ENDE, FLORESPOS.net-Bupati Kabupaten Ende, Provinsi NTT, Yoseph Benediktus Badeoda (YBB) mengatakan berkomitmen mewujudkan pemerintahan yang terbuka pada kepemimpinannya bersama Wabup Domi Mere.
Yoseph mengatakan dirinya orang baru yang tidak terkontaminasi dengan masalah masa lampau maka ingin pemerintahan yang transparan atau terbuka untuk publik.
“Saya orang baru dari Jakarta yang tidak terkontaminasi dengan kesalahan masa lalu. Saya belajar banyak, belajar memahami kondisi daerah ini, kedepannya kita harus terbuka. Tidak boleh ada yang ditutupi dari masyarakat”.
Kata Yoseph Badeoda saat dialog dengan wartawan di Rumah Jabatan (Rujab) Bupati jalan El Tari, Jumat (29/3/2025) lalu.
Terkait dengan pemerintah yang terbuka, kata Badeoda, hal tersebut telah ditegaskan kepada pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau Kepala Dinas di daerah ini.
Dikatakannya jika selama ini Pimpinan OPD dan ASN tidak terbuka maka saat ini, di era Ende Baru harus dimulai dengan keterbukaan.
“Jika selama ini kalian tidak terbuka maka sekarang kita mulai dengan keterbukaan. Kita ajak masyarakat bangun Ende maka masyarakat harus tahu kondisi daerah,” katanya.
Bupati Yoseph juga mengatakan keterbukaan tersebut harus diakses oleh publik.
“Teman -teman pers harus tahu informasi publik di daerah ini dan menyampaikan kepada publik,” katanya.
Tagline Ende Baru harus dimulai dengan politik anggaran yang baru dan simetris dengan masyarakat atau fokus pada kepentingan rakyat bukan oligarki.
Dikatakannya, APBD tahun 2025 adalah politik anggaran yang tidak berpihak pada rakyat, masih berpihak pada kepentingan oligarki. Kedepanya perlu satu keberanian merubah ini.
“Kita harus berani mengubah ini agar politik anggaran berpihak pada rakyat. Saya minta teman- teman pers ikut awasi ini,” katanya.
Politisi Demokrat ini pun menyentil soal peran pers di daerah ini dalam mengontrol politik anggaran.
“Saya ragukan kontrol pers, tidak awasi dan membiarkan politik anggaran daerah ini tidak berpihak pada rakyat. Kalau politik anggaran seperti ini maka yang lain tetap kaya yang lain tetap miskin,” katanya.*
Penulis : Willy Aran
Editor : Wentho Eliando