“Bhineka Tunggal Ika” dan “Joaju, Oñondivepa, Ikatu”

- Jurnalis

Minggu, 18 Agustus 2024 - 12:07 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pascual Semaun, SVD

Pascual Semaun, SVD

Oleh: Pascual Semaun, SVD

PENCARIAN nilai-nilai yang memandu kehidupan manusia telah menjadi konstan dalam perkembangan peradaban. Sepanjang sejarah, berbagai budaya telah menetapkan prinsip-prinsip filosofis yang mencerminkan pandangan dunia dan kekhasan sosial budaya mereka.

Dalam konteks ini, filosofi Bhineka Tunggal Ika, Negara  Indonesia dan filosofi “Joaju, oñondivepa, ikatu!” bahasa Guarani, Paraguay muncul sebagai paradigma yang signifikan, masing-masing dengan warisan sejarahnya yang kaya dan fokus khusus pada kehidupan dan koeksistensi dalam masyarakat.

Penelitian literasi ini bertujuan mengeksplorasi nilai-nilai intrinsik dari kedua filosofi ini dan membandingkannya, untuk menyoroti persamaan dan perbedaan yang muncul dari konteks budaya masing-masing.

Bhineka Tunggal Ika dan Maknanya dalam Keberagaman.

Praktek “Bhineka Tunggal Ika, yang dapat diterjemahkan sebagai “Persatuan dalam Keragaman/Berbeda-beda, tetapi tetap satu”, adalah prinsip dasar dalam filsafat kehidupan warga Indonesia.

Praktek ini dilihat sebagai sikap nasionalisme Indonesia dan mencerminkan kemampuan negara untuk melampaui mosaik etnis, agama, dan budaya yang kompleks.

Dengan lebih dari tiga ratus kelompok etnis dan berbagai tradisi budaya, Indonesia menghadapi tantangan terus-menerus seputar identitas dan kohesi sosial.

Dalam terang Bhineka Tunggal Ika, maka keragaman itu suatu kekayaan dan dilihat  sebagai landasan bersama untuk menyatukan semua warga negara Indonesia.

Dari sudut pandang filosofis, Bhineka Tunggal Ika menekankan nilai-nilai seperti toleransi, rasa hormat dan penerimaan.

Prinsip-prinsip ini sangat penting untuk membangun masyarakat yang harmonis, di mana setiap individu dapat menjalani identitas budaya mereka, tanpa merasa curiga dan takut akan khadiran budaya lain.

Dalam hal ini, keragaman tidak hanya diakui dan dihargai tetapi semestinya perlu dirayakan dan dilihat sebagai kekuatan bangsa.

Baca Juga :  Meski Diguyur Hujan, Malam Inagurasi PKKMB Uniflor Berlangsung Meriah

Pengakuan pluralitas budaya, pada gilirannya, memerlukan tanggung jawab untuk mempromosikan dialog antarbudaya, yang merupakan dasar untuk hidup berdampingan secara damai.

Dalam pengertian ini, filosofi Bhineka Tunggal Ika terkait erat dengan konsep keadilan dan kesetaraan sosial. Ini mempromosikan visi di mana setiap kelompok, komunitas, dan daerah memiliki peran penting dalam pembangunan tatanan sosial, memastikan bahwa suara setiap orang perlu didengar dan dihargai.

Dengan demikian, moto tersebut menjadi seruan untuk bertindak bagi semua orang Indonesia, mendesaknya untuk mengatasi perpecahan dan konflik melalui saling pengertian dan kerja sama yang benar dan adil.

Filosofi “Joaju ha Oñondivepa, Ikatu! Dulce Guarani

Menurut filosofi “Joaju ha oñondivepa, ikatu”, yang diterjemahkan sebagai “Hidup bersatu dan berkomunitas itu mungkin,” yang lahir dari konteks sosial budaya Paraguay, di mana tradisi asli Guarani dan pengaruh kolonial Eropa saling terkait.

Filosofi ini menyoroti pentingnya komunitas dan kesejahteraan kolektif atas individualisme, mempromosikan nilai-nilai  kerja sama, solidaritas, dan saling menghormati.

Pendekatan komunitas “Joaju” menekankan bahwa kehidupan di masyarakat harus didasarkan pada prinsip-prinsip timbal balik dan saling mendukung.

Dalam filosofi ini, ikatan antara individu tidak dapat dipisahkan dan disusun di sekitar visi bersama tentang kemajuan dan kesejahteraan.

Gagasan tentang “hidup bersama” menyiratkan tidak hanya hidup berdampingan secara damai, tetapi juga komitmen aktif untuk melindungi, merawat yang lain dan lingkungan, yang mencakup dimensi sosial dan ekologis.

Selain itu, “Joaju, oñondivepa, ikatu” menekankan perlunya pendidikan komprehensif yang menghargai tradisi lokal dan mempromosikan pengetahuan tentang identitas budaya.

Dalam pengertian ini, warisan budaya diidentifikasi sebagai sumber daya penting untuk perkembangan sesorang dan kohesi sosial.

Baca Juga :  Bupati Agas Minta Para Kades Berinovasi

Pengajaran nilai-nilai berdasarkan pengalaman kolektif memperkuat rasa memiliki dan tujuan dalam komunitas, sehingga mempromosikan lingkungan yang memungkinkan orang dapat berkembang.

Perbandingan Nilai: Konvergensi dan Divergensi

Setelah menganalisis kedua filosofi ini, kedua negara ini memiliki konteks yang berbeda dalam hal tertentu namun tetap konsisten dalam mempertahankan niali-nilai yang terkandung dalam filosofi budaya masing-masing.

Dalam hal konvergensi “Bhineka Tunggal Ika” dan “Joaju, oñondivepa, ikatu” menganjurkan gagasan komunitas dan saling mendukung.

Kedua filosofi mengakui pentingnya dialog dan kerja sama, dan menekankan perlunya jaminan dimana perbedaan budaya tidak hanya dihormati, tetapi juga dirayakan.

Bhineka Tunggal Ika berfokus pada gagasan persatuan dalam keberagaman budaya, etnis, dan agama mencerminkan realitas multikultural, di mana dialog sangat penting.

Filosofi “Joaju, oñondivepa, ikatu” memberi penekanan lebih besar pada kohesi melalui identitas bersama, menyarankan kerangka kerja komunitas yang lebih kohesif dan kurang terfragmentasi.

Bhineka Tunggal Ika, di sisi lain, menghadapi tantangan yang lebih eksplisit dari perpecahan budaya dan konflik dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, yang membutuhkan upaya terus-menerus untuk memperkokoh perdamaian dan memperteguh Kebhinekaan budaya.

Bisa disimpulkan, nilai-nilai kehidupan yang dikemas dalam filosofi Bhineka Tunggal Ika dan “Joaju, oñondivepa, ikatu” mencerminkan realitas sosial budaya yang mendalam, yang membingkai kehidupan di Indonesia dan Paraguay.

Kedua filosofi tersebut menyoroti pentingnya solidaritas, rasa hormat, dan penerimaan dalam konteks spesifik kedua negara tersebut, dengan mempromosikan cita-cita koeksistensi yang relevan dalam dunia yang semakin mengglobal, dimana keragaman dan identitas budaya terus menjadi masalah vital dalam pembangunan masyarakat yang adil dan merata.

Penulis adalah, Misionaris SVD, Tinggal di Saltos del Guaira-Paraguay

Editor : Wentho Eliando

Berita Terkait

Flores United FC Menunggu Keputusan Asprov Pasca Pembatalan ETMC Labuan Bajo
Asprov PSSI NTT Umumkan ETMC Labuan Bajo Dibatalkan
Desa Lewobunga Flores Timur Nikmati Air Bersih, Bantuan PTTEP Indonesia dan Julie Laiskodat
Pengadaan Mobil dan Wacana Rumah Dinas DPRD Flores Timur, Begini Kata Bacabup Lukman Riberu
Dari Aspirasi ke Aksi: Suara Rakyat dalam Pilkada
BPOLBF Gelar Workshop Floratama Academy 5.0
Nadya Terpilih Jadi Duta GenRe Putri Provinsi NTT
Sebelas Partai Pengusung Melki-Johni Target Raih Suara 70 Persen dari Ende
Berita ini 164 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 11 September 2024 - 15:32 WITA

Flores United FC Menunggu Keputusan Asprov Pasca Pembatalan ETMC Labuan Bajo

Rabu, 11 September 2024 - 15:20 WITA

Asprov PSSI NTT Umumkan ETMC Labuan Bajo Dibatalkan

Rabu, 11 September 2024 - 09:51 WITA

Desa Lewobunga Flores Timur Nikmati Air Bersih, Bantuan PTTEP Indonesia dan Julie Laiskodat

Selasa, 10 September 2024 - 21:45 WITA

Pengadaan Mobil dan Wacana Rumah Dinas DPRD Flores Timur, Begini Kata Bacabup Lukman Riberu

Selasa, 10 September 2024 - 18:48 WITA

Dari Aspirasi ke Aksi: Suara Rakyat dalam Pilkada

Berita Terbaru

Nusa Bunga

Asprov PSSI NTT Umumkan ETMC Labuan Bajo Dibatalkan

Rabu, 11 Sep 2024 - 15:20 WITA

Febri M Angsemin

Nusa Bunga

Dari Aspirasi ke Aksi: Suara Rakyat dalam Pilkada

Selasa, 10 Sep 2024 - 18:48 WITA