BORONG, FLORESPOS.net-Porang belakang ini buming karena menjadi komoditas yang dicari-cari pembeli hingga di pelosok kampung di wilayah Manggarai Raya (Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur), Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Khusus di wilayah Kecamatan Kota Komba dan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, nama Romo Bernard Palus selalu disebut-sebut.
Umat Paroki Mbata mengingat dan mengapresiasinya karena motivasinya dalam menanam porang satu dekade lalu saat menjadi pastor Paroki Mbata.
Ketika bersama Pastor Bernard Palus, dalam perjalanan menuju Desa Gunung Baru, Jumat (18/7/2024), terasa sekali.
Ketika masuk Kampung Mbata, Nonggu, dan Watu Rajong, kendaraan harus berhenti beberapa kali karena umat memanggilnya dan langsung bertegur sapa akrab.
Beberapa di antaranya malah meminta untuk singgah walaupun sebentar. Namun, Romo Bernard hanya mampir untuk inung kopi pait (minum kopi tanpa gula) pada dua rumah baik di Mbata maupun Watu Rajong bersama anggota rombongan seperti Ardi dari Bandung Utama Grup yang juga penggiat tanaman porang, dan seorang motivator juga, dan lain-lain.
Pada dua rumah itu, Romo Bernard disanjung karena apa yang diperjuangkannya dulu sekarang telah menjadi kenyataan.
Warga Kampung Mbata, Fransiskus Rapas mengatakan, porang milik keluarganya sangat banyak. Tetapi, belum digali karena belum ada signal penggalian dan penjualan dari Romo Bernard.
“Saya belum bongkar karena belum ada informasi dari Romo. Kami baru bongkar ketika Romo kabari,” katanya.
Romo Bernard bagi Fransiskus dirasakan sebagai penyelamat secara ekonomi karena motivasinya dalam menanam porang. Manfaat ekonomi itu sudah mulai dirasakan.
“Romo Bernard motivator kami para petani di sini untuk tanam porang,” katanya.
Sedangkan Agustinus Adil dari Desa Gunung Baru mengatakan, dirinya mengikuti secara utuh motivasi dari Romo Bernard. Karena itu dirinya rela mengasingkan diri ke kawasan pegunungan guna menanam porang seorang diri.
“Saya sangat bergantung pada Romo. Karena berkat motivasi, dukungan, dan suportnya, saya bisa tanam porang sangat banyak,” katanya.
Bagi Agustinus dan keluarga, Romo Bernard sudah menjadi bagian dari kehidupan, tidak bisa dipisahkan. Karena itu, ketika pindah tugas ke Paroki Kajong, Agustinus merasa sangat kehilangan.
Untuk urusan porang di kawasan Lando Lomes, dirinya dan anggota kelompok sudah siap membongkar setelah ada signal dari Romo Bernard. Malah, persiapan tenaga gali dan pengangkutan sudah diatur dengan baik.
Sebelumnya, Romo Bernard Palus mengatakan, porang itu merupakan kebutuhan dunia. Karena itu dicari-cari baik dalam dan luar negeri.
“Saya sudah lihat peluang itu. Karena itu, ketika jadi pastor paroki Mbata dan sekarang Kajong, saya terus motivasi umat untuk tanam porang,” katanya.
Porang demikian Pastor yang sering keluar masuk kebun umatnya itu, bisa diolah menjadi beras kualitas tinggi, kosmetik, obat-obatan, hingga pembersih kaca pesawat.
Untuk usaha, dirinya memberi contoh praktis dengan menanam porang di hamparan Lando Lomes dan porangnya kini siap panen.
Umat sekarang ini merasa tidak cukup hanya dengan berbicara atau berkhotbah. Tetapi, melakukan hal praktis yang baik bersama umat, terutama membangun ekonominya.
Agustinus dan juga masyarakat lain di Kampung Nonggu, Watu Rajong, Mbata, Galong, dan lain-lain sekarang ini mulai merasakan. Porang bisa langsung menjadi uang. Pembeli datang sendiri ke kampung-kampung setiap hari. *
Penulis: Christo Lawudin I Editor: Wentho Eliando