MAUMERE, FLORESPOS.net-Saat rapat antara DPRD Sikka dan Pemda Sikka yang dihadiri Wakil Bupati Sikka, Plt.Kepala Dinas Kesehatan, Direktur RS TC Hillers dan manajemen,ada berbagai hal yang disampaikan anggota dewan.
Salah satu poin yang disampaikan salah satu anggota dewan terkait dengan adanya penawaran dari manajemen RS TC Hillers Maumere kepada dokter anestesi yang bertugas di Kabupaten Nagekeo insentif sebesar Rp75 juta.
Menjawab berbagai hal terkait manajemen RS TC Hillers, Direktur RS TC Hillers dr.Clara Yosefine Francis, MPH kepada media di luar gedung rapat DPRD Sikka meluruskan pernyataan ini.
Dokter Clara menjelaskan, pada waktu itu RS TC Hillers harus mengatasi masalah yang ada dan mendapat dokter anestesi dari Nagekeo dimana di Nagekeo dokter tersebut dibayar insentifnya sebesar Rp40 juta per orang.
Ia mengatakan, ketika mereka diminta bertugas di Kabupaten Sikka maka insentif mereka otomatis tidak dibayarkan Pemda Nagekeo sehingga RS TC Hillers harus menggantinya.
“Tujuannya masyarakat harus dilayani dahulu dan ini merupakan solusi jangka pendek,” jelasnya.
Dokter Clara mengaku baru dengar pernyataan anggota DPRD Sikka saat rapat bersama Pemda Sikka terkait penawaran insentif sebesar Rp75 juta tersebut.
Ia menegaskan, informasi ini sangat tidak benar dan dirinya tidak mengetahui informasi ini diperoleh dari mana.
Sebab menurutnya, meskipun rumah sakit TC Hillers Maumere merupakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) tapi mekanisme keuangan mengikuti mekanisme keuangan daerah.
“Saya sebagai direktur pun tidak asal ambil uang dan buat kebijakan. Saya bisa buat kebijakan tapi tidak boleh melanggar aturan,itu dasarnya. Ada standar harga peraturan bupati sebagai dasar pemberian insentif,” paparnya.
Clara mengakui, ia sebagai direktur tentunya ada banyak kekurangan soal pengelolaan termasuk komunikasi tapi dalam mengelola keuangan di BLUD pun ada aturannya dan pihaknya berjalan dalam koridor aturan.
Dia menegaskan, tidak bisa jasa itu sebanyak-banyaknya sebab paling besar komponen uang jasa 40 persen dari total pendapatan yang diperoleh rumah sakit TC Hillers Maumere.
“Operasional rumah sakit yang paling diutamakan.Pasien tidak boleh tidak makan,pasien harus dapat obat,listrik dan air harus dibayar.Jadi uang rumah sakit yang kami dapat kami harus kelola sedemikian rupa agar operasional rumah sakit tetap berjalan dengan baik,” ungkapnya.
Clara mengatakan, ada mekanisme lain, kekurangan-kekurangan pihak RS TC Hillers mempunyai mekanisme untuk menyampaikan kepada kepala keuangan daerah,kepada Bupati Sikka.
Ia menegaskan, tidak benar direktur seolah-olah menjadi raja sendiri, mengatur kekurangan sendiri sesuka hati.
Dijelaskannya, direktur sebagai pengguna anggaran diberikan fleksibilitas tapi dibatasi dengan peraturan bupati, semua ada dalam koridor aturan,ada payung hukumnya.
“Jadi kalau dikatakan dokter ditawari insentif Rp75 juta itu tidak benar, saya tidak tahu anggota dewan yang terhormat dapat informasi dari mana.Sayang sekali dapat informasi tidak benar dan tidak disaring dengan baik,” sesalnya.
Dokter Clara memaparkan, insentif dokter ahli di tahun 2024 sebesar Rp20 juta dan manajemen RS TC Hillers sudah mengusulkan kepada pemerintah untuk penyesuaian.
Kata dia, pembahasannya panjang dengan kajian-kajian jadi rumah sakit bukan tiba-tiba buat angka sendiri karena harus bahas bersama dengan tim pembahas peraturan bupati.
Menurutnya, ada hitungan ekonominya dengan kajian-kajian dan pihak RS TC Hillers Maumere hanya berikan usulan-usulan dengan beban kerjanya.
“Jadi meski RS TC Hillers Maumere sebagai BLUD memiliki uang tapi tidak bisa membayar insentif diluar dari peraturan bupati,” ucapnya.
Clara menjelaskan, peraturan bupati disusun bersama dan pihak rumah sakit juga masuk didalamnya dan usulan dari rumah sakit dibahas bersama tim.
Ia mengakui, memang sudah cukup lama tidak naik insentifnya sehingga manajemen rumah sakit sudah mengajukan setelah bahas di internal bersama para dokter dalam wadah komite medik.
“Komite medik mengusulkan kepada direktur RS TC Hillers dan direktur mengusulkan kepada bupati untuk ditelaah kenaikannya secara bertahap,” terangnya.
Terkait evaluasi beban kerja yang diminta dokter anestesi, Clara sudah berdiskusi dengan persatuan dokter anestesi dan menanyakannya sebab masing-masing profesi memiliki indikator beban kerja.
Dirinya meminta agar usulannya diberikan kepada manajemen rumah sakit untuk dilakukan analisa beban kerjanya sebab beban kerja profesi lain juga berbeda.
“Tentu saja beban kerja setiap profesi berbeda tapi nanti dalam koridor aturan yang lebih tinggi, nanti kita sesuaikan,” ungkapnya.
Terkait permintaan dan desakan agar dirinya dicopot sebagai Direktur RS TC Hillers, dokter Clara mengaku tidak mempermasalahkan bahkan dengan senang hati menerimanya.
Ia menegaskan, pada prinsipnya dirinya tidak ada soal, mau diganti mau diturunkan tidak masalah bagi dirinya.
Kata dia, bahwa ada kekurangan iya, ia sadari dans akui banyak kekurangan, sebab banyak staf di level manajemen orang baru.
Sebutnya, mungkin dalam perkembangan ada perubahan-perubahan yang mungkin pihaknya kalah cepat mengikuti termasuk komunikasi yang dibangun kurang, dia mengakui.
“Kami tidak anti untuk dikritik bahkan diganti. Bupati Sikka mengevaluasi dan menilai kami dan bila dirasa tidak pas kami siap untuk diganti demi TC Hillers dan Kabupaten Sikka lebih baik ,” pungkasnya. *
Penulis : Ebed de Rosary
Editor : Wentho Eliando