ENDE, FLORESPOS.net-Upacara Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata atau pemberian sesajen kepada leluhur di Danau Kelimutu masih tetap dilestarikan oleh sejumlah suku yang masuk dalam komunitas adat penyangga Kelimutu.
Ritual Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata yang sudah rutin dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 14 Agustus itu kembali dilaksanakan pada tahun ini ditengah pembatasan dari otoritas terkait karena Gunung Api Kelimutu masih dalam status waspada sejak Mei 2024 lalu.
Sedikitnya, 22 komunitas adat penyangga di wilayah itu tetap melaksanakan ritual tahunan ini ditengah pembatasan dan tidak mengurangi kesakralannya.
Ketua Komunitas Adat Kelimutu, Yohanes Don Bosco Watu kepada Florespos.net, Kamis (15/8/2024) mengatakan pemberian sesajen dilakukan di danau Kelimutu karena masyarakat setempat percaya bahwa danau Kelimutu merupakan tempat peristirahatan terakhir kehidupan. Semua orang yang meninggal, jiwanya akan kembali ke danau tersebut.
Upacara tersebut dilakukan dengan menyajikan makanan khusus yang baru selesai dipanen (Pati Ka) kepada arwah leluhur yang konon menghuni 3 danau yakni, Tiwu Ata bupu, Tiwu Nua Muri Koo Fai, dan Tiwu Ata Polo.
Ritual tersebut juga sebagai bentuk komunikasi dan relasi antara manusia dengan leluhur, alam semesta, dan kekuatan Yang Kuasa.
Pengunjung yang mengikuti ritual yang biasanya digelar setahun sekali tersebut wajib mengenakan pakaian adat Lio dan mengikuti prosesi sekitar 1 kilometer dari pelataran parkir menuju ke puncak danau Kelimutu.
“Biasanya setiap tahun kita lakukan dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00 tahun ini dibatasi sampai jam 12.00 dan selanjutnya kita ikuti acara di halaman parkir,” katanya.
Don Bosco mengatakan dalam ritual itu para pemangku adat dari 22 Komunitas adat yang mendiami 24 desa dan kelurahan di lima kecamatan memberikan sesajen berupa nasi merah, daging babi dan tembakau.
Sebelum ke puncak mereka harus meminta ijin di pintu masuk yang namanya pere konde yang diyakini sebagai penjaga danau Kelimutu.
Don Bosco Watu yang juga ketua komunitas adat Kabupaten Ende ini mengatakan bahwa upacara adat yang dilaksanakan pada Rabu (14/8/2024) berjalan lancar dan seperti biasa.
“Tidak ada kendala dan semuanya berjalan lancar meskipun hanya sampai jam 12 siang di puncak,” katanya.
Dikatakannya bahwa saat ini Gunung Api Kelimutu masih dalam status waspada. Para tokoh adat (mosalaki) dari komunitas adat penyangga berharap setelah ritual Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata status Gunung Api Kelimutu kembali normal dan tidak ada lagi pembatasan bagi pengunjung.
“Kami berharap setelah ritual ini status Gunung Api Kelimutu berangsur turun dan kembali ke level normal,” katanya.
Don Bosco juga menceritakan bahwa saat berada di puncak melaksanakan ritual itu tidak mencium bau belerang.
“Selama kami berada di atas puncak tidak cium bau belerang, maka kita berharap status Gunung Api Kelimutu segera kembali ke level normal”.*
Penulis : Willy Aran
Editor : Wentho Eliando