LARANTUKA, FLORESPOS.net-Setelah dua hari terlihat melandai, Selasa (19/11/2024) sore pukul 17.16 Wita, Gunung Lewototobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), meletus lagi.
Gunung berapi dengan ketinggian 1.584 meter diatas permukaan laut ini meletus disertai dengan suara gemuruh kuat terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang yang berjarak sekitar 10 kilometer dari puncak gunung.
Tidak hanya itu, Gunung Lewotobi Laki-laki yang berada di antara Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura tersebut meletus menyemburkan abu vulkanik setinggi 2000 meter di atas puncak atau sejauh 2 kilometer.
Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos PGA Lewotobi Laki-laki, Selasa (19/11/2024) sore melaporkan, saat meletus dengan tinggi kolom abu teramati 2000 meter disertai suara gemuruh kuat itu, kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya dan barat.
Badan Geologi PVMBG Pos PGA Lewotobi Laki-laki juga melaporkan, sejak Selasa (19/11/2024) pukul 12.00 hingga pukul 18.00 Wita, asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 1000-2000 meter di atas puncak kawah.
“Teramati 2 kali letusan dengan tinggi 1000-2000 m dan warna asap kelabu. Aliran lava kearah Barat-Barat laut sejauh lk. 3800 meter dari pusat erupsi. Aliran lava ke arah Timur laut sejauh lk. 4340 meter dari pusat erupsi,” lapor Emanuel Rofinus Bere dan Fransiskus Xaverius Masan, Selasa sore.
Sejak Minggu (3/11/2024) malam hingga Selasa (19/11/2024), Gunung Lewotobi Laki-laki masih berada di Level IV Awas.
Badan Geologi PVMBG merekomendasikan, masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 7 Km dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, serta sektoral 8 km pada arah Barat Daya-Barat Laut.
Masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yan tidak jelas sumbernya. Masyarakat mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Selain itu, masyarakat yang terdampak hujan abu Gunung Lewotobi Laki-laki memakai masker/penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan.
Ancaman Banjir Lahar Hujan
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam siaran persnya, Senin (18/11/2024), mengingatkan potensi terjadinya banjir lahar hujan dari Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT seiring datangnya musim hujan dan cuaca ekstrem akibat fenomena La Nina ataupun dinamika atmosfer.
Untuk itu, pemerintah daerah dan masyarakat di sekitar lereng dan jalur aliran sungai, diimbau untuk meningkatkan kesiap-siagaan dengan menghindari bantaran sungai yang mengalir dari lereng gunung yang telah/ sedang erupsi.
“Belajar dari Gunung Marapi di Sumatra Barat, kami meminta seluruh pihak dan masyarakat untuk mewaspadai banjir lahar hujan yang bisa sewaktu-waktu terjadi karena sangat berbahaya,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, dalam siaran pers, Senin (18/11/2024).
Dwikorita menerangkan, banjir lahar hujan adalah banjir besar dan cepat yang terjadi ketika air hujan bercampur dengan material vulkanik dari erupsi gunung berapi.
Material vulkanik tersebut bisa berupa pasir, abu, dan bebatuan yang juga bercampur dengan kayu atau pohon.
Banjir lahar hujan, seperti yang terjadi di Sumatra Barat, bisa mengancam nyawa, menutup pemukiman, dan mengangkut batu-batu besar di sungai.
“Saat erupsi, tidak semua material ikut meluncur ke bawah, melainkan tertumpuk di atas. Apabila hujan lebat terjadi, maka potensi banjir lahar hujan pun semakin meningkat,” imbuhnya.
Menurut Dwikorita, ancaman tersebut semakin meningkat karena di musim hujan saat ini Indonesia juga dilanda fenomena La Nina. Fenomena ini, kata dia, akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya Maret atau April 2025.
Sebagai informasi, La Nina adalah fenomena iklim global yang akibat anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang menjadi lebih dingin dibandingkan biasanya.
Bagi Indonesia, fenomena ini menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir sebagian besar wilayah yang berkisar 20-40 persen.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkapkan berdasarkan pantauan BMKG, selama sepekan terakhir kondisi cuaca di NTT cukup bervariasi.
Wilayah NTT terpantau cerah berawan hingga hujan ringan, dengan hujan disertai petir terjadi di beberapa wilayah seperti Pulau Timor, Manggarai, Manggarai Barat, Ngada, Sikka, dan Flores Timur.
Sedangkan, berdasarkan hasil pengamatan terkini pada 16 November 2024, curah hujan tercatat sebesar 45,2 mm/hari di Stasiun Meteorologi Eltari Kupang, 31,4 mm/hari di Stasiun Meteorologi Gewayantana Flores Timur, dan 2,6 mm/hari di Stasiun Meteorologi Frans Seda Maumere.
“Hingga awal November 2024, sebagian wilayah NTT telah mulai memasuki awal musim hujan. Namun, wilayah di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki diprediksi baru akan memasuki musim hujan pada awal Desember. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko banjir lahar hujan di sekitar lereng gunung tersebut,” imbuhnya.
Selama sepuluh hari kedepan, cuaca di wilayah NTT secara umum diprakirakan cerah berawan hingga hujan ringan.
Namun, terdapat potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah seperti Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, sebagian Sikka, sebagian Alor, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS), Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.
“Potensi hujan yang masih tinggi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) berpotensi meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi basah, termasuk banjir lahar hujan di sekitar wilayah terdampak bencana, khususnya di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki. BMKG mengimbau masyarakat di kawasan tersebut untuk tetap tenang, tetapi terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana susulan yang dapat terjadi sewaktu-waktu,” terangnya, dengan cara terus memonitor informasi perkembangan cuaca oleh BMKG, melalui berbagai kanal yang ada.
Direktur Meteorologi Publik, Andri Ramdhani menambahkan dari pantauan dinamika atmosfer terkini menunjukkan potensi peningkatan intensitas cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia.
Suhu muka laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia, termasuk di utara Nusa Tenggara, memberikan suplai kelembapan yang cukup tinggi ke atmosfer, mendukung pembentukan awan hujan yang lebih intens.
Selain itu, faktor labilitas atmosfer lokal, meningkatkan peluang terjadinya hujan lebat, petir, dan angin kencang dalam beberapa hari ke depan.
Potensi pertumbuhan awan hujan kategori tinggi (>70%) juga terdeteksi di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Dengan kondisi ini, intensitas hujan diperkirakan lebih dominan di wilayah-wilayah yang sudah memasuki musim hujan. *
Penulis : Wentho Eliando
Editor : Anton Harus