LABUAN BAJO, FLORESPOS.net-Sebanyak 72 persen masyarakat Indonesia tidak perduli terhadap sampah. Disinyalir karena kesadaran akan hal itu (sampah) masih rendah.
Di sisi lain, sampah punya nilai ekonomis, jual ke bank sampah untuk dapat uang. Sampah pun bisa jadi sumber energi, dan juga bisa diolah menjadi kompos.
Oleh sebab itu, siapa pun dia, jangan pernah putus asa bicara terkait sampah. Masyarakat terus diedukasi, diberikan pencerahan/ sosialisasi tentang bahaya dan manfaat sampah.
Demikian antara lain kata Zaimah Ima, salah satu pembicara pada acara Bimtek (Bimbingan Teknis) penanganan sampah kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) NTT di Labuan Bajo, Kamis (8/8/2024).
Zaimah Ima yang berasal dari Direktorat Penanganan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia (RI) itu mengatakan, penanganan sampah merupahkan tanggung jawab bersama, bukan pemerintah semata.
Menurut Zaimah Ima, sampah secara nasional sumber terbesar barasal dari rumah tangga, yaitu lebih dari 49 %. Setelah itu baru disusul sampah yang berasal dari pusat perbelanjaan/pasar, serta lain-lain.
Kemudian, jenis sampah rumah tangga terbesar adalah makanan sisa mencapai 40 % lebih. Hal itu di antaranya terjadi seperti saat kondangan dan lain sebagianya. Lalu disusul sampah plastik 19 %, kertas-kertas dan lain-lain.
Sehubungan dengan sampah ini, kata Zaimah Ima, secara nasional upaya pengurangannya baru 14 %. Dan terkait ini, 54 % TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Indonesia masih open damping.
Ke depan, masih Zaimah Ima, TPA harus menjadi tempat pengolahan sampah, bukan lagi sebagai tempat pembuangan akhir. Terkait satu ini ada teknisnya. Pada 2030 tak ada pembangunan TPA baru.
Diingatkan kepada masyarakat agar jangan/tidak boleh bakar sampah karena polisi, ada zat beracun seperti plastiplasti dan lain sebagainya.
Sampah B3 tidak boleh buang di TPA karena itu berbahaya, racun, seperti AC bekas, bola lampu dan lain-lain. Sampah jangan buang sembarangan, buang pada tempat sebenarnya, ujar Zaimah Ima.
Pembicara yang lain, Zulfikar (Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3) Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Mabar menambahkan, Pemkab Mabar sangat peduli/konsen terhadap sampah.
Pasca Covid-19, volume sampah di Labuan Bajo meningkat tajam. Sampah memiliki nilai ekonomis, bisa dibuat menjadi kompos dan juga dapat dijadikan sumber energi listrik.
Pemulung di TPA Warloka Mabar, menurut Zulfikar, per bulannya bisa mendapatkan jutaan rupiah dari sampah.
Theresia Sarti, juga salah satu pembicara pada kesempatan itu, antara lain mengungkapkan, lembaganya selama ini bekerja sama dengan Pemkab Mabar, sekolah-sekolah di Mabar serta pihak lain sehubungan dengan upaya pengurangan sampah di Mabar, termasuk di pulau-pulau di wilayah Manggarai Barat.
Lembaganya yang bernama IWP (Indonesia Waste Platform) pengelolaan sampah pulau dan industri pariwisata tersebut, kata Theresia Sarti, selama ini aktivitas lembaganya banyak. Di antaranya tidak hanya pungut sampah di pulau-pulau di Mabar, tetapi juga memberi edukasi masyarakat soal bahaya dan manfaat sampah.
Masih Theresia Sarti, lembaganya (IWP) selama ini juga terlibat pembelian sampah masyarakat di pulau-pulau di Mabar.
Bimtek ini diselenggarakan atas aspirasi Anggota Komisi IV asal Fraksi Nasdem DPR RI, Julie Sutrisno Laiskodat dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. *
Penulis : Andre Durung
Editor : Wentho Eliando