JAKARTA: FLORESPOS.net-Forum Komunikasi dan Advokasi Komunitas Flobamora (FKKF) Jakarta mengapresiasi sikap Gubernur NTT Melkiades Laka Lena yang mengakomodasi tuntutan masyarakat Flores dan Gereja Keuskupan Agung Ende untuk meninjau ulang proyek tenaga listrik panas bumi (geothermal) di wilayah itu.
“Proyek geotermal harus dikaji ulang dan bahkan jika perlu tidak dilanjutkan karena banyak kekurangan atau masalah sejak awal,” kata Ketua Umum FKKF Jakarta, Marsellinus Ado Wawo dalam rilis media, Rabu (9/4/2025).
Marsel Wawo menilai, Gubernur Melki telah menyerap aspirasi, bahkan di beberapa daerah, seperti di Poco Leok, Manggarai, dan Mataloko di Ngada, telah menimbulkan keresahan bahkan kerugian bagi masyarakat.
Marsel Wawo menilai Gubernur Melki telah menyerap aspirasi masyarakat Flroes dan merespons dengan tepat suara Gereja Katholik Nusa Tenggara.
Masyarakat dan Gereja menuntut agar proyek geotermal itu tidak dilanjutkan atau dihentikan karena selain meresahkan dan menimbulkan kegaduhan, juga proyek ini membawa dampak buruk bagi penduduk dan lingkungan di sekitar lokasi proyek.
FKKF sangat menghargai sikap Gubernur NTT yang mengoreksi proyek pembangunan geothermal di Flores, karena proyek tersebut telah mengakibatkan kerusakan lahan pertanian produktif, pencemaran lingkungan, termasuk sungai dan sumber air minum warga. Bahkan seng-seng rumah penduduk di sekitar lokasi proyek menjadi rusak akibat karat.
“Ada peristiwa, tanah di tengah kampung di wilayah selatan Ngada, terbelah. Patut diduga, kejadian ini erat kaitannya dengan eksplorasi dil lokasi sumber panas bumi, yang berdekatan dengan kampung tersebut,” kata Marsel Wawo.
FKKF menilai, Pemerintahan di berbagai tingkatan harus mendahulukan kebutuhan primer berupa pengembangan lahan pertanian produktif. Di mana pangan merupakan sumber utama bagi kehidupan masyarakat.
Kebutuhan listrik bisa dicarikan jalan keluar lainnya, berupa pemanfaatan sinar matahaci, angin, biomasa, dan sumber energi baru terbarukan lainnya.
Marsel Wawo mengatakan, dalam tingkatan kebutuhan masyarakat, pangan merupakan kebutuhan pertama.
“Kita butuh nasi, ubi ubian, kelapa, kopi, cengkeh dan produk pangan lainnya. Apabila ketiadaan sumber pangan, bagaimana masyarakat bisa membeli kebutuhan sekunder dan tersier lainnya,” katanya.
“Bagaimana jadinya apabila masyarakat kehilangan tanahnya. Dengan sendirinya masyarakat akan kehilangan daya cipta untuk melanjutkan karya penciptaan Tuhan,” ujarnya.
FKKF Jakarta, kata Marsel Wawo sangat mengapresiasi sikap Gubernur NTT yang memprioritaskan kepentingan masyarakat, mendengarkan asprirasi dan Partisipasi masyarakat, menjaga kepentingan lingkungan hidup.
Semua pemangku kepentingan proyek geothermal, yang selama ini menimbulkan keresahan dan kerugian material di Flores, wajib hukumnya merehabilitasi kerugian masyarakat setempat, katanya.*
Penulis : Albert Harianto
Editor : Wentho Eliando