ENDE, FLORESPOS.net-Anggota DPD RI asal NTT, Angelius Wake Kako (AWK) menghadirkan puluhan relawannya saat momen pelantikan Anggota MPR, DPR dan DPD RI pada 1 Oktober 2024 lalu. Hal ini mendapat pujian dari Dr. Ignas Iryanto Djou, tokoh Ende yang berdomisili di Jakarta.
Dikutip dari laman Facebooknya, Dr. Ignas Iryanto menulis ada dua hal yang menarik perhatian dalam pelantikan Anggota DPR dan DPD di Senayan pada 1 Oktober kemarin.
Pertama, tidak hadirnya Gibran serta penerimaan atas kehadiran Presiden Jokowi yang datar-datar saja contrast dengan sambutan atas masuknya Presiden terpilih pak Prabowo yang gegap gempita.
Kedua, yang agak mengejutkan ternyata dalam kursi pimpinan di Senayan, Gerindra menyalib Golkar yang adalah pemenang kedua Pileg kemarin setelah PDIP. Beberapa teman telah menulis mengenai hal-hal ini dan saya tidak akan mengulanginya lagi.
Dr. Ignas Iryanto mengatakan ada hal lain yang mungkin luput dari pengamatan atau dianggap gak penting oleh wartawan namun baginya cukup menarik perhatian dan fenomenal karena merefleksikan sikap politik serta karakter personal dari politisi yang melakukannya.
Putra Ende, politisi nasional yang memenangkan kursi DPD untuk kedua kalinya, Angelo Wake Kako hadir di Senayan bersama 60 orang yang menjadi simpul relawannya dari seluruh NTT. Relawan inilah yang memenangkan dia.
Dr. Ignas mengatakan hal yang dilakukan AWK menunjukan karakter politisi yang baik yang tahu berterimakasih sekaligus tahu menjaga semangat team.
“Banyak yang hadir dengan keluarganya saja. Tapi Angelo memilih hadir bersama teamnya. Lima tahun lalu di periode pertama, dia hadir bersama orang tuanya yang didatangkan dari Ende ke Jakarta dan sempat jadi viral karena orang tuanya hadir dengan pakaian sangat sederhana di senayan: dengan ragi mite Lio dan sandal sederhana”.
Ia mengatakan AWK mendatangkan para simpul relawan tersebut bukan hanya sekadar membalas budi mereka namun ini merupakan bagian dari konsolidasi team yang sudah bersepakat untuk melanjutkan kerja-kerja pemberdayaan yang telah dirintisnya.
“Saya kaget karena justru itu yang dalam beberapa kali berdiskusi dengan teman teman yang aktif di bidang pemberdayaan, muncul keluhan bahwa sangat sulit mendapatkan mitra apalagi relawan di daerah yang punya komitment pada pemberdayaan yang impaknya memang lama dan butuh kerja keras. Jauh lebih mudah mendapatkan mitra atau relawan untuk kerja kerja politik, seperti tim sukses pileg dan pilkada di daerah”.
Rupanya dari 60 simpul relawan yang dihadirkan ada sekitar 30% nya sudah bergabung dalam jaringan supply chain komoditi tertentu yang kini menjadi semacam core bisnis dengan impak pemberdayaan lokal bagi masyarakat maupun bagi para relawannya.
Ini sangat kreatif dan inovatif. Konon produk akhirnya saat ini adalah daging kemiri dan arang kulit kemiri. Endproductnya akan dikembangkan ke arah produksi briket carbon aktif serta juga asap cair/deorub yang dapat dimanfaatkan di sektor pertanian maupun perikanan.
Yang dilakukan oleh Senator dari NTT ini sangat inovatif, karena merupakan varian dan model baru dalam menggabungkan kerja politik dengan kerja pemberdayaan.
Model yang konventional adalah Legislator menggunakan dana aspirasi memberikan bantuan ke konstituennya atau menyalurkan dana dari kementerian yg jadi mitra komisinya atau eksekutif menggunakan dana Pembangunan dan menggelontarkan proyek ekonomi ke wilayah konstituennya.
Itu hal-hal yang biasa saja walaupun tidak semua melakukannya. Mereka hanya menyalurkan dana apbn ke konstituennya, tidak ada unsur inovasi di dalamnya, jika ingin jujur.
Namun merintis unit bisnis dan mengintegrasikan organ relawan politik ke dalam jaringan supply chain bisnisnya serta melakukan tahap tahap pemberdayaan dari margin profit unit bisnisnya, merupakan Langkah Langkah yang layak diappresiasi dan layak ditiru.
Selamat kepada politisi muda ini, semoga tetap konsisten melakukannya walau merupakan hal yang tidak mudah. Di dalamnya tersirat aspek edukasi dan penguatan semangat entrepreneurship yang merupakan titik lemah Masyarakat NTT secara umum. *
Penulis : Willy Aran
Editor : Wentho Eliando