BAJAWA, FLORESPOS.net-Pemerintah Daerah (Pemda) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Festival Budaya Ngada Tahun 2024.
Festival berlangsung dari tanggal 5-8 Agustus 2024 itu dilaksanakan di Watulajar, Desa Lengkosambi Utara, Kecamatan Riung.
Festival Budaya itu resmi dibuka oleh Bupati Ngada Andreas Paru dengan mengambil tema “Ruma Ca’o Sapo Likang” atau “Jaga Bumi Jaga Tradisi”, Senin (5/8/2024).
Lokasi Festival yang tidak jauh dari Pantai Watulajar diikuti oleh pelajar dan komunitas budaya Riung dan Riung Barat.
“Festival Budaya ini berlangsung dari tanggal 5 hingga 8 Agustus 2024,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngada Elisius K.Watungadha dalam laporannya, Senin (5/8/2024).
Elisius menjelaskan, Ngada merupakan salah satu Kabupaten di Indoensia yang mendapatkan Anugerah Kebudayaan Kategori Lembaga/Pemda Pengelola Kebudayaan Terbaik Tingkat Nasional pada tahun 2022.
Menyadari bahwa belum secara massif mengangkat semua potensi budaya yang kaya dan beragam yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Ngada dalam 3 etnis besar, yaitu Etnis Ngadhu Bhaga, Etnis Soa dan Riung.
Sehingga, katanya, secara bertahap bertekad untuk mengakomodir dan memberikan dukungan dalam hal menginventarisir dan mengangkat warisan-warisan budaya Ngada yang terdapat pada tiga etnis tersebut.
“Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah melaksanakan kegiatan Festival Budaya Ngada sejak tahun 2019 sampai 2024 ini,” katanya.
Elisius mengatakan, perhelatan Festival Budaya Ngada tahun 2024 ini mengangkat khasanah budaya Riung dalam bingkai Ruma Ca’o Sapolikang yang merupakan salah satu dari 10 objek pemajuan kebudayaan, yaitu objek ritus.
“Ruma Ca’o Sapolikang merupakan bingkai dari semua aktivitas kehidupan manusia karena di Sapolikanglah manusia melakukan permohonan restu kepada Tuhan dan juga leluhurnya dengan doa-doa dan puja puji,” jelas dia.
Elisius mengatakan, kegiatan dilakukan selama sepekan dimulai dengan Pra Festival, yaitu Riset Khasanah Budaya Riung dalam bingkai Ruma Ca”o Sapolikang oleh Tim Pengetahuan dan Akademisi STKIP Citra Bakti Ngada, Lomba Reportase Budaya Ngada, Lomba Mendayung, Voli Pantai, Lomba Dasa Wisma dan Edukasi Ekologi oleh Yayasan Puge Figo.
Selain itu, katanya, Lomba Karnaval Fashion Sampah Daur Ulang untuk tingkat SMP dan SMA, Lomba bercerita rakyat berbahasa Ibu yakni Bahasa Riung untuk tingkat SD kelas 3 sampai 5, Lomba Musik Tradisional untuk umum, Rembuk Budaya, Talk show serta Pameran Foto Budaya dan Karya Cipta Budaya Masyarakat.
Sementara itu, Bupati Ngada Andreas Paru pada kesempatan itu mengatakan peran semua pihak termasuk Pemerintah Desa, pendidik, tokoh masyarakat dan adat serta dinas terkait sangat penting dalam menjaga dan melestarikan budaya Ngada.
“Kegiatan Festival Budaya Ngada yang diselenggarakan di wilayah etnis Riung ini merupakan sebuah pengakuan akan ragam budaya yang ada di Kabupaten Ngada. Semua pihak saya ajak untuk menjaga dan melestarikan budaya Ngada,” katanya.
Pembukaan festival itu dihadiri oleh sejumlah pejabat. Di antaranya, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Ngada Ny.Cecilia Sarjiem Paru, Asisten 1 dan II, para pimpinan perangkat daerah, Camat Riung dan Riung Barat, para Pengawas Sekolah, para Kepala SD, SMP, SMA, SMK, guru dan siswa Kecamatan Riung dan Riung Barat, para Kepala Desa/Lurah Kecamatan Riung dan Riung Barat serta lainnya. *
Penulis : Wim de Rozari
Editor : Wentho Eliando