RUTENG, FLORESPOS.net-Masyarakat yang memelihara babi mesti waspada dengan aneka penyakit atau virus yang menyerang piaraannya yang bisa saja berujung kematian.
Penyebabnya tidak meluluh akibat terserang virus African Swine Fever (ASF) alias demam babi Afrika, juga oleh penyakit lainnya.
Ditemui wartawan di Ruteng, Rabu (22/5/2024), Kadis Peternakan Manggarai, Yustina A. Ladjar mengatakan, memang dalam waktu-waktu belakangan ini babi banyak mati diduga karena virus ASF. Tetapi, kalau diteliti atau diperiksa hewannya juga bisa disebabkan penyakit lain.
“ASF hanya salah satu. Yang lainnya bisa karena infeksi bakteri, tetanus, dan lain-lain,” katanya.
Karena itu memang Disnak giat melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar bisa menangani ternaknya jika sakit atau sudah mengalami gejala sakit.
Sosialisasi itu penting agar peternak selalu waspada dan bisa mengantisipasi penyakit ternaknya, termasuk ASF yang bisa muncul kapan saja.
Virus ASF sesuai dengan informasi yang berkembang cukup banyak yang menyerang babi. Tetapi, kasusnya tidak semua dilaporkan ke Disnak langsung atau pada petugas yang ada di kecamatan-kecamatan.
Seharusnya dilaporkan agar diketahui secara baik. Dan, tindakan antisipasi bisa dilakukan secara baik dan benar.
Yang pasti, demikian Kadis Yustina Ladjar, pemerintah menyediakan disinfektan atas bantuan Provinsi dan Pusat agar piaraan masyarakat tidak mudah terserang penyakit baik ASF atau penyakit lainnya.
Dan, pemerintah juga sudah mengeluarkan aturan melarang membawa atau mengeluarkan babi dan produk ikutannya baik antar kabupaten maupun antar pulau pasca munculnya ASF.
Tindakan dilakukan guna mencegah penyebaran ASF yang lebih luas. Kalau babi mati, dampaknya buruk bagi peternak mengingat pentingnya babi sebagai penyangga ekonomi masyarakat.
Sedangkan Kabid Keswan, Imelda mengatakan, sesuai dengan data yang ada, untuk Januari hingga Maret lalu, jumlah babi mati akibat ASF sebanyak 151 ekor.
“Ini yang dilaporkan ke Disnak. Tetapi, tidak semua kematian babi itu dilaporkan sehingga mungkin riilnya bisa lebih banyak,” katanya.
Virus ASF sampai sekarang belum ada obatnya. Tetapi, tindakan antisipatif bisa dilakukan untuk mencegah serangan ASF.
Protap penanganannya telah disampaikan untuk menghindari babi dari virus ASF. Protap itu biasanya disampaikan ketika dilakukan sosialisasi.
Tindakan yang bisa dilakukan peternak sendiri seperti rutin membersihkan kandang, tidak memberi makan dari limbah baik dari tetangga atau tempat lain;
Babi yang sakit mesti dipisahkan dari yang sehat, orang lain tidak boleh bebas datang ke kandang, selain pemiliknya sendiri;
Disnak Manggarai sebetulnya ingin agar semua kematian babi itu dilaporkan agar bisa diketahui penyebaran dan diperiksa penyebab sakit atau matinya babi itu.
Hal itu juga penting guna bisa diupayakan penanganan yang lebih baik secara bersama-sama dan terpadu. *
Penulis: Christo Lawudin I Editor: Wentho Eliando