LEWOLEBA, FLORESPOS.net-Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (SAR) menggandeng pemerintah Kabupaten Lembata khususnya Pemerintah Desa Jontona dan berbagai desa di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk melaksanakan simulasi evakuasi saat terjadi kedaruratan akibat erupsi gunung api.
Djefri D.T. Mewo,S.Pd Kepala Pokja Pemberdayaan Masyarakat Basarnas mewakili Direktur Bina Potensi Basarnas Agus Haryono menyampaikan bahwa simulasi ini merupakan implementasi dari hasil pembelajaran Pencarian dan Pertolongan saat evakuasi korban.
“Selain dari SAR juga beberapa ilmu dari BPBD dan PVMBG mengenai erupsi Gunung Api dan penanganannya,” sebut Djefri.
Dia mengatakan, kegiatan yang diikuti oleh 100 peserta yang datang dari berbagai desa di Kecamatan Ile Ape di lereng gunung Ile Lewotolok ini bertujuan untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dasar.
Juga berbagai keterampilan, serta pemahaman tentang prosedur SAR sehingga masyarakat mampu berperan aktif dalam upaya pencarian dan pertolongan (SAR) secara cepat, tepat dan terorganisir.
“Kegiatan ini dapat menjadi garda terdepan dalam memberikan pertolongan saat situasi darurat terjadi,” ungkapnya.
Djefri juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada stakeholder yang berpartisipasi dalam lancarnya giat ini diantaranya BPBD Lembata, Pemerintah Desa Jontona, PVMBG lembata, serta seluruh peserta.
Sebutnya, giat ini tidak akan berjalan lancar tanpa partisipasi semua dan kegiatan ini juga menjadi bukti bahwa sinergi masyarakat Lembata untuk belajar evakuasi kedaruratan sangatlah solid dan patut diapresiasi.
Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Lembata, Quintus Irenius Suciadi mengatakan simulasi evakuasi kedaruratan erupsi Gunung Ile Ape (Lewotolok) sangat dibutuhkan bagi masyarakat di sekitar gunung api seperti Desa Jontona.
Quintus mengatakan, masyarakat memiliki peran aktif dalam meningkatkan keselamatan dan mengurangi risiko akibat dampak kedaruratan erupsi gunung api.
“Kami mewakili Bupati Lembata menyampaikan terima kasih kepada Basarnas dan stakeholder yang telah bersama-sama menyelenggarakan giat ini.” sebutnya.
Adapun simulasi erupsi ini ditandai dengan meletusnya Gunung Waho-Waho dimana erupsi dan awan panas mengarah ke Desa Watuwatu dan Desa Lamadea, desa yang berada di lereng gunung berapi aktif “Wahowaho”.
Kedua desa ini, masyarakatnya sudah sejak lama hidup berdampingan dengan gunung berapi tersebut.
Suara gemuruh terdengar hingga radius 10 kilometer disertai lontaran material pijar setinggi 1.000 meter dari puncak kawah. Awan panas mulai meluncur ke arah selatan dan tenggara dengan kecepatan tinggi, mengancam beberapa desa di lereng gunung.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung Waho-Waho menjadi Awas (Level IV) dan dibutuhkan evakuasi kedaruratan dari peserta.
Peserta dilatih untuk mengevakuasi para korban yang mengalami luka bakar, patah tulang di tangan dan kaki, perdarahan di kepala dan tangan, pingsan, serta henti nafas dan jantung dengan teknik medical first responder yang telah diajarkan oleh pelatih pada giat pemberdayaan masyarakat ini.
Acara diakhiri dengan pemberian plakat kepada Pelaksana Harian Sekda Kabupaten Lembata, piagam penghargaan kepada Camat Ile Ape, pemberian helm, tandu, alat bidai dan kaca mata safety kepada Kades Jontona.
Juga pemberian buku SAR Goes to School kepada kepala dinas dan Kepala Sekolah SD Jontona yang diberikan langsung oleh Kepala Kantor SAR Maumere Fathur Rahman selaku perwakilan Direktur Bina Potensi Basarnas. *
Penulis : Ebed de Rosary
Editor : Wentho Eliando











