RUTENG, FLORESPOS.net-Keuskupan Ruteng mengadakan misa khusus untuk penyelenggaraan Pilkada damai, bersaudara, dan bermartabat di Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur (Matim).
Misa yang dipimpin Uskup Mgr. Sipri Hormat telah diadakan di Ruteng, Sabtu (23/11/2024) untuk Kabupaten Manggarai dan untuk Kabupaten Matim dilaksanakan pada Senin (25/11/2024).
Uskup Sipri dalam khotbahnya di hadapan para kontestan Pilkada Manggarai, unsur Parpol, tim sukses, biarawan-biarawati, dan umat mengatakan, betapa indahnya saat ini.
Meski selama ini para Paslon dan para pendukungnya berjuang keras dan bersaing hebat satu sama lain dalam gegap gempita Pemilukada, hari ini kita boleh duduk bersama, bersanding bersama, ngobrol bersama, berdoa dan bernyanyi bersama, dalam sebuah ruangan Gereja yang sama.
“Karena kita semua dipersatukan oleh ikatan luhur budaya dan kekeluargaan yang sama sebagai orang Manggarai. “Ase kae de ite taung so’o,” katanya.
Nilai kearifan lokal dari para leluhur “nai ca anggit, tuka ca leleng”, boleh kita kecapi dan rasakan kembali bersama saat ini.
Kita semua, khususnya para Paslon, sesungguhnya seperti “ipung” yang memang memiliki identitas masing-masing, yang berenang dengan kekuatan sendiri dalam lautan lepas, tetapi toh dipersatukan oleh “tiwu” Kemanggaraian yang sama.
Kita ibarat tebu, “teu”, yang tumbuh dengan batang sendiri, bersaing mencari sumber makanan dari tanah, tetapi toh dirajut dalam kebersamaan oleh “ambo”, rumpun Kemanggaraian yang sama.
Lebih dari itu, momentum hari ini terasa lebih molek, intim, bahkan mistik, karena kita dipersatukan oleh iman Kekatolikan yang sama.
Semua Paslon yang berlaga dalam Pemilukada ini, dalam segala perbedaan, dalam aneka jalan dan arah perjuangan, sesungguhnya telah ditenun indah dalam jatidiri Kristiani yang sama dan digendong lembut dalam pangkuan bunda Gereja yang satu.
Kalian semua adalah putra-putra terbaik dan terkasih Gereja Keuskupan Ruteng.
Rasul Paulus dalam surat kepada umat di Efesus melukiskan dengan sangat bernas jatidiri iman yang selalu mempersatukan ini.
Dia berujar kepada kita, kalian telah dipanggil dalam “satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa”. Karena itu “berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera”.
Maka, dalam segala gesekan yang terjadi, ingatlah dan resapilah selalu iman Katolik yang merengkuh kita dalam rahmat pengampunan dan kerahiman ilahi.
Dalam segala persaingan untuk mencapai tampuk kepemimpinan daerah, ingatlah dan sadarilah selalu bunda Gereja yang satu dan sama, yang memeluk kita semua dalam kasih dan kelembutan Kristus.
Paus Fransiskus dalam ensiklik Fratelli Tutti mendorong dan menawarkan “satu keluarga umat manusia”, di mana setiap orang adalah “saudara bagi semua”.
Persis di sinilah menurut beliau pentingnya politik sebagai bingkai dan sarana mewujudkan kebaikan bersama (bonum commune).
Namun sayangnya, Paus mengeluhkan, bahwa di banyak tempat, seperti yang sering kita alami dalam Pemilukada, mekanisme politik sering digunakan untuk mengejek pihak lain, mempolarisasi dan memperburuk situasi bahkan menghancurkan pihak lain.
Politik tidak lagi menjadi debat-debat sehat dan bernas tentang program kesejahteraan rakyat. Tetapi politik jatuh ke dalam perebutan kekuasaan belaka.
Politik terjerembab dalam kelicinan duit. Politik lalu menjadi sarana “egoisme”.
Karena itu Bapa Suci mengajak untuk kembali kepada politik yang benar dan baik, yaitu politik cinta kasih Kristiani yang mengikhtiarkan kebaikan bersama dan memperjuangkan kepentingan umum.
Keprihatinan utama seorang politikus menurut beliau, bukan tentang “turunnya jumlah suara”, tetapi kegagalannya menemukan solusi efektif untuk mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan sosial.
Seorang pemimpin sejatinya didaulat oleh rakyat bukan untuk menjadi penguasa tetapi pelayan khususnya untuk mereka yang lemah, miskin, terpinggirkan dan sengsara dalam kehidupan sosial.
Seorang pemimpin adalah pejuang kesejahteraan warga, promotor keadilan sosial dan duta perdamaian masyarakat.
Persis martabat pemimpin sebagai pelayan inilah yang ditegaskan oleh Tuhan Yesus dalam Injil hari ini. Keinginan Yakobus dan Yohanes untuk “berkuasa”, “duduk dalam kemuliaan bersama-Nya” tidak ditampik oleh Yesus.
Tetapi Dia sekaligus menggarisbawahi bahwa “siapa saja yang ingin menjadi besar”, hendaklah ia menjadi pelayan di antara kamu.
Yang ingin menjadi yang pertama, hendaklah menjadi hamba untuk semuanya.
Seorang pemimpin Kristiani dituntut untuk mengikuti jejak sang Guru, “yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani”.
Uskup Sipri mengatakan, selain perhatian pada sesama manusia yang rentan, dewasa ini seorang pemimpin Kristiani mesti memiliki perhatian dan komitmen pelayanan terhadap alam ciptaan.
Hal ini terlebih dituntut oleh situasi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dewasa ini.
Kita semua telah dan sedang mengalami perubahan iklim yang mengakibatkan “gagal tanam” dan “gagal panen”.
Sampah, kerusakan hutan, pola konsumsi yang tidak sehat, krisis air dan energi tengah mencabik-cabik keharmonisan alam dan eksistensi kehidupan kita.
Di sinilah dibutuhkan kepedulian ekologis dari politik Kristiani untuk mewujudkan alam ini sebagai “rumah kita bersama”, yang telah diciptakan oleh Tuhan “baik adanya”.
Dalam program pastoral Ekologi Integral tahun 2024 ini Gereja Keuskupan Ruteng berupaya untuk menggugah kesadaran umat serta menggerakan sikap dan perilaku yang ramah lingkungan demi terwujudnya bumi seperti saudari yang berbagi hidup dengan kita, dan ibarat seorang ibu yang merangkul hidup kita.
Mari bersama-sama kita mewujudkan Pemilukada yang damai, bersaudara dan bermartabat demi terwujudnya kehidupan politik yang mengabdi kepentingan umum, membela martabat pribadi manusia dan keadilan sosial serta peduli terhadap keharmonisan dan kelestarian alam di tanah Nucalale tercinta ini.
Sebelumnya Direktur Puspas Rm. Marthin Chen mengatakan, misa khusus untuk Pemilukada telah diagendakan secara untuk dua kabupaten di bawah wilayah Keuskupan Ruteng.
“Untuk Manggarai sudah diadakan kemarin di gereja Katedral Ruteng. Dan, esok (Senin, 25 November 2024) di Borong untuk Manggarai Timur,” katanya. *
Penulis : Christo Lawudin
Editor : Wentho Eliando