Rembuk Budaya di Festival Budaya Ngada 2024, Bahas Budaya Riung

- Jurnalis

Kamis, 8 Agustus 2024 - 20:09 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rembuk Budaya di Festival Budaya Ngada 2024, Bahas Budaya Riung

Rembuk Budaya di Festival Budaya Ngada 2024, Bahas Budaya Riung

BAJAWA, FLORESPOS.net-Festival Budaya Ngada Tahun 2024 yang digelar di Desa Lengkosambi Utara, Kecamatan Riung Barat oleh Pemda Kabupaten Ngada, Provinsi NTT, kian menarik disimak.

Pada pelaksanaan kali ini, Panitia Pelaksana menyajikan satu mata acara, yakni rembuk budaya. Acara yang berlangsung di Pantai Watulajar pada Selasa (6/8/2024), itu mengangkat tema Revitalisasi Ruma Ca’o Sapolikang.

Pemateri, yakni Haris Budiarto dari Balai Pelestarian Wilayah XVI NTT, Nao Remon selaku Peneliti Budaya Riung yang juga Pemilik Yayasan Puge Figo dan Tim Pengetahuan, Akademisi serta tokoh masyarakat Riung Barat Dr. Yohanes Vianey Sayangan. Moderator mantan Kepala Dinas Pariwisata Ngada Methodius Reo Maghi.

Haris Budiarto dalam materinya tentang Pelestarian Objek Pemajuan Kebudayaan, Haris menekankan tentang pentingnya melestarikan objek kebudayaan.

Menurutnya, budaya dalam konteks peninggalan seperti benda-benda budaya masih digunakan dan masih banyak tersebar di wilayah NTT. Peninggalan budaya itu unik dan sebagian besar masih digunakan oleh masing-masing komunitas budaya.

Dicontohkan, ada meja batu yang masih dipakai untuk upacara adat yang mungkin di daerah lain di luar NTT banyak yang kehilangan maknanya.

Nilai-nilai budaya seperti ini, menurutnya harus tetap dipertahankan dari generasi ke generasi sehingga jangan sampai masyarakat yang ada di sekitar cagar budaya tidak mengetahui budaya dan tradisi yang ada.

Baca Juga :  Bank NTT Bajawa Gelar Customer Gathering, Soeleman Meidianto: Membangun Komunikasi Konstruktif dengan Masyarakat

“Hal yang penting adalah semua tinggalan budaya harus pula didokumentasikan. Antara perlindungan terhadap cagar budaya dan perlindungan terhadap nilai-nilai tradisi harus berjalan seimbang sehingga ke depan upaya-upaya pelestarian kebudayaan akan dapat berjalan dengan baik,” katanya.

Haris Budiarto menyarankan, ke depan harus ada peraturan daerah yang mengatur tentang urusan kebudayaan yang lebih spesifik dengan mendengarkan masukan dari tokoh masyarakat, tokoh agama dan stakeholder lainnya.

Dr. Yohanes Vianey Sayangan dalam materinya mengatakan belum ada orang dalam yang menulis tentang adat dan budaya orang Riung.

Padahal, di Kabupaten Ngada terdiri dari tiga etnis, yakni Bajawa atau Ngadhu Baga, Etnis Soa dan Etnis Riung sendiri tentunya mempunyai kekhasan yang berbeda.

Di dalam etnis Riung sendiri juga ada beberapa kultur yang berbeda satu sama lainnya seperti yang di bagian barat maupun yang di pantai. Orang Riung tidak mempunyai satu bahasa sehingga dalam kesehariannya menggunakan bahasa Indonesia.

Baca Juga :  Petani Satar Mese, Manggarai, Gelar Ritus Adat Tolak Bala Usir Hama Tikus

Generasi saat ini terutama orang Riung banyak yang bertanya tentang wujud rumah adat Riung yang memang saat ini tidak diketahui atau dikenal oleh masyarakat. Budaya Riung yang juga masyarakat adatnya sangat heterogen termasuk agama atau multikultur rumah adatnya juga berbeda-beda.

“Keunikan Etnis Riung yang multikultur adalah kekuatan karena memiliki keragaman nilai dan makna filosofi,” kata Dr. Yohanes Vianey.

Untuk itu, katanya, sudah merupakan tanggung jawab orang Riung untuk membangun rumah adat orang Riung dengan referensi atau data yang jelas sehingga menjadi simbol budaya orang Riung dan warisan bagi anak cucu nanti.

Sementara itu mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ngada yang kini Plt. Asisten II Setda Ngada Methodius Reo Maghi mengatakan rembug budaya merupakan suatu yang sangat bermakna dalam menyatukan pendapat terkait budaya itu sendiri.

Kegiatan Rembug Budaya tersebut diikuti oleh sejumlah komponen utama seperti para pengawas sekolah, para kepala sekolah se Kecamatan Riung dan Riung Barat, Kepala Desa dan tokoh masyarakat yang desanya menjadi Residensi Kemah Budaya Kaum Muda 2024, Komunitas Suku Mulu dan Tadho, peserta lomba, lembaga pemangku adat serta undangan lainnya. *

Penulis : Wim de Rozari

Editor : Wentho Eliando

Berita Terkait

Flores United FC Menunggu Keputusan Asprov Pasca Pembatalan ETMC Labuan Bajo
Asprov PSSI NTT Umumkan ETMC Labuan Bajo Dibatalkan
Desa Lewobunga Flores Timur Nikmati Air Bersih, Bantuan PTTEP Indonesia dan Julie Laiskodat
Pengadaan Mobil dan Wacana Rumah Dinas DPRD Flores Timur, Begini Kata Bacabup Lukman Riberu
Dari Aspirasi ke Aksi: Suara Rakyat dalam Pilkada
BPOLBF Gelar Workshop Floratama Academy 5.0
Nadya Terpilih Jadi Duta GenRe Putri Provinsi NTT
Sebelas Partai Pengusung Melki-Johni Target Raih Suara 70 Persen dari Ende
Berita ini 109 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 11 September 2024 - 15:32 WITA

Flores United FC Menunggu Keputusan Asprov Pasca Pembatalan ETMC Labuan Bajo

Rabu, 11 September 2024 - 15:20 WITA

Asprov PSSI NTT Umumkan ETMC Labuan Bajo Dibatalkan

Rabu, 11 September 2024 - 09:51 WITA

Desa Lewobunga Flores Timur Nikmati Air Bersih, Bantuan PTTEP Indonesia dan Julie Laiskodat

Selasa, 10 September 2024 - 21:45 WITA

Pengadaan Mobil dan Wacana Rumah Dinas DPRD Flores Timur, Begini Kata Bacabup Lukman Riberu

Selasa, 10 September 2024 - 18:48 WITA

Dari Aspirasi ke Aksi: Suara Rakyat dalam Pilkada

Berita Terbaru

Nusa Bunga

Asprov PSSI NTT Umumkan ETMC Labuan Bajo Dibatalkan

Rabu, 11 Sep 2024 - 15:20 WITA

Febri M Angsemin

Nusa Bunga

Dari Aspirasi ke Aksi: Suara Rakyat dalam Pilkada

Selasa, 10 Sep 2024 - 18:48 WITA