MAUMERE, FLORESPOS.net-Ribuan umat muslim dari 5 masjid yang ada di Kota Maumere melaksanakan shalat Idul Adha di Lapangan Umum Kota Baru, Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (6/6/2025).
Khatib Ustadz Amril, S.Sos dalam khotbahnya menegaskan, ibadah yang kita tunaikan termasuk shalat idul adha, berkurban, dan berhaji harus dapat menyuburkan jiwa ketaqwaan sekaligus meredam bahkan menghilangkan nafsu keburukan.
“Menjaga kebersihan jiwa itu merupakan pendakian rohaniah yang tidak mudah. Kita selaku muslim kadang bertindak lalai diri,” ungkap Imam Masjid Al-Muhajirin Perumnas Maumere ini.
Dikatakan Ustad Amril, kalbu dan iman yang semestinya dijaga agar tetap bersih, dalam praktiknya terkontaminasi oleh dosa dan fahsya atau keji yaitu berbuat syirik.
Menyekutukan atau menduakan Allah dengan sesuatu, mereka pergi bertanya ke dukun, tukang sihir, paranormal atau tukang ramal.
Meyakini dan meminta pada benda kramat, kubur kramat dan tempat kramat. Memperisai diri dengan jimat, mandi kebal, mandi kembang, penglaris dagangan serta pemikat agar cepat dapat jodoh.
“Perbuatan ini berakibat buruk, dosa besar yang tidak diampuni Allah SWT. Sekaligus ibadah apapun yang dilakukan tertolak bahkan dihapus oleh Allah,” sebutnya.
Ustad Amril menegaskan, setelah beribadah pun kadang tabiat buruk seperti mudah marah, dendam, dusta, congkak, egois, tamak, dan perangai rendah lainnya menodai praktik hidup kita.
Ia menambahkan, hendak berbuat kebaikan pun banyak hitung-hitungannya sehingga jauh panggang daria api.
Dia mengatakan, dengan perisai ibadah semoga kita dijauhkan dari sifat dan perangai yang buruk itu.
Karenanya, melalui shalat idul adha, berkurban, dan berhaji maka harus ada perubahan perilaku menjadi semakin bertaqwa.
“Hati, sikap, ucapan, dan tindakan kita harus semakin taat kepada Allah dan ihsan kepada sesame dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Amril menyampaikan, jiwa fitrah yang dihidupkan dengan ibadah dapat menumbuhkan rohani yang bersih sekaligus meredam hawa nafsu yang selalu menyala dalam diri manusia selaku insan yang hidup dalam hukum duniawi menuju kehidupan ukhrawi yang suci dan abadi.
Dia mengatakan, berhaji dan berkurban mengajarkan jiwa ikhlas untuk menyebarkan nilai kebajikan utama dalam hidup setiap umat Muslim.
Ikhlas merupakan jiwat unduk yang total kepada Allah SWT sehingga melahirkan pribadi yang tanpa pamrih dalam berbuat kebaikan.
Ia menyebutkan, mereka yang hidupnya ikhlas akan mampu membebaskan diri dari hasrat-hasrat sesaat, seraya melintas batas ke peran-peran utama sarat makna seperti suka menolong, berbagi dan peduli.
“Mereka berbuat mulia atas nama Allah untuk ihsan bagi kemanusiaan semesta,” ucapnya dalam kotbah.
Ustad Amril menyebutkan, ibadah kurban memang menanamkan nilai pengorbanan dimana Nabi Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar memberi teladan terbaik tentang praksis berkurban dengan sepenuh ketakwaan.
Kata dia, apalah artinya seekor hewan kurban bila dibandingkan dengan nyawa seorang Ismail yang sangat dicintai kedua orang tuanya dan maukah kita hari ini berqurban dengan seekor hewan qurban?
Ia menyayangkan, kenyataan kadang menunjukkan karena kecintaan yang berlebih terhadap harta, sebagian orang menjadi berat hati untuk berkurban dengan seekor hewan.
“Di antara kita boleh jadi terasa berat untuk berkurban karena hitung-hitungan uang dan harta, meski untuk seekor hewan. Justru sebaliknya berharap banyak mendapat daging korban,” ungkapnya.
Padahal kata Ustad Amril, betapa tinggi makna dan fungsi dari ibadah qurban itu baik bagi pelaku maupun umat sesama.
Ia menegaskan, ibadah kurban mengajarkan makna amal saleh dan ihsan dimana setiap insan beriman yang memiliki kelebihan rejeki dan akses kehidupan dia niscaya peduli dan berbagi kepada sesama yang membutuhkan tanpa diskriminasi.
Si kaya berbagi rejeki untuk si miskin, kaum cerdik pandai berbagi ilmu kepada yang awam, sesama manusia saling menjujung tinggi martabat, laki-laki dan perempuan saling menghormati dan memuliakan.
“Siapapun yang diberi akses kekuasaan dan kekayaan yang lebih sedangkan dia beriman maka harus rela hati berkurban bagi sesama, lebih-lebih bagi mereka yang membutuhkan,” pesannya.
Semuanya kata Amril, dilandasi spirit pengorbanan yang memiliki dasar pada ajaran Ilahi, yang melahirkan tindakan- tindakan berbagi dan peduli pada sesama yang mencerahkan. *
Penulis : Ebed de Rosary
Editor : Wentho Eliando