentho Eliando
Editor : Anton Harus