Pembangunan moring buoy, katanya, Pemprov NTT/Pemkab Mabar juga akan berkolaborasi dengan Pemerintah Pusat, dalam hal ini KSOP untuk menentukan titik-titik pembangunannya.
“Itulah yang menjadi kerinduan kami selama ini. Di beberapa tempat yang saya sebutkan tadi supaya ada fasilitas mooring buoy dan dermaga/jiti untuk tambatan kapal,” ujar Kadis Jemsifori.
Namun karena ini menjadi kepentingan provinsi, sehingga Pemkab/Dinas Parekrafbud Mabar sedang koordinasi dengan Pemprov NTT. Di luar TNK, wilayah yang sangat dominan dikunjungi wisatawan antara lain Pulau Kelor.
Dulu Pemerintah Daerah (Pemda) sudah membangun dermaga/jiti di Pulau Kelor. Cuma kondisinya sekarang rusak, harus diperbaiki. Pemkab/Dinas Parekrafbud Mabar sedang berkoordinasi dengan provinsi (NTT) untuk melakukan perbaikan.
Pemda juga melalu instansi teknis sedang mengupayakan fasilitas amenitas, toilet dan MCK. Di sana (Pulau Kelor) tidak ada toilet dan MCK. Ini menjadi domain dan kepentingannya provinsi.
Kalaupun inovasi itu datang dari Pemkab Mabar, Pemkab/ Dinas Parekrafbud tetap harus berkoordinasi dengan provinsi (NTT) karena kepentingan. Kabupaten belum bisa buat apa-apa tanpa koordinasi. Harus berkoordinasi dengan provinsi.
“Jadi, apa-apa terobosan dan inovasi kami pemerintah kabupaten, terutama saya selaku dinas teknis, Dinas Pariwisata, harus terlebih dahulu mendapat persetujuan pemerintah provinsi (NTT),” kata Kadis Jensifori.
Nanti, lanjutnya, setelah ada persetujuan, rekomendasi dari pemerintah provinsi, lalu kami bersama-sama berkolaborasi dengan KSOP. Karena kepentingan menentukan titik di wilayah perairan untuk memasang mooring bouy adalah kepentingannya KSOP.
Lanjut Kadis Jemsifori, terkait kantong penerimaan PAD Mabar di laut/pantai di luar wilayah TNK sepertinya belum maksimal, karena di beberapa titik tadi belum ada fasilitas.
Dari sekian sumber PAD dimaksud, kecuali di Pulau Kelor, walau sudah dalam kondisi rusak, tempat lainnya belum ada seperti di Menjerite/Rangko, Kanawa, Sebayur Besar, Sebayur Kecil, Bidadari, Sabolo, dan Seraya.
Penulis : Andre Durung
Editor : Wentho Eliando
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya











