RUTENG, FLORESPOS.net-Kementerian Agama Manggarai di Flores, NTT, menggelar dialog kerukunan intern moderasi umat beragama Katolik di Ruteng, Selasa (5/2/2024).
Kegiatan diadakan di Susteran Maria Berdukacita (MBC) Tenda, Ruteng yang dibuka Kepala Kantor Kementerian Agama Manggarai, Pontius Mudin di hadapan peserta dari kalangan biara, unsur pastor paroki, unsur Dewan Pastoral Paroki, kalangan pendidikan, dan organisasi kepemudaan, dan lain-lain.
Dalam dialog kerukunan ini tampil sebagai narasumber tokoh rohaniawan Katolik P. Hubert Muda SVD dan Rm.Hieronimus Bandur.
Ketika membuka kegiatan itu, Kakan Pontius Mudin mengatakan, dialog kerukunan ini sengaja diadakan karena dirasa penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini.
“Dialog kerukunan intern moderasi umat beragama Katolik perlu terus dibangun dan dihidupkan,” katanya.
Penting sekali agar semua kian memahami dengan jelas arah kebijakan penguatan moderasi beragama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan bermasyarakat dengan arif bijaksana.
Dikatakan, penekanan tentang dialog kerukunan harus menjadi perhatian semua umat beragama di negeri ini, termasuk di Manggarai.
Mengapa? Hal itu sejalan dengan spirit pemerintah yang menetapkan tahun 2024 sebagai tahun peneguhan kerukunan umat beragama dan kehidupan keberagamaan berperspektif moderasi beragama.
Menurutnya, moderasi beragama yang dicanangkan itu kiranya menjadi perekat semangat beragama dan komitmen berbangsa.
Moderasi beragama dilihat sebagai cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama.
Ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan, menjaga keselamatan jiwa, menjunjungi tinggi keberadaan mulia, mewujudkan perdamaian, dan membangun kemaslahatan umum.
Penguatan modernasi beragama merupakan upaya bersama untuk menyelaraskan visi beragama dan negara.
Berkaca pada fenomena yang terjadi selama ini, maka pemerintah dan siapapun perlu melakukan pelbagai upaya seperti memperkuat pemahaman esensi ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat;
Mengelola keragaman tafsir keagamaan dengan mencerdaskan kehidupan keberagamaan umat beragama;
“Dan, merawat ke-Indonesia-an dalam bingkai negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.
Sedangkan Ketua Panitia Pelipus Asol yang sehari-hari menjabat Kasi Urusan Agama Katolik mengatakan, peserta dialog berjumlah 25 orang dari latar belakang dan stakeholders beragama, yakni unsur pemerintah, unsur gereja, FKUB, masyarakat, LSM, para penyuluhan dan akademisi.
“Dalam momen ini, juga ada dialog sehingga terjadi pertukaran pendapat dan gagasan sehingga hasilnya bisa dirangkum guna dijadikan rekomendasi untuk ditindaklanjuti bersama,” katanya. *
Penulis: Christo Lawudin I Editor: Wentho Eliando